Kamis, 18 Maret 2010

Ani

Ani baru 17 hari tinggal bersama ibunya di Amerika. Untuk gadis yang baru beranjak dewasa ini sangat berat ditinggal pergi oleh papa tercinta. Ibunya bekerja di dubes RI sebagai sekretaris atase. Ani termasuk gadis yang kuper alias kurang pergaulan, ia sebenarnya memiliki wajah yang lumayan dan tubuh yang montok. Ibunya meminta bantuan tante Yores seorang Italia untuk membawa Ani ke pesta dansa yang khusus diselenggarakan bagi muda-mudi.

Singkat kata Ani dan tante Yores malam itu pergi ke pesta dansa di wai hamberg street. Saat itu sedang musim dingin. Setiap tamu sebelum masuk ke pesta dansa diberi kesempatan untuk berias diruang ganti. Tapi aneh, ketika sampai diruang ganti tante yores menyuruh Ani untuk membuka seluruh bajunya dan mengganti dengan pakaian dalam yang menurutnya ganjil. Katanya sih itu merupakan pakaian pesta mirip halloween.

Pakaian yang ditawarkan berupa BH yang hanya berbentuk dua kulit kerang yang diikat dengan sebuah tali dan talinya tidak boleh disimpul! mati, begitu kata tante yores sehingga kalau dipasang kedua kulit kerang tersebut tepat mengenai puncak buah dada indah milik ani. Lebih-lebih lagi celana dalamnya hanya berupa kain yang dijahit pada tali yang kemudian diikatkan pada pinggang dengan simpul yang mudah dibuka. Tante Yores juga berpakaian sama.
Ani keberatan tetapi kata tante Yores,”kalau kamu mau jadi dewasa ikuti saja apa yang tante Yores lakukan, trust me”. Seluruh perhiasan ditanggalkan. Akhirnya kedua wanita ini hanya memakai seragam aneh tersebut. Mereka masuk melalui suatu lorong.

Di lorong tersebut berdiri dua lelaki tegap di kiri-kanan pintu. Mereka hanya memakai kain penutup tipis berwarna putih di bawah perut. Kemudian tante yores berkata kepada salah satu dari mereka sambil merangkulnya. Tante yores mencium bibir lelaki itu sambil tangan kanannya meraba-raba sesuatu dibalik kain putih tersebut. Lalu lelaki tersebut melepaskan satu demi satu simpul yang menempel pada tante yores. Pelukan mereka makin bertambah mesra sampai akhirnyajari lentik tangan kiri tante yores meraba belahan pantat lelaki tersebut. Rupanya ini merupakan ticket atau password untuk masuk keruangan tersebut.

Kemudian Tante Yores menyuruh hal yang sama ke Ani, Ani terkejut perlahan-lahan ia dekati lelaki kedua. Lelaki tersebut merangkulnya dan menciumnya tepat pada bibirnya. Tapi ia lebih agresif ia langsung membuka semua simpul dan meremas-remas tetek ANi. Ani gelagapan. Ia bertambah terkejut ketika lelaki tersebut menyingkapkan kain putihnya dan menempelkan sesuatu yang hangat tepat pada memek ani. Ani mencoba meronta tetapi lelaki yang semula bersama tante yores ikut memegangnya. Tante Yores berkata pelan kalau tangan kanan kamu tidak meremas dan tangan kiri tidak mengelus seperti yang tante lakukan maka dia akan terus sampai kamu orgasme.

Tapi bagaimana bisa dekapan lelaki tersebut sangat erat. Memang disela dekapan ia juga merasakan kenikmatan dari remasan tersebut. Ia merasa perasaannya melayang setiap kontol lelaki itu menyentuk memeknya dan perasaan itu terus memburu sampai tak disadari ada cairan yang membasahi bulu-bulu halus di sekitar lubang kebahagian itu. Pelan-pelan tangannya mulai menyentuh kontol lelaki tersebut. Dan lelaki tersebut mulai meregangkan pelukannya dan mencium lembut pangkal dada ani. Setelah jari ANi mengelus belahan pantatnya. Ia baru melepaskan dan tersenyum.

Dengan perasaan berdegub Ani akhirnya masuk juga ke ruangan bersama tante ANi, Rupanya ruangan tersebut merupakan pesta kaum nudity. Mari tante kenalkan sama richard. Ani bertemu dengan seorang pemuda gagah dan tampan entah kenapa hatinya mengijinkan dirinya berdansa dengan lelaki tersebut meskipun mereka tidak mengenakan kain selembar pun.
Richard membelakangi Ani sambil tangannya membelai salah gunung kembar yang indah kepunyaan ani sedangkan tangan yang lain memegang pusar ani. Tak henti-hentinya Richard menciumi leher ani sambil sekali-kali menghembuskan napas ke telinga Ani.

Sekarang Ani merasa terbiasa dan timbul perasaan aneh pada diri gadis yang baru mekar tersebut. Ia merasa jantungnya berdebar dan keringatnya mulai bersatu dengan irama lembut yang didendangkan. Kedua orang tersebut berbaur dengan sekerumun orang yang melakukan hal yang sama sehingga tidak terasa seringnya bersinggungan di ruangan yang ramai itu.
Setelah selesai mereka pun mencari minuman, tradisi mereka minum aneh. Seorang pria harus meminum terlebih dahulu dan yang wanita harus meminum dari mulut pria tersebut. Dan disaat si wanita itu minum sang pria harus memeluk pinggang sang wanita sambil mengelus memek sang wanita dengan kontolnya. Dan jika si wanita berdiam saja dan tidak memasukkan kontol si pria ke lubang kebahagiaan milik si wanita maka walaupun minuman di mulut pria sudah habis ia akan terus membelai sampai si wanita terangsang sampai puncaknya.

Ani tidak tahu ia mengikuti saja ajakan minum dari pasangan dansanya yang tampan itu. Ketika hal tersebut berlangsung ia kembali gelagapan dan coba meronta Tetapi lelaki lain disekitar mereka malah membantu richard dengan memegangi tangan Ani, agar ANi tidak dapat memegang kontol Richard. Mereka pun turutmenciumi ani sambil kontolnya ditempelkan di belahan pantat ani. Akhirnya permainan semakin panas. Tante Yores sendiri sedang melakukan hal yang sama.

Perasaan Ani semakin kacau kemudian richard diberi minum oleh tante YOres. Dan dengan bantuan tante yores richard kembali dapat meminumkan ani melalui mulutnya. Dalam setengah sadar ani merasa sangat senang dan mengalami kenikmatan yang kedua setelah yang pertama di pintu masuk dan sekarang sudah bisa tersenyum. Ketika richard mengajaknya duduk di kamar tidur. Ani hanya tersenyum dan mencium kontol richard dengan bernapsu. Di kamar ini richard melakukan hal yang sama tetapi lebih lembut. Tangannya meraba wajah ani dan menelentangkan ani di tempat tidur. kemudian ia meminumkan kembali ani tetapi sekarang tidak ada minumannya.

Bibir mereka bertemu. Tangan richard membelai lembut leher ani terus turus ke dada dan hinggap di salah satu puncak gunung keindahan. Kembali richard membelai tetek ani ini sambil sekali-kali mencium pentolan dari pucak indah ini, Ani mulai berkeringat tapi ia merasa nyaman ketika tangan richard yang satunya lagi membelai sekujur tubuhnya mulai dari pantat, pusar lalu ke pahanya.

Sampai akhirnya perasaan ani tak tertahankan degub jantungnya seirama dengan suaranya yang tertahan, ah….ah… dan tanpa sadar ia berkata ke richard “oh your are wonderful please ones again richard”. Tanpa disadari dari belahan lubang keindahannya terpancar kembali cairan yang membasahi bulu-bulu memeknya.

Melihat itu darah richard langsung berdesir ia memasukkan kontolnya ke memek ani dan mulai melakukan pemompaan. Ani sekarang tidak meronta malah tersenyum danmerasa sangat nikmat walaupun ada sedikit rasa sakit. Sampai suatu saat richard merasa sangat bahagia dan kontolnya mulai berkontraksi mengeluarkan sesuatu ke lubang memek ani. Your are great begitulan kata richard. Kemudian merekapun tidur dengan selimut musim dingin yang tebal.
Ani tertidur lelap membelakangi Richard dan richard terus memeluknya mesra sampai keduanya tertidur. Keesokannya ani terbangun disekilingnya sudah tidak ada siapa-siapa kecuali tante Yores.

Ia terkejut ketika menemui tubuhnya tidak mengenakan selembar benangpun,hampir ia berteriak dengan sadar cepat dikenakan nya handuk. Tante Yores berkata pelan “terima kasih kamu mau datang ini video antara kamu dan dia anggaplah kenang-kenangan dari kami, mari kita pulang”.

Hal tersebut tidak terlupakan oleh Ani.

Anak Kalong

Setelah lulus SMA, saya ingin merantau kuliah di Jawa. Oleh karena itu Surabaya yang menjadi tujuan, karena saya masih punya keluarga dari ibu di sana. Paling tidak mbah saya dari ibu masih lengkap dan tante-tante (bulik) dari ibu juga banyak di sana.

Mungkin saya cucu kesayangan, sehingga kedatangan saya disambut gembira oleh kedua mbah dan tante-tante. Rumahnya tidak terlalu besar, tetapi memiliki halaman lumayan. Kalau tidak salah yang ukurannya sekitar 500 m2. Selama mencari perguruan tinggi yang cocok, saya menginap di rumah mbah. Kelak jika sudah diterima di Perguruan Tinggi, saya berencana kost.

Saya tidur sekamar dengan mbah. Berhubung kamarnya hanya cukup dimuat oleh sebuah tempat tidur ukuran besar, saya diajak oleh tante saya tidur di kolong tempat tidur mbah. Rupanya dia memang biasa tidur di situ dengan gelaran kasur tipis. Bagi saya malah enak tidur di kolong begitu, selain rada sensansi karena gelap, juga leluasa karena ternyata tempatnya cukup luas.

Satu, dua, tiga malam saya tidur biasa-biasa saja. Meskipun di sebelah saya tidur tante saya yang belum kawin dan beda usia kami sekitar 7 tahun. Dia adalah adik ibu saya yang terkecil. Dia memang anak bungsu. Saya tidak berminat sama tente saya ini, karena selain segan tentunya dia bukan tipe saya. Orangnya agak hitam, susunya tidak terlalu besar. Meski dia sudah bekerja, tetapi cara berpakaiannya sederhana dan jauh dari sebutan sexy.

Jadinya saya walau tidur berdua dan bergelap-gelapan, tidak ada perasaan apa-apa. Sampai satu malam saya terbangun karena rasanya gerah. Pelan-pelan saya buka mata saya untuk mengenali situasi. Ternyata saya dijadikan guling oleh tante saya. Meski gerah, berat, dikeloni oleh wanita dewasa begini, tentunya pelan-pelan ya saya tidak dapat netral lagi.

Sedapat mungkin saya menetralkan emosi. Namun, semampu-mampunya mengontrol emosi, ada juga yang tidak mau dikontrol. Tapi, saya tetap bersikap diam. Untungnya adik kecil ini tidak tertindih kaki tante saya, sehingga saya masih dapat berdiam. Waktu itu saya berpikir berkali-kali, menimbang berulang-ulang. Apakah ini kesengajaan atau tidak sengaja. Jika salah mengantisipasi, saya bisa berabe. Oleh karena itu lebih baik dianggap kurang mampu menanggapi peluang dari pada dianggap kurang ajar (gengsi kali ya).

Malam itu saya akhirnya tertidur sambil menahan beban, dan seingat saya paginya dia tidak lagi merangkul saya. Kami tidak berubah, dan dia bersikap seperti sebelumnya, meskipun pada mulanya saya rada rikuh juga menghadapi tante saya ini. Malam kedua saya agak lama tertidur, tante di sebelah nampaknya sudah lebih dulu lelap. Kini dia ulangi lagi memeluk saya. Celakanya adik kecil saya tertindih pahanya. Saraf motoriknya langsung bekerja untuk memuai, saya tidak kuasa mencegahnya. Kali ini pun saya tidak berani bereaksi. Saya nikmati saja seolah-olah saya keponakan tersayang tidurnya dikeloni. Ya apa boleh buat, sama sekali saya tidak berani membayangkan mencumbui tante saya ini, jadi ya saya pasrah jadi orang bego.

Setelah kejadian dua malam itu, saya jadi merindukan segera tidur lagi. Malam ketiga kami masuk ke bawah kolong bersama-sama setelah keadaan kamar mbah gelap. Dia senyum yang saya tidak tahu artinya, dan terpaksa saya balas juga senyumnya sekedar menghormati. Seperti biasa, saya memang lebih sering tidur telentang, dan biasanya sampai pagi tetap begitu. Tante langsung memeluk saya, padahal dia belum tidur. Komputer di kepala langsung menganalisa, ooo.., ternyata selama ini ada unsur kesengajaan. Tapi kesengajaan dalam rangka apa, susah pula ditebak.

Kalau dalam keadaan sadar begini saya tetap diam, saya khawatir dianggap tidak normal, atau paling tidak demi penghormatan saya harus merespon. Jadilah saya membalas ikut merangkulnya. Ada celakanya, karena tangan saya sebelah kiri tertindih badannya, dan posisinya kira-kira menyentuh bagian selangkangan tante saya. Wah posisi susah ini, mau digeser jalannya buntu, tidak digeser, nyaris menyentuh vaginanya.

Kesemutan deh tangan ini akhirnya, karena saya tidak berani menggerakkan tangan itu. Kami saling berhadapan, dan ternyata mulut saya tidur lebih rendah, sehingga kening saya tepat di depan mulutnya. Saya merangkul tanpa mengeluarkan kata-kata, dan tanpa gerakan apa pun. Eh lha kok dia nyium kening saya, dan makin mengeratkan rangkulan. Saya jadi terjebak harus mencium lehernya. Untung tadi sebelum tidur saya sempat berbalur baby cologne, jadi bau badan saya mungkin seperti bayi. Saya pun mengendus bau bedak yang segar dari tubuh tante.

Ciuman tante kok kayaknya bukan ciuman seperti dari ibu ke anaknya, tapi ada rasa lain. Sebabnya dia bertubi-tubi menciumi saya di sekitar kening, lalu pelan-pelan ke mata, ke hidung, ke pipi. Saya berkesimpulan tante saya ini mulai bernafsu, dan keputusan saya hanya menikmati serangannya dan berusaha tetap pasif namun kooperatif.

Pelan-pelan saya dongakkan kepala, sehingga ia berhasil mencapai bibir saya. Kini dia tidak lagi sekedar merangkul tetapi mulai agak menindih dan dengan ganasnya menyedot mulut saya, dan memainkan lidahnya ke dalam mulut saya. Saya merespon seadanya, sebagai tanda saya menghormati inisiatifnya. Untungnya kamar mbah saya ini di bagian depan rumah, jadi dekat dengan jalan, sehingga suara-suara lalu lintas di jalan membuat kamar ini tidak hening. Jadi jika pun ada suara-suara yang keluar dari cumbuan kami, hampir pasti tidak terdengar ke atas.

Saya baru sadar jika payudara yang menempel di dada saya ini tidak dilapis BH. Dan untungnya dia mengenakan daster dengan kancing di depan dan belahan dadanya agar rendah. Tante saya ini aktif sekali, dia buka pelan-pelan kancing piyama saya dan dia ciumi dada dan puting susu saya. Aduh gelinya dan rangsangannya sulit saya pendam lagi.

Tiba-tiba ditariknya kepala saya ke bagian dadanya, dan sepertinya dia menyuruh saya menciumi bagian dadanya. Dia pun membuka satu persatu kancing di dadanya. Ya ampun, payudaranya kenyal sekali. Putingnya yang masih kecil saya jilati dan sedot bergantian kiri dan kanan. Dia seperti kepedasan, tapi mendesisnya berbeda.

Tangannya perlahan-lahan merambat ke selangkangan saya. Dia meraba adik saya dari bagian luar celana yang rasanya sudah mau meledak. Dikucel-kucelnya celana saya dengan gerakan hiperaktif. Saya jadi pecah konsentrasi menciumi payudaranya, sehingga akhirnya saya posisikan diri telentang. Dengan demikian tanggannya lebih leluasa meraba anu saya dari luar. Dia tidak puas pelan-pelan mencari celah untuk memasukkan tanggannya ke dalam celana saya. Digenggamnya rudal saya, dan dikocok-kocok. Saya menjadi sangat terangsang. Tetapi saya berhasil mengendalikan diri agar tidak cepat muncrat.

Dilucutinya celana saya sehingga rudal tegak bebas siap diluncurkan. Sementara itu tangannya membimbing tangan saya mengarahkan ke vaginanya. Saya turuti tanpa perlawanan, dan segera mencari segitiga emasnya. Saya raba dari bagian luar dasternya, dan pelan-pelan saya tarik dasternya ke atas sehingga tangan saya dapat menyentuh CD-nya. Celananya terasa agak lembab terutama di bagian bawah. Tangan saya berusaha mencari jalan ke dalam celana dalamnya dan mendapati gundukan dengan bulu tipis dan belahan yang basah.

Segera saya cari klitorisnya. Dia lalu tidur telentang sambil berusaha melepas CD-nya sendiri. Setelah tanpa CD dia memberi keleluasaan tangan saya mengucek-ucek klitroisnya. Dalam hal mengucek, saya telah memiliki ketrampilan, sehingga gerakan saya sangat diresponnya dengan rangsangan yang semakin hebat dirasakannya. Dia kini tidak lagi mengocok-kocok rudal saya, sudah lupa kali.

Tidak lama kemudian tangan saya dijepitnya dengan kedua paha dan tangannya menekan tangan saya ke kemaluannya. Saya berhenti mengucek-ucek. Vaginanya terasa berdenyut-denyut seperti denyutan kalau rudal saya memuntahkan pelurunya. Dalam keadaan orgasme itu saya segera menyergap mulutnya, dan saya sedot kuat-kuat. Dia sampai terengah-engah, dan saya kembali telentang sambil rudal tetap siaga di tempatnya. Saya pasrah saja tidak lagi mengambil inisiatif apa-apa.

Sekitar 5 menit kemudian dimiringkan badannya menghadap saya. Dan saya pun ditariknya agar juga miring menghadap dirinya. Ditepatkan vaginanya ke rudal saya, dan kakinya sebelah naik ke badan saya. Rudal saya digesek-gesekkan ke vaginanya, dan sesekali dia usahakan dimasukkan ke dalam liang vaginanya. Tapi usaha memasukkan itu selalu gagal, karena sempitnya liang senggama itu. Saya pasrah saja. Habis kolong tempat tidur itu begitu rendah, sehingga tidak mungkin saya mengambil posisi menindihnya.

Linu juga rasanya kepala rudal ini digosok-gosokkan ke arah klitorisnya, tetapi dia sangat menikmati sampai akhirnya dia kelojotan sendiri karena orgasme. Saya tetap pada posisi nanggung, sementara dia sudah 2 kali Orgasme. Apa boleh buat lah, tidak ada kesempatan dalam kesempitan. Tiba-tiba dia keluar dari kolong menuju kamar mandi. Barangkali mencuci kemaluannya karena sudah belepotan dengan cairannya sendiri.

Tidak lama kemudian dia masuk kembali, dan segera menyusup ke bawah kolong. Tapi dia tidak langsung di sisi saya, posisinya nanggung, dan mulutnya dekat sekali ke rudal saya yang sudah kembali berada di balik celana, meski voltase-nya belum turun. Ditariknya celana saya pelan-pelan, dan segera disergap peluru kendali itu dengan sedotan yang sangat kuat. Rasanya seluruh saluran mani dan kencing bagai ditarik keluar, linu geli dan enaknya bukan main.

Perlahan-lahan dan hati-hati dia memposisikan liang senggamanya menghadap ke mulut saya, dan dia tarik badan saya sampai pada posisi miring. Saya tahu maksudnya, agar saya menciumi kemaluannya. Dan astaga.., ketika saya buka dasternya ke atas, dia tidak lagi mengenakan CD dan vaginanya bau wangi sabun. Pelan-pelan saya julurkan lidah saya ke arah belahan kemaluannya, dan mencari klit-nya. Kepala saya dijepit diantara kedua pahanya, sehingga saya susah bergerak. Sementara rudal masih terus dilomoti dan disedot.

Saya temukan klit-nya, dan perlahan-lahan saya jilati terus menerus dengan gerakan yang sedapat mungkin konstan. Dia semakin semangat menghisap rudal saya, saya pun makin tinggi, mungkin dia juga karena gerakannya makin tidak terkontrol. Saya menikmati gerakannya yang sedang terangsang, saya jadi makin terangsang dan siap meledak. Tidak lama berselang, saya pun meledak tetapi saya berusaha terus menjilati. Mendapati ledakan saya rupanya dia pun terpicu pada orgasme karena tiba-tiba kepala saya dijepit sekuat-kuatnya.

Saya tidak tahu apakah mani saya ditelan atau tidak, karena saat mau meledak tadi saya tidak beri aba-aba, tetapi ketika meledak pun dia tidak melepaskan rudal saya. Sesaat tembakan terakhir saya, kepala rudal ini rasanya ngilu luar biasa sehingga saya menahan kepalanya agar tidak bergerak. Lemas rasanya badan saya seperti habis lari marathon 10 km. Saya tidur telentang dan rasanya dia mengelap mani saya yang tercecer dengan kain, yang mungkin sudah disiapkan.

Hampir setiap malam kami melakukan seperti itu. Dan polanya selalu serupa. Sampai suatu malam kami menikmati yang lebih leluasa. Pasalnya mbah berdua menginap di salah satu rumah anaknya. Jadilah kami yang harus tidur berdua di tempat tidur mbah.

Kami masuk ke kamar tidur seperti biasanya sekitar jam 10 malam. Pintu langsung dikunci dan kamar gelap gulita. Kami memulainya dengan cumbuan berat sampai akhirnya telanjang bulat berdua. Dia mengarahkan badan saya agar menindihnya dan kakinya dilebarkan dan ditekuk sehinga lubang vaginanya terbuka lebar. Pelan-pelan dituntunnya rudal saya ke arah lubang vaginanya yang telah siaga.

Saya terus terang tidak tahu apakah dia perawan atau tidak, tetapi nyatanya memperjuangkan kepala rudal masuk ke lubang vaginanya susahnya bukan main. Setelah kepala rudal terbenam, pelan-pelan saya dorong tetapi masih sulit, meskipun dia sudah membuka selebar-lebarnya. Sambil saya tekan pelan, saya lebih tegangkan rudal saya sampai menjadi sangat kaku. Cara ini ternyata mampu menembus ke dalam gua lebih dalam. Tetapi tetap saja ada halangan. Dia agak merintih sambil berbisik, sakiitt. Saya tahan setengah jalan, mungkin baru sepertiga perjalanan. Lalu saya tekan sedikit sambil kembali menegangkan rudal, masuk lagi sedikit. Rasanya sudah setengah batang saya terbenam. Dia tahan lagi badan saya karena katanya sakit. Saya pun menahan, lalu menarik sedikit dan mendorong sedikit. Jadi untuk beberapa saat kami main setengah tiang. Dia mulai merasa nikmat dengan permainan setengah tiang itu, sementara saya merasakan nikmat yang tanggung.

Sambil menarik dan mendorong, saya mencuri dorongan lebih banyak dan seperti gerakan piston, ternyata batang saya mulai lebih jauh terbenam. Meskipun begitu, masih ada seperempat bagian yang tersisa masih belum dapat masuk karena terhalang sakit. Saya kembali bermain tigaperempat tiang, dan pada satu kesempatan setelah gerakan itu licin, saya hunjam sampai seluruh batang saya tertanam. Merdeka, saya berhasil, meski dia mendesis rada kesakitan. Saya berhenti untuk memberi kesempatan agar rasa sakitnya berkurang. Pelan-pelan saya gerakkan maju mundur lagi. Kini dia tidak lagi merasakan sakit seperti semula. Tapi mungkin masih ada sakit meski sedikit. Saya lakukan gerakan pelan sambil mencari posisi yang tepat.

Sampai pada posisi dimana dia memberi respon saya bertahan di posisi itu. Tidak lama kemudian dia mengunci badan saya dan saya rasakan vaginanya berdenyut, padahal saya juga sudah hampir dan sudah lari pada persneling 5. Kini terpaksa kembali ke posisi netral dan maju lagi perlahan-lahan dengan persneling satu, dua sampai lima saya pusatkan perhatian karena saya sudah hampir meledak. Saya tidak lagi dapat memikirkan apa-apa ketika rudal saya hampir meledak, dia malah kelojotan dan berdenyut-denyut vaginanya membuat ledakan saya bagaikan bom atom. Mungkin kami mencapai orgasme yang sama.

Saya tidak lagi dapat menimbang harus ditembak di dalam atau di luar, pokoknya pada saat itu rasa enak sudah mengalahkan semua pertimbangan. Malam itu kami main sampai 3 kali. Celakanya atau untungnya mbah menambah hari menginapnya sehingga malam kedua kami mengadakan reli dan memecahkan rekor saya 9 kali ejakulasi, dia entah berapa kali, karena saya tidak mampu menghitung, apalagi permainan saya makin lama untuk ronde-ronde berikutnya. Pada ejakulasi yang kesembilan rasanya tinggal angin saja yang keluar dari peluru kendali ini.

Seharian itu kemudian saya tidur kecapaian, selain membalas tidur malam yang terbengkalai, juga memulihkan tenaga yang musnah. Meskipun sudah demikian jauh kami berbuat, tetapi jika di hadapan saudara-saudara kami tidak berubah sikap, artinya saya tetap saja menganggap dia tante saya dan saya keponakannya. Tapi di balik itu kami punya cerita yang dahsyat. Setelah reli itu saya sampai sekarang tidak pernah mampu lagi mencapai 9 kali dalam semalam meskipun dengan wanita yang lain.

Aku, Rina, Aris dan Heri

Waktu diusiaku yang beranjak dewasa, aku merasa bangga terhadap diriku yang ceria, supel, riang, penuh canda dan memiliki keindahan yang ada di dalam diriku. Tidak jarang aku berkumpul dan berjalan-jalan dengan kenalan baru, untuk saling mengetahui hal-hal yang baru. Aku di sekolah memiliki teman yang cantik dan seksi, sebut saja namanya Rina, tetapi diriku memiliki lebih dari apa yang dimilikinya. Temanku memiliki tubuh yang ideal, tinggi diatas 165 cm, berat 40 kg lebih, kulit putih mulus, bokong yang padat, dan yang paling kami banggakan adalah keindahan kedua buah dada yang kami miliki (34B lebih ukurannya), terkadang kami suka memakai pakaian yang pedek dan ketat untuk dapat memamerkan apa yang kami miliki, dan tentu saja indahnya tubuh kami sering dipuji. Bangga rasanya dapat menarik perhatian orang, yang terkadang tidak berkedip melihatku.

Sebut saja namaku Yulia, aku sangat akrab dan saling berbagi dengan temanku ini, walaupun itu hal yang kecil dan sepele. Di sekolah dan sepulang sekolah, rasanya seperti perangko saja, jarang berjauhan dan selalu terlihat bersama, dan tidak jarang kami menginap bergantian. Kalau sedang berdua, kami sering membandingkan sosok tubuh kami, apa yang kurang dan apa yang lebih. Kami membandingkan tubuh dengan berbagai macam jenis pakaian, dari yang dapat memperlihatkan indahnya tubuh dan pakaian yang benar-benar tertutup.

Dia sering bercerita apa yang sering dilakukannya dengan pacarnya, sampai ke hal-hal yang disukainya. Saat kami duduk berdua, dia menceritakan bagaimana dia merawat dadanya, dia mengajarkan bagaimana menghindari penyakit kanker payudara. Rina mengajarkan cara memijat dan lain-lain. Dia mengatakan kalau wanita menyusui sangat minim untuk terkena kanker. Dengan berbisik, Rina mengatakan kepadaku cara menjaganya dengan cara lain, tetapi lebih suka bila dibantu.
Dia berbisik lagi, “Dibantu dengan pacarku.”
Lalu kubertanya, “Bagaimana..?”
“Sepeti ini (tanganya lalu meremas-remas dadanya) dan kadang dihisap, awalnya aku risih, tapi karena aku suka, jadi aku menyenanginya (pacarnya dan caranya).”
“Aku bingung.., seperti apa sih..?” jawabku.
“Bodoh kamu..!” kata Rina, lalu dia melepaskan pakaiannya dan memang bentuknya indah, aku saja terkagum-kagum, apa lagi pacarnya, buah dadanya mulus dan terlihat padat.

Lalu dia melepaskan BH yang menutupi keindahan dadanya. Kedua dada yang padat dan kedua puting yang merah terlihat lembut. Lalu tanganya meraba-raba, meremas-remas kedua puting yang terlihat bulat, akhirnya kedua puting payudara itu mengeras dan kedua dadanya tegang.
“Seperti ini…” katanya.
Dan dia memainkan puting yang merah itu sambil berkata, “Dia menghisap ini dengan nafsu, dan lembut juga lidahnya memainkan ini, nikmat loh..!”
“Apa nikmatnya..?” kataku.
Lalu dia menghampiriku dan tanganya meraba dadaku (yang ukurannya lebih besar dari miliknya), “Seperti ini loh Non.., dadamu boleh juga ya..?” kata Rina sambil tersenyum dengan peragaan kedua tangannya.
Rasanya aku tidak menyuka hal seperti ini, tetapi perlahan-lahan aku rasakan nikmat.
“Awalnya risih, tapi lama-lama rasanya lumayan, enak juga..!” kataku.

Kemudian kulihat tatapan matanya ke wajahku, rasa ingin berbagi pengalamannya terlihat.
“Bolehkan kubagi pengalamanku..?” sahut Rina dengan rasa penasaran, “Biar kamu tau yang kunikmati dari pacarku..” sambungnya dengan rasa ingin memberitahunya yang tinggi.
Aku berpikir dan rasanya penasaran juga, “Seperti apa sih..?” tanyaku dengan sikapku yang ingin mengetahui lebih lagi.
Lalu Rina meremas, dan kemudian mengangkat kaosku, sehingga BH-ku yang berenda dan berwarna krem dapat ditonton.
Rina melihat dan memujiku, “Kalau kamu punya pacar pasti suka dengan yang satu ini.. (dada berukuran 36 yang putih dan mulus)”
Dia pun melepaskan kedua kaitan bra-ku, bra yang tadinya menutup dengan sesak kedua buah dadaku, akhirnya diangkat bersama kaosku, sehingga tiada sehelai kain pun menutupi dadaku yang tertutup sesak, dan seakan dadaku sekarang lepas dan terlihat mengembang. Memang ukuran yang aslinya lebih besar dari bra yang kupakai.

Lalu tangan Rina merangkulku, tangannya meraba-raba dadaku sambil berkata, “Kayak ini loh non..”
Kemudian dia memainkan putingku, wajahnya menghampiri dadaku yang satunya, lalu bibirnya mulai mencium putingku. Setelah beberapa lama, kurasakan sesuatu yang nikmat.
“Nikmat Rin…” sahutku kepada Rina.
“Lanjut ya..?” sahut Rina sambil mulutnya melanjutkan tugasnya.
Putingku yang merah dan mengeras akhirnya masuk ke dalam mulut Rina. Kurasakan kelembutan dan kenikmatan, sehingga rasanya tubuh ini pasrah untuk dinikmatinya. Dadaku pun mengeras, kurasakan titik kenikmatan dari putingku yang menyebar dan mengalir ke seluruh tubuhku. Sesaat kurasakan kenikmatan itu mengalir ke bagian tengah tubuhku, tepatnya diantara kedua paha tepat di bawah perut yang tertutup bulu-bulu hitamku yang lembut. Rasanya terbang tinggi tanpa sadar. Aku merasakan puncak pertamaku, walau itu hanya dari cumbuan. Rasanya ingin terulang kembali.

“Terima kasih ya..!” kuucapkan kepada Rina.
“Senang rasanya dapat berbagi dan memberi tau kamu..” ucap Rina.
Lalu kami mengenakan pakaian lagi.

Hari pun terus berganti, Rina terus membagi pengalamannya kepadaku. Dia terus mengajariku banyak hal. Pernah dia bercerita tentang hal yang tidak pernah lepas disaat dia bersama pacarnya, yaitu berciuman. Dia bercerita kalau pacarnya sekarang bukan yang pertama, dia sudah mengenal beberapa bibir yang membuat kenangan padanya.
“Apa nikmatnya kissing.., kenapa kamu suka..?” sahutku ke Rina dengan rasa penasaranku.
“Makanya pacaran biar tahu, kamu mau tau..?” jawab Rina.
“Sebenarnya udah banyak cowok yang ngajak pacaran, tapi aku belum mau aja..!” balasku.

Aku terus mengungkapkan rasa penasaranku ke Rina, Rina pun memberi respon, dan dia berkata, “Kamu mau kalo aku kasih tau, aku praktekin..?” katanya sambil bercanda.
“Mau Rin, kamu bisa..?” jawabku serius.
“Bisa.., ehm… cuma kissing kamu aja kan..?” jawab Rina yang terlihat bingung.
Aku bingung campur penasaran, lalu kujawab, “Aku ingin tau Rin.”
Lalu Rina mendekatiku, dia menghampiri wajahku, bibirnya perlahan menghampri bibirku. Aku merasa janggal, gemetar, tegang campur macam-macam perasaan. Perlahan-lahan memangnya aksinya, dan akhirnya bibirku tersentuh bibir Rina, kurasakan lembut dan nikmatnya sentuhan bibir Rina, dan itulah yang pasti disukai pacarnya. Lalu Rina melepas kecupan bibirnya, aku hanya terdiam dan tidak mengerti harus berbuat apa.

“Bibir kamu lembut, kalo kamu pacaran pasti cowok kamu ketagihan…” sahut Rina.
“Masa..?” jawabku.
“Kamu mau tau banyak tentang kisssing..? Aku ajarin deh..!” kata Rina mulai agak bersemangat.
Dengan rasa masih penasaran, aku mulai menanggapi tawaran Rina, dan kujawab, “Aku ingin tau banyak.., ajarin aku dong..!”
Lalu Rina bercerita panjang lebar tentang pengalaman kissing-nya dengan tahap demi tahap, dan lalu kami mempraktekannya. Entah mungkin karena kami berteman dan sama-sama sejenis, mungkin kami tahu dan mengerti apa yang harus dilakukan untuk berbagi kenikmatan. Akhirya kami sama-sama merangsang seluruh tubuh kami, ah.. nikmatnya tiada tara.

Kami terus berbagi dan mengulanginya dari hari ke hari, tetapi itu hanya terbatas karena kami sama-sama sejenis, dan tidak ada rasa suka, yang ada hanya kenikmatan. Waktu pulang sekolah, aku tidak dapat pulang bersama Rina, karena dia sudah diajak pacarnya. Aku pun pulang bersama teman yang lain. Sesaat ditengah perjalanan pulang rasanya aku ingin main dan menginap di rumah Rina saja. Akhirnya aku menuju ke rumah Rina.

Saat aku sampai dan pintu rumahnya ternyata terkunci, aku pun masuk dengan kunci cadangan pemberian Rina. Rumahnya tenyata sepi, kukira dia ada di rumah. Sekilas aku mendengar suara Rina (entah seperti apa suaranya, hanya terdengar samar) di dalam kamar. Akhirnya kamar Rina kuhampiri. Kubuka perlahan pintunya supaya dia tidak kaget. Astaga, alangkah kagetnya aku, kulihat Rina sedang berdua dengan pacarnya tanpa sehelai pakaian di badannya (kecuali pacarnya). Untung pintu terbuka sedikit sekali, aku hanya dapat mengintip. Aku hanya terdiam menatap Rina dengan pacarnya, maklum baru kali ini aku melihat insan berduaan dengan gairah seperti itu.

Awalnya mereka berciuman, lalu meraba-raba, dan yang dilakukan Rina dengan dadaku sama seperti yang dilalukan pacarnya, meraba, meremas, menghisap dan begitulah. Kulihat Rina menikmati dan terlihat pasrah untuk dinikmati. Tubuhnya pasrah, wajahnya terlihat melayang seperti aku waktu itu, tetapi tidak sehebat aku terbangnya. Aku heran melihat pacarnya yang tidak hanya mencumbu dada Rina, tetapi juga mencumbu belahan yang juga kumiliki yang ada di antara kedua paha. Rina pun kulihat melayang, dan sesaat kemudian dia mengeluarkan suara desahan yang kuat, aku pun samar-samar merasakannya juga.
“Ah, nikmatkah rasanya, seperti apakah nikmatnya..?” pikirku dalam hati.

Sesaat kulihat beberapa jari tangan pacar Rina keluar-masuk di antara paha Rina yang tertutup bulunya. Kulihat kaki Rina melebar, seakan-akan serakah mengambil tempat. Tidak beberapa lama Rina terbangun dan memberi isyarat supaya pacarnya mendekatkan pinggangnya ke arah wajah Rina. Lalu kulihat Rina melepaskan celana pacarnya, aku heran melihat tonjolan di celana pacarnya. Seperti apakah tonjolan di balik celana dalam itu. Rina mengelus dan mencium tonjolan itu, aku berpikir sambil heran seperti inikah caranya pacaran. Tanpa basa-basi lagi Rina menarik dan melepaskan celana serta CD pacarnya.
“Ah, seperti itukah tonjolan yang selama ini yang samar-samar kuketahui..?” kataku dalam hati.
Aku hanya dapat melihat dengan terpana dan heran, tetapi sesaat kurasakan aku menyukainya juga. “Kapankah aku dapat mengetahuinya lebih jelas..?” kataku lagi dalam hati sambil berusaha membayangkannya.

Rina mendekap tonjolan itu dengan jemarinya. Kelima jari Rina kemudian mengusap-usap milik pacarnya dengan nikmatnya. Kulihat pacar Rina menegang. Tidak lama kemudian wajah Rina menghampiri tonjolan yang didekap dan dielus-elus jemarinya itu. Lalu bibirnya pun terbuka seperti goa, lidahnya keluar dan menjilat tonjolan yang pucuknya seperti jamur itu. Kulihat lidah Rina menyentuh dengan nikmatnya, dan bibirnya mulai terbuka lebar lagi. Milik pacarnya pun masuk ke dalam goa itu (mulut Rina) sampai dalam. Kulihat Rina memejamkan mata dengan perlahan sambil menikmati yang masuk ke dalam mulutnya. Mulut Rina dan bibirnya terlihat seperti menghisap permen dengan nikmatnya.

“Ah, kurasakan nikmat lembutnya bibir dan lidah Rina waktu di dadaku, pasti pacarnya menikmatinya seperti yang kurasakan di dadaku.” kataku dalam hati.
Milik pacarnya terlihat hampir keluar, dan akhirnya tertelan lagi di mulut Rina yang lembut. Mulut dan kepala Rina bergerak terus dengan nikmatnya. Kulihat adegan berikutnya, setelah masuk dan dinikmati mulutnya, kulihat Rina menarik milik pacarnya dengan perlahan (sambil merebahkan badan, kakinya seperti membuka stand) ke arah tepat di bawah perut, di antara kedua paha Rina. Dibalik bulu Rina yang halus dan hitam, kulihat dari jauh itulah yang dituju milik pacarnya yang perlahan seakan hilang dan bersembunyi di tubuh Rina. Kulihat mereka berdua tegang, lalu milik pacarnya hadir dan terlihat lagi, kemudian masuk dan terus menerus seperti itu. Dan perlahan-lahan bergerak cepat. Suara Rina yang mendesah halus seakan perlahan-lahan dibesarkan volumenya sampai besar.

Cukup lama aku mengintip mereka berdua dengan perasaan heran dan ingin tahu. Beberapa waktu kemudian, milik pacarnya ditarik keluar dari tubuhnya, dan kulihat dia menegang. Rina terbangun dari terbangnya, dan kulihat wajahnya menghampiri milik pacarnya. Sesaat entah apa yang keluar dari milik pacarnya dan terbang ke arah mulut Rina yang terbuka. Kulihat pacarnya merasakan kenikmatan, tampaknya Rina terlihat tidak puas dengan sesuatu yang terbang masuk ke mulutnya, lalu dia terlihat kembali menghisap milik pacarnya sampai air yang keluar itu habis tertelan mulutnya.
Setelah itu mereka beristirahat, dan setelah beberapa lama pacarnya bergegas pergi dari rumah Rina. Saat itu pun aku bergegas bersembunyi di lantai atas rumah Rina. Terlihat dia naik ke lantai atas untuk mengambil sesuatu. Dia kaget, ternyata aku ada di atas dan bersembunyi, aku pun kaget sambil tersenyum.
“Sudah dari kapan kamu datang..?” tanya Rina.
“Udah lama…” jawabku.
Lalu dia mengajakku turun setelah mengambil yang dicarinya. Dia mengajakku ke kamarnya, dan lalu kami bercerita panjang lebar.

“Apa kamu liat pacarku tadi disini..?” tanya Rina.
“Aku tidak sekedar ngelihat pacar kamu, tapi juga melihat kalian berdua..” jawabku.
“Jadi kamu melihat kami..?” kata Rina sambil penasaran.
“Emang, aku penasaran dan ingin tau, jadi maaf ya Rin..?” jawabku.
“Tapi ini rahasia kita ya..?” sahut Rina.
“Kita kan teman, ya saling menjaga dan berbagi. Seperti apa sih Rin rasanya, kamu ngerti ngelakuinnya ya..!” kataku kemudian sambil bercanda.
“Kamu mo tau ya..? Enak.., aku suka, aku butuh, ini bukan yang pertama Yul, sebenarnya sudah sering aku ngelakuinnya, tapi ini yang pertama di rumahku. Aku sering ngelakuin di rumah pacarku, rumahnya sepi, tapi sebenarnya bukan sama dia aja loh hubungan ini kulakuin. Kadang aku sama mantan masih berhubungan, soalnya kita masih ada rasa suka. Tapi kita udah punya masing-masing, mantanku ada dua. Dan aku pernah berhubungan bertiga, kita sama-sama butuh dan puas, dan kita sama-sama jaga rahasia, kecuali aku ke kamu. Kalo kamu pengen tau tentang gituan, nanti kujelasin banyak deh, kita kan temen…” ucap Rina dengan panjang lebar.
“Aku jadi pengen, boleh liat lagi nggak..?” sahutku sambil bercanda.
“Besok-besok kalo pengen tau kamu bisa ngintip kami kok..!” dijawab Rina dengan serius.

Ternyata Rina menepati janjinya. Aku dapat melihat dia berhubungan saat di rumahnya. Lama-lama kupikir aku juga suka. Kayaknya aku juga menginginkannya.

Suatu hari aku dan Rina berkenalan dengan beberapa anak pria dari sekolah lain. Wawan, Edwin, Aris, Sandi, Ari dan Heri, dan beberapa diantaranya sudah kuliah (Aris dan Heri). Kami akhirnya akrab dan kami sering berkumpul. Suatu saat mereka mengajakku dan Rina berjalan-jalan ke pantai. Tempatnya di luar kota, jaraknya pun cukup jauh, mungkin ada tiga sampai lima jam perjalanan lamanya. Kami berencana menginap di sana dalam acara liburan akhir minggu. Aku dan Rina dapat ijin dari keluarga, karena kami memberi alasan kumpul bersama teman-teman sekolah kami.

Aku dan Rina bersepakat untuk bersaing dulu-duluan menarik perhatian mereka, siapa yang paling mereka sukai. Awalnya kami kira kami hanya berempat dengan Aris dan Heri yang pergi. Tetapi ternyata berdelapan. Aku dan Rina menganggap suasana menjadi lumayan lebih ramai. Akhirnya kami janjian bertemu di tempat kost salah satu dari mereka. Sebelumnya Rina dan aku berganti pakaian terlebih dahulu di sana, dan akhirnya aku dan Rina memulai permainan. Kemudian Rina melepas semua pakaiannya sampai yang tersisa hanya celana dalam, begitu juga aku. Tubuh kami yang indah terlihat semua dan itulah rencana dari permainan kami. Kami akhirnya mengenakan rok sedengkul dengan belahan yang lumayan, sehingga dapat memamerkan kemulusan paha kami sepenuhnya. Kemeja tanpa lengan dengan kancing di depan kami pakai, dan terkadang memperlihatkan pusar kami. Ah rasanya pakaian kami cukup seksi, karena sudah membentuk tubuh kami yang sudah indah menjadi lebih indah lagi. Ketatnya baju ini seakan-akan kami merasakan seperti dipeluk dengan dekapan erat. Kedua buah dada kami terlihat indah bentuknya, memang aku dan Rina sengaja untuk tidak memakai bra yang menyelimuti mahkota seperti biasanya.

Kemudian kami keluar dari kamar kost. Mereka yang melihat, langsung terpana karena tubuh indah kami, sehingga membuatku dan Rina merasa bangga. Akhirnya kami berangkat setelah menjelang selesainya siang. Kami berangkat dengan sebuah mobil minibus, supaya dapat beramai-ramai. Aku dan Rina duduk di tengah-tengah, diapit Aris dan Heri. Aku pun belum pernah duduk berdua dengan pria seperti ini. Di perjalanan, untuk menghilangi rasa jenuh kami bernyanyi dan bercanda. Di tengah perjalanan kurasakan mata mereka menelanjangi tubuhku dan tubuh Rina. Senang rasanya, karena mata mereka lebih banyak menuju ke tubuhku ini. Dari celah-celah kancing pun, bentuk bulat dada kami kadang-kadang terlihat dengan jelas.

Kulihat Rina melepas beberapa kancing supaya agak terbuka sedikit. Aku tentu tidak mau kalah, akhirnya kulakukan juga. Kadang aku agak menunduk, sehingga belahan dadaku dapat terlihat jelas. Rupanya kenalan Rina (Aris) dengan Rina sudah benar-benar akrab. Mungkin karena pakaian kami, mereka tidak melepas pandangan mereka dari kami. Aris tampaknya mulai melakukan penjajakan ke Rina, sehingga Rina pun tertarik padanya. Aris mulai memegang tangan Rina dan perlahan dia mencoba merangkul Rina. Awalnya Rina menolak, tetapi tampaknya dia tetap mencoba terus dan tidak menyerah. Dia terus memuji tubuh Rina. Yang kutahu, Rina sangat suka dipuji akan tubuhnya, dan itu merupakan suatu kelemahan Rina. Aris memuji wajah Rina yang cantik, kulit yang putih mulus, rambut yang indah, dada dan bokong yang indah. Rina pun senang dan bangga. Maklumlah, kami masih anak-anak yang beranjak dewasa, sehingga kami cepat salah tingkah.

Aris meremas dan mengelus-elus jemari Rina. Kulihat Rina menyukainya. Dia memuji paha Rina yang putih dan mulus.
“Paha kamu mulus dan indah ya..?” sahut Aris.
“Kamu suka ya..?” jawab Rina.
“Andai itu milikku, andai kubisa menikmati halusnya…” sahut Aris.
“Seperti apa..?” sambil tangan Rina menaruh tangan Aris di pahanya.
Tanpa basa basi dan menunggu waktu, aris langsung mengelus-elus dengan nikmat paha Rina yang terlihat utuh karena belahan roknya. Tampaknya Rina mulai menyukai Aris.

Tanpa terasa waktu cepat berganti, Rina dan Aris mulai terlihat dekat. Aris berhasil merangkul Rina. Dan tidak itu saja, dia juga membelai rambut Rina, mencium pipi Rina, entah mengapa mereka cepat dekat seperti itu. Kulihat Aris berhasil mengelus paha Rina sampai ke pertemuan dua paha. Rok Rina terangkat tinggi sampai celana dalam Rina terlihat. Tampaknya Rina sudah terbawa melayang dengan sentuhan Aris, maklum gairah kami terlalu tinggi dan cepat datangnya. Aris menyiumi Rina mulai dari pipi, kuping, leher lalu ke bibir. Rina menikmatinya dan bibir mereka berperang. Tangan Aris mengelus paha Rina dengan nikmatnya, lalu perlahan pindah ke belahan di celana dalam Rina, pinggang, perut, lalu dada Rina. Awalnya Rina menolak, tetapi gairah Rina yang sudah muncul membuatnya melayang dan susah untuk berkutik dan menolak.

Tangan Aris meraba-raba dada Rina dan meremas-remas, lalu menuju kancing Rina dan melepaskannya satu persatu secara perlahan. Kancing Rina terlepas dan terlihat indahnya sebagian tubuh Rina. Lalu Aris meremas dada Rina secara langsung, sehingga keindahan tubuh Rina dapat dinikmati setiap mata di dalam mobil.

Setelah beberapa lama hal ini terjadi, Aris dan Rina menghentikan asmara mereka. Rina menutup kembali tubuhnya yang indah itu, walaupun tampaknya mereka belum puas. Kami terus berjalan, dan akhirnya sampai di pantai yang kami tuju. Kami bersenang-senang di pantai. Akhirnya kami berkumpul di dalam mobil. Kami bercanda di dalam, entah mungkin suasana yang sepi dan lembut merubah rasa-rasa yang ada di dalam jiwa. Rina dan Aris tampaknya melanjutkan permainan mereka yang belum selesai. Aku agak risih di samping Rina, karena aku belum pernah berhubungan, apalagi yang seperti ini.

Wawan yang duduk di depan tampaknya terangsang dengan tubuh Rina. Dia pun tampak ikut meraba dan menikmati tubuh Rina. Akhirnya Rina dan Aris bercinta tanpa peduli dilihat seisi mobil. Wawan pun tidak mau kalah, dia ikut bercinta dengan Rina bergantian dengan Aris. Tampaknya Rina tidak canggung dan menikmatinya. Entah mengapa kurasakan tangan Heri meremas dadaku. Aku menolaknya, “Jangan..!” kataku tersentak, entah mengapa aku malah terangsang.
Dia dengan nafsunya menyerang tubuhku, aku agak meronta dan menolak, tetapi aku tidak sanggup bergerak banyak, rambutku dijambak oleh Sandi dari belakang. Edwin tidak mau kalah, dia segera menarik kedua tanganku ke belakang.
Heri akhirnya dengan leluasa dapat menikmati dadaku, aku hanya dapat berkata, “Tolong jangan..!”
Mereka tampaknya tidak peduli dengan ucapanku, yang ada hanya nafsu untuk menikmati tubuhku.

Aku menangis pelan. Tampaknya Rina tidak mendengarnya, Heri, Sandi, Edwin terus menyergapku. Sandi menciumi wajahku, Heri meremas-remas dadaku dengan nafsu. Awalnya aku merasa takut. Heri meraih kancingku dan melepaskannya, sehingga dadaku terlihat jelas. Tanpa henti dia juga meraih resleting rokku, dan perlahan melepaskannya bersama celana dalamku. Dia tidak menikmati dadaku lagi, tetapi yang ada di balik bulu halusku. Entah mengapa aku menikmati sentuhan jemarinya, ah mengapa jadi aku terangsang. Akhirnya jarinya keluar masuk di lubangku (hilang keperawananku) dan sesaat aku mendesah. Dadaku memang tidak disentuh Heri lagi. Sandi yang menjambak rambutku mengecup bibirku dengan nafsu, lalu tangannya menikmati dada kananku. Edwin yang memegang tanganku ikut menikmati dada kiriku.

Waktu terus berjalan, entah mengapa aku menjadi terbawa. Walaupun aku meronta, aku sebenarnya menikmatinya. Tubuhku yang indah ini akhirnya mereka nikmati secara bersamaan. Perasaanku bercampur aduk, aku disentuh oleh mereka. Karena waktu sudah agak malam, akhirnya kami ke rumah Aris yang kosong bersama-sama. Di sana kami bermalam bersama, tampaknya Rina bingung menghadapi teman baru kami. Tubuhku dan Rina tampaknya menjadi hidangan mereka malam ini. Mereka terus menyerang tubuh kami, Rina dan aku tidak bisa mengelak hasrat mereka.

Di dalam rumah aku menjadi bulan-bulan mereka, aku terus menolak, tetapi apa daya tenaga mereka lebih besar. Aku diboyong ke tempat tidur. Kedua tanganku dipegang dengan erat, sehingga aku hanya bisa pasrah dan mengalah. Bajuku dilucuti. Cahaya lampu terang pun mempertontonkan seluk beluk tubuhku, dan membuat mereka semakin terangsang. Kali ini aku ditiduri langsung, tanpa ada rabaan dan cumbuan. Ah, entah mengapa aku malah merasakan kenikmatan, mereka bergantian memegangi tanganku, dan secara bergantian pula mereka memasukkan milik mereka ke liang vaginaku. Tampaknya aku hanya bisa pasrah, beberapa kali aku merasakan ada sesuatu yang menyembur di dalam liangku. Mereka melakukannya berkali-kali padaku sampai aku lemas tidak sadarkan diri. Dan entah apa yang terjadi pada Rina.

Pagi pun menjelang, aku mulai terbangun dengan tubuh lemas ini.
Aris menyapaku, “Pagi Yul..”, yang begitu juga jawabku dengan kesadaran yang bertahap.
Kucari pakaianku, tetapi aku tidak mendapatkannya.
Heri menemuiku di kamar, “Pagi Yulia…” sapanya sambil menghampiriku dan meraba-raba tubuhku kembali.
Kali ini aku tidak dapat menolak keinginannya. Ternyata tubuh ini terhanyut bersama nafsu mereka. Heri menganjurkanku mandi, aku rasa memang aku harus mandi. Akhirnya kumasuk ke kamar mandi untuk menyuci tubuhku, pasti segar rasanya.

Mulai basah tubuh ini tersiram air segar, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, terlihat Aris dan Heri di depan pintu dan bergegas masuk. Mereka segera melepas pakaiannya, lalu menyiram tubuh mereka dengan air seperti yang kulakukan.
“Kita mandi sama-sama ya..?” sahut mereka.
Setelah beberapa lama, kurasakan Heri mendekatiku dari belakang, lalu mendekapku dan meraba dadaku serta meremas-remas. Aris juga menghampiriku, dia mendekap salah satu buah dadaku yang tersisa dengan jemarinya. Aku canggung, sesaat Aris menghisap dadaku yang dipegangnya, lalu dia mengecup dan menikmati bibir lembutku. Tanpa menunggu waktu, jari-jarinya pun masuk ke lubang vaginaku. Aku tidak berkutik, entah cepat sekali diri ini bergetar lemas. Jari-jarinya keluar-masuk dengan leluasa.
Tidak puas dengan jemarinya, dia segera memasukkan miliknya ke tubuhku. Ah, aku tidak sanggup menolak, aku diapit dua lelaki dengan penuh nafsu dan birahi. Mereka pun bergiliran kembali, tubuhku dinikmati sambil berdiri. Kemudian Heri bergantian dengan Aris. Kemudian mereka bergantian lagi. Entah mengapa, karena tidak sanggup menahan birahi, Heri yang bergantian dengan Aris berusaha memasuki lubang anusku. Awalnya kurasakan sesuatu yang aneh, kukira sakit. Awalnya miliknya tidak dapat masuk, tetapi karena usaha yang gigih dan dengan berbagai cara, akhirnya anusku dapat dimasukinya. Keluar-masuklah milik mereka bersamaan di semua lubangku. Sesaat beberapa lama suaraku agak merintih pelan, dan akhirya mendesah kuat. Aku tidak dapat berkutik, aku tidak mengerti harus berbuat apa, mereka terus mendekap dan menikmati tubuhku. Entah mengapa aku merasakan kenikmatan dan puncaknya.

Akhirnya kami selesai mandi. Tubuh ini segar tersiram air dan lemas terpakai secara bergiliran. Sehabis mandi pun aku dan Rina tidak dapat mengenakan pakaian, mereka terus menggerayangi tubuh kami tanpa ada rasa puas.
Terkadang aku dan Rina meminta baju kami, tetapi jawab mereka, “Tubuh kami yang menjadi baju kalian..”
Ternyata kata-kata mereka pun benar-benar mereka lakukan. Merekalah yang menjadi baju kami. Terkadang mereka memuji aku dan Rina. Aku dan Rina agak canggung, karena baru kali ini kami tidak mengenakan pakaian sehelai pun dihadapan banyak lelaki. Mereka tampaknya berusaha supaya kami seperti ini, agar mereka dapat terus-menerus menikmati indahnya tubuh kami.

Akhirnya siang pun tiba, awalnya aku dan Rina dicumbu secara berpasangan. Aku tidak dapat menolaknya, aku mulai menyukai nikmatnya berhubungan. Setelah beberapa lama, aku mulai dicumbu dua orang, saat itu aku melihat milik Heri. Aku penasaran, karena aku mulai menyukai yang berbentuk itu. Aku ingin mengetahui seperti apa nikmatnya, apakah yang dirasakan Rina dan yang akan kurasakan dengan mulut ini. Akhirnya tubuh ini mulai dinikmati milik mereka, aku tambah penasaran, akhirnya kudekap milik Heri yang belum menikmati tubuhku. Miliknya kudekap dengan jemariku dan kumasukkan ke dalam mulutku, kurasakan bentuknya di dalam mulutku. Kulakukan seperti yang pernah Rina lakukan. Kurasakan nikmatnya, dan entah mengapa aku mulai menyukainya. Lama-lama kurasakan agak asin, tetapi malah kusuka dan menambah gairahku, beberapa lama kurasakan tumpahan di dalam mulutku.

Aku berpikir, “Tampaknya aku tambah menyukainya..” lalu kutelan, rasanya seperti menelan telor penyu, tetapi ini benar-benar kunikmati. Birahiku memuncak. Akhirnya mereka menggilirku dan Rina secara bergantian, sehingga kami semua sudah saling bersentuhan, tiada satu pun yang tersisa.

Akhirnya kami selesai dengan liburan akhir minggu, dan lalu kami bergegas ke tempat asal. Di jalan pun kami masih tetap bersentuhan. Tampaknya birahi kami terus menguat. Setelah kejadian itu, mereka tampaknya tidak mau lepas dari aku dan Rina. Mereka mengisyaratkan rasa tanggung jawab terhadap kami atas apa yang telah terjadi, dan mereka berusaha mendapatkan kami seutuhnya. Aku dan Rina pun berhubungan terus dengan mereka tanpa ada rasa menyesal.

Sempat aku pernah terlambat bulan, dan mereka mau menikahiku, tetapi rasanya aku tidak mau di usia sekarang ini. Akhirnya salah satu diantara mereka, yaitu Aris dapat membuatku datang bulan. Dia mengundangku ke rumahnya, dan dia memberikan alat test untuk kucoba, dan ternyata aku positif. Tetapi dia membuat semua ini seakan-akan tenang-tenang saja. Lalu dia memberikan obat untukku, yang katanya dapat membuatku dalam waktu beberapa jam menstruasi. Tetapi sebelum kupakai obat itu, dia meminta ijin kepadaku untuk mengecup bibirku. Awalnya kutolak, tetapi akhirnya karena tidak enak dengan kebaikannya, akhirnya kubersedia, dan kuberikan sebagai ucapan terima kasihku. Akhirnya dia senang dan mulai melahap bibirku, entah mengapa bibir dan lidah kami jadi berperang, birahi kami pun bersaing memuncak.

Adegan demi adegan berlanjut, sehelai demi sehelai kain pun tertanggal dari tubuh ini. Akhirnya tubuh kami menyatu penuh dengan birahi. Tampaknya dia tidak ada puas-puasnya untuk merasakan tubuhku, serasa hanya ini kesempatannya. Karena usia kami masih muda dan kondisi kami sangat fit, akhirnya ronde demi ronde pun terjadi. Semburan demi semburan kurasakan di dalam tubuhku. Tetesan demi tetesan yang keluar dari miliknya juga tertelan mulut ini, sampai tidak dapat dikeluarkannya lagi, dan kami berdua jatuh TKO. Setelah itu kupakai obat pemberiannya dan beberapa waktu kemudian rasa yang kualami setiap bulan kurasakan kembali.

Hari-hariku terus berjalan, persahabatanku dengan Rina berlanjut dan jiwa kami masih muda, kami ingin banyak mengenal sesuatu yang baru. Kami sering mendapat kenalan baru dan kami saling berbagi, dan juga bertukar pasangan. Pengalaman dan pengetahuan kami terus bertambah. Setiap lelaki yang tidur denganku dan Rina tidak mau lepas. Mereka berusaha memiliki kami. Tubuh dan wajah yang indah dan kemampuan kami di atas ranjang benar-benar membuat mereka ketagihan. Hubungan sex kami sangat aktif, hampir setiap hari kami bergiliran dengan setiap pacar kami. Rasanya makin diasah, gairah kami makin tajam, sampai-sampai tidak dapat dibendung lagi.

Beberapa kali kami berkerkenalan dengan pria yang hampir setua orangtua kami, aku dan Rina bertahap mulai dekat dengan mereka. Mereka baik, lembut dan pengertian, selalu mau mengerti perasaan kami. Disuatu hari, Om Edo mengajak kami jalan-jalan, kami senang dan dapat bergembira dengan puas. Keesokan harinya, aku diajak Om Edo jalan-jalan ke Lembang. Di sana kami jalan-jalan ke beberapa objek wisata terdekat. Udara pun kurasakan dingin, gerimis membasahi bumi, aku tidak kuat menahan rasa dingin. Rasanya aku perlu penghangat untuk menghangati tubuh ini. Beberapa kali kupegangi telapak tangan Om Edo untuk merasakan hangat. Beberapa lama Om Edo akhirnya mengerti keadaanku, dia merangkulku untuk membagi kehangatan tubuhnya.

Sampai di suatu tempat yang tenang, di sana hanya ada kami serta tumbuh-tumbuhan saja. Awalnya kami duduk di antara pepohonan. Om Edo berada di samping sambil merangkulku. Aku menyukai hangat tubuhnya. Tampaknya cara duduk kami mengganggu, akhirnya kupindahkan tubuh ini ke depan Om Edo. Aku duduk di depan tubuhnya, dan kurasakan kehangatan di belakang tubuhku. Dia memelukku dari belakang. Salah satu tangannya kuajak ke atas pahaku dan lalu kuelus-elus. Tangan Om Edo memeluk pinggangku. Perutku dielus dengan pelan, tampaknya dia menikmati sentuhan tanganku, begitu juga denganku. Tampaknya kami berdua mulai merasakan sesuatu yang menghangat. Tangan Om Edo tidak mau kalah dengan tanganku, dia mengelus-elus pahaku, ah lembutnya yang kurasakan.

Tahap demi tahap tangannya mengarah ke lubangku, aku menikmatinya. Nafsu kami pun meningkat, Om Edo mencium dan menikmati telingaku, ah beku tubuh ini rasanya. Perlahan dia mencium pipi dan leherku dengan lembut, lalu perlahan ke arah bibirku. Akhirnya kami berciuman, alangkah lembutnya Om Edo yang kurasakan.
Perlahan kulepas kecupannya, lalu kudekati telinganya, dan kubisikkan, “Yang lembut ya Om..!”
Om pun menunjukkan kemampuaanya, dia membuai jiwa, batin dan tubuhku, serasa melayang diri ini. Kupasrahkan tubuh ini untuk Om Edo, dan kami pun sama-sama menikmatinya.

Bibir Om Edo mengecup bibirku kembali, tangan kirinya mengelus-elus celana tengahku dengan lembut. Perlahan telapak tangan kanannya yang memeluk perutku kuarahkan ke dadaku, kurasakan lembutnya sentuhan tangannya. Tangannya segera melakukan tugasnya dan kunikmati sentuhan lembutnya. Perlahan kancing dan resteling jeans-ku dibuka Om edo. Tangan kirinya menyusup ke dalam celanaku. Rupanya lubangku sudah terangsang dan basah. Tanpa basa-basi, Om Edo menggosok daerah sensitifku, tanganya tidak terburu-buru masuk ke vaginaku. Perlahan tangan kanannya meraih kaitan bra-ku dan melepasnya perlahan. Tangan kanannya menyusup dan mengelus pundakku, lalu perlahan ke depan, ke dadaku.

Sesaat beberapa lama kemudian, dia mengangkat kaos dan bra-ku, sehingga mahkotaku terlihat jelas. Bibirnya perlahan berjalan, dari bibir, dagu, leher, pundak dan akhirya putingku masuk ke dalam mulutnya yang lembut. Dada, perut dan daguku reflek terangkat. Perlahan tanpa kusadari tanganku melepas kaos dan bra-ku, celana jeans-ku pun agak kuturunkan sedengkul, dan akhirnya kulepas semuanya dan kami buat menjadi alas. Secara perlahan jari Om Edo masuk ke lubang vaginaku, ah daguku terangkat tinggi. Kedua tempat itu, yaitu dada dan vaginaku disentuh Om Edo. Perlahan jari Om Edo keluar-masuk di lubang vaginaku, awalnya aku tidak kuat menahan nikmatnya sampai aku tegang dan menahan nafas. Aku melayang jauh dan tidak sanggup bergerak, yang bisa hanya pasrah menikmatinya.

Sesaat kurasakan rangsangan yang kuat, dan kukeluarkan desahan yang tidak sanggup kutahan. Tampaknya Om Edo mengerti. Tanpa kusadari bajuku menjadi alas dan Om Edo perlahan memeluk tubuhku dari depan. Dengan rasa pasrah dan penuh dengan kenikmatan, kudekap tubuh Om Edo. Perlahan kurasakan ada sesuatu yang keras dan menonjol di dekat bawah perutku, lalu perlahan masuk ke vaginaku, daguku terangkat dan suaraku tidak sanggup kutahan. Desahan demi desahan suaraku yang tegang pun mengeras, sampai akhirnya kami merasakan puncak dari semua itu. Akhirnya dari sana kami berangkat menuju ke tempat Om Edo di daerah sana. Karena kami belum puas, kami pun melakukannya kembali di tempat Om Edo.

Setelah semuanya terjadi, suatu saat Om Edo mengajakku menikah. Maklumlah, dia ditinggal istri-istrinya (istri yang lalu) yang sudah tiada, dan dia tidak memiliki anak. Dia mengatakan butuh aku, tetapi kutolak, dan aku janji tetap membantu sesuatu yang kurang padanya, maaf jawabku, begitu juga dengan Om Edo, dia berkata sama. Mulai dari situ aku menyukai Om-Om, karena mereka memiliki cara berpikir dan emosi yang sudah matang. Pernah suatu saat kukatakan pada Om Edo kalau aku pernah hamil, dan untunglah tidak terjadi, lalu kuungkapkan aku tidak mau hamil di usia ini. Lalu Om Edo mengenalkanku dengan alat-alt KB, lalu kucoba dan ternyata aku memilih spiral, karena lebih aman. Lalu kutawarkan Rina untuk memakainya, dan dia menyetujuinya. Akhirnya saat kami datang bulan, Om Edo mengajakku dan Rina ke dokter kenalannya, lalu kami dipasangkan spiral.

Akhirnya kami merasa tenang dalam setiap berhubungan. Tidak ada rasa was-was, yang ada hanya kepuasan. Setiap semburan dari penis dapat kami rasakan dan nikmati di dalam permainan. Aku melakukannya bukan hanya dengan Om Edo, tetapi juga dengan Om yang lainnya, tapi hanya Om Edo yang terbaik. Suatu hari Om Edo ulang tahun, aku bingung harus memberi hadiah apa, dia sangat baik.

Sesampainya di rumahnya kami, (aku dan Rina) hanya merayakannya bertiga, dia, aku dan teman baikku Rina. Akhirnya kami jalan-jalan. Dan akhirnya sampai kami kembali ke rumahnya, aku bingung karena tidak ada hadiah. Terlintas aku ada ide, pastilah kami suka.
Lalu aku bertanya pada Rina, “Kamu mau nggak ama Om Edo..?”
Rina menjawab, “Terserah kamu, boleh aja..!”
Lalu aku mengajak Rina dan Om Edo ke kamar, di sana aku memancing Om Edo. Akhirnya dia terpancing, dan kami bermain bertiga. Karena hebatnya Om Edo, nafsu kami (aku dan Rina) menjadi tinggi. Dia mencumbu kami secara bergiliran. Karena aku dan Rina tidak kuat menahan nafsu, jika ada kesempatan, milik Om Edo kami nikmati, dan seterusnya kami bermain sampai puncak.

Tampaknya Om Edo sangat berterima kasih kepada kami, terutama kepadaku. Segala sesuatu yang kami khayalkan selalu dijadikan kenyataan oleh Om Edo. Waktu aku di kelas akhir sekolahku, aku dan Rina sudah sering berganti-ganti pacar (cowok), tetapi tidak semuanya dapat merasakan tubuh kami, karena kami tidak memberinya sembarangan. Kebetulan aku dan Rina adalah teman sekelas, ya jadi kami sering bertemu. Saat itu kebetulan aku dan Rina memiliki pacar yang sekelas, ya kami jadi sering berjalan bersama. Hubungan kami sudah tidak ada batas lagi, kami sering berkumpul di rumah kami secara bergantian. Tentu saja jalinan hubungan kami sangat dalam, sampai ke dalam tubuh kami.

Hubungan kami tidak hanya di luar sekolah, di dalam sekolah pun hubungan kami dengan pasangan kami sangat aktif. Setiap keadaan yang memungkinkan, dan bila hasrat kami muncul, kami pun melakukannya. Maklum, pakaianku sangat memungkinkan, sesaat kuangkat rokku tinggi, kulepas sedikit CD-ku, maka milik pasangan kami dapat masuk dengan leluasa, tentu saja dengan gaya tertentu. Terkadang di kelas, di wc sekolah, atau tempat lainnya yang aman, kami terus melakukannya. Tentu kami harus bergiliran berjaga-jaga, supaya tetap aman. Tetapi aku dan Rina masih berhubungan dengan teman pria kami yang dulu, serasa diri kami rakus.

Akhirnya kami lulus dengan nilai yang cukup baik, dan kami mengadakan perpisahan sekolah. Aku, Rina dan kekasih kami pergi perpisahan bersama, kami berpasangan, dan tentu saja di sana kami mencari kesempatan untuk mencurahkan birahi kami. Tetapi rasanya perpisahan bukan hanya untuk kawan-kawan sekolah, tetapi juga kami (aku dan Rina) putuskan untuk kekasih sekelas kami. Awalnya mereka tidak menerima dan menolak, tetapi akhirnya mereka tidak dapat menolak, karena keputusan kami bulat, dan kami jelaskan bahwa kami masih bisa akrab seterusnya.

Liburan panjang pun kami rasakan, tampaknya Aris dan Heri akrab lagi terhadap kami, dan kami berjalan bersama. Aku dan Rina diajak berlibur bersama mereka, dan kami pun bersenang-senang bersama. Seusai berlibur dengan mereka, Om Edo pun memberi hadiah kepadaku dan Rina berlibur ke Bali, dan kami merasakan kegembiraan bersama. Akhirnya kami kuliah, dan tempat kuliah kami di pinggiran kota Jakarta. Di sana kami dibelikan rumah oleh Om Edo sebagai tempat tinggal kami untuk kuliah. Kami memberikan alasan ke keluarga bahwa tempat itu adalah tempat yang murah dan baik buat kami. Akhirnya aku dan Rina tinggal di sana, dan kami berhubungan akrab dengan Aris dan Heri, tetapi mereka tidak mengetahui bahwa kami berhubungan dengan Om Edo yang kami katakan sebagai pemilik kost.

Awal kuliah kami masih berganti-ganti pacar dan kawan. Mereka sering menginap, begitu juga aku dan Rina. Akhirnya, di akhir semester, aku dan Rina mulai serius dengan Aris dan Heri. Sering Om Edo, Aris dan Heri bergantian bermalam, tetapi Aris dan Heri tidak mengetaui hubungan ini, kecuali Om Edo. Akhirnya kami lulus kuliah, dan kami mulai mengurangi aktivitas hubungan intim kami terhadap Om Edo, dan dia mengerti keputusan ini. Sampai akhirnya kami (Om Edo, aku dan Rina) dapat jodoh, sampai pada saatnya Aris dan Heri memiliki kami, akhirnya janur kuning menyelimuti salah satu jari kami.

Aku, Rina, Aris dan Heri terus berhubungan sampai dengan hubungan yang tidak akan pernah lepas. Kami sering ke luar kota bersama, di sana kami berpasangan. Terkadang kami jenuh berhubungan dengan suami, tetapi kami tetap berpasangan, pasanganku adalah suami Rina dan suamiku berpasangan dengan Rina. Kami melakukannya untuk mendapat gairah dan mempererat hubungan kami. Kami terus menikmati ini sampai di atas rajang, dan tanpa ada rasa cemburu serta iri, kami terus berbagi. Mereka bangga memiliki kami, tidak jarang setiap bersama, tubuhku dan Rina ditelanjangi dan terus dinikmati suami kami secara bergantian. Terkadang aku dan Rina serta Om Edo masih berhubungan jauh, terkadang sebulan sekali atau lebih kami melakukannya tanpa diketahui pasangan kami.

Aku, Kristin dan Eric

Aku, Kristin dan Eric
Mei 8th, 2007
Hai.. Namaku Dewi, umur 26 tahun. Aku termasuk cewek yang punya tingkat libido yang tinggi. Aku nggak pernah lama pacaran, karena aku orangnya nggak pernah puas ngesek sama pacar-pacarku dan cepat bosan. Bahkan sampai sekarangpun aku sering mencari kepuasan sendiri. Dan itupun nggak terbatas, cowok bahkan cewek sekalipun aku doyan.
Yang paling ngedukung adalah wajahku yang lumayan dan bodiku yang nggak ngecewain. Hanya dengan modal senyum dan baju sexy, banyak cowok yang pengin berbagi kenikmatan denganku. Kebayakan mereka nggak tahan kalau melihat dadaku yang padat membusung atau pahaku yang sekal. Aku juga nggak perlu capek cari partner cewek, karena aku mengenal betul siapa cewek-cewek yang bisa diajak main.
Aku bekerja sebagai asisten akuntan di sebuah Jasa Akuntan Publik yang cukup terkenal di Surabaya. Pekerjaan yang melelahkan dari jam delapan pagi sampai delapan malam itu terkadang memerlukan refresing juga. Bahkan hari ini aku lembur sampai jam setengah sebelas. Makanya ketika Kristin, teman kerjaku ngajakin dugem, aku langsung mengiyakan. Aku tahu Kristin nggak mungkin hanya mengajak dugem aja. Karena aku tahu Kristin itu penganut paham lesbisme. Tapi tak apalah, aku juga ketagihan digerayangin jemari lentik cewek. Apalagi Kristin sangat menggairahkan. Dadanya montok sedikit tak serasi dengan tubuhnya yang agak kurus, tapi kencang banget. Sudah lama aku pengin meremas-remas payudaranya bahkan mengemut puting payudaranya itu.
Dengan naik mobilnya, kami segera meluncur ke sebuah diskotik yang tak terlalu besar tapi cukup ramai. Sesampainya di diskotik kami segera mencari meja kosong di sudut diskotik. Walaupun di pojok tapi cukup mudah memandang ke arah floor dance. Lalu kami memesan minuman beralkohol ringan untuk menghangatkan badan. Ketika si pelayan beranjak pergi setelah mengantarkan pesanan kami, Kristin mulai merapatkan tubuhnya kepadaku. Aku pura-pura tak peduli sambil terus mengobrol dengannya. Tapi makin lama jemari Kristin mulai berani meraba-raba pahaku yang masih terbalut span ketat. Rangsangan itu mengena padaku hingga aku balas dengan makin memperdekat jarak duduk kami. Tapi belaian Kristin makin panas menyusup ke balik rokku. Karena tak tahan dan malu jika harus dilihat orang, aku segera mengajak Kristin melantai.
“Kita turun yuk?” kataku.
“Enak disini aja ah,” jawabnya menolak.
“Ayo dong Kris.”
Aku menarik tangannya untuk turun ke floor dance. Kami ngedance mengikuti hingar bingar musik diskotik. Dalam keremangan dan kilatan lampu, aku lihat keayuan wajah Kristin yang nampak lugu. Melihatku tersenyum-senyum kearahnya, Kristin meliuk-liukkan tubuhnya erotis. Daya rangsang yang dinampakkannya dari gerakan tubuhnya dan senyuman nakalnya semakin membuatku mabuk. Sambil bergoyang aku peluk tubuhnya hingga kedua payudara kami saling berbenturan. Sesekali tanganku dengan nakal meremas bokongnya yang masih tertutup celana panjang. Tangannya mendekap erat tubuhku bagai tak ingin terlepas. Tanganku kian nakal mencoba berkelana dibalik kemejanya dan meremas kedua payudaranya yang masih terbalut BH. Ooohh.. begitu halusnya payudara Kriswin, halus dan kenyal banget. Lalu tanganku bergerak melepas pengait BH nya sehingga dengan bebas tangan kananku dapat membelai dan meremas buah dadanya yang keras sementara tangan kiriku telah membekap kemaluannya yang masih terlindung celana panjangnya.
Sementara Kristin memejamkan matanya meresapi setiap sentuhanku sambil terus bergoyang mengikuti musik yang menghentak-hentak. Tubuhnya bergerak merapat ke tubuhku.
“Kamu ganas juga, ya?” bisiknya.
“Tapi kamu suka kan?”
Kristin merapatkan tubuhnya sambil menciumi belakang telinga kananku. Hembusan hangat nafas Kristin membuat gairahku bagai dipacu. Jemariku segera mencari-cari puting susunya lalu memelintirnya sampai membuat Kristin mengikik kegelian.
Satu jam kemudian Kristin mengajakku pergi dari diskotik itu. Kami telah sama-sama sepakat akan meneruskan gairah kami hingga terpuaskan. Kami menuju ke sebuah hotel terdekat lalu segera menuju kamar yang telah kami pesan. Setibanya di kamar Kristin melucuti pakaiannya sambil menirukan gaya penari stripis. Secara halus, perlahan demi perlahan dilucutinya pakaiannya satu persatu dengan gerakan yang membuat air liurku hendak nenetes. Tinggal CD-nya saja yang masih melekat. Dengan kedua payudara yang menggantung indah Kristin mendekatiku perlahan sambil mempermainkan CDnya yang sudah basah. Akupun ikut melucuti pakaianku dengan gerakan-gerakan yang juga aku buat seerotis mungkin. Mata Kristin berbinar-binar ketika BH-ku menghilang dari kedua payudaraku.
“Wowww.. besar dan kencang sekali.. buat aku ya..” kata Kristin sambil membelai pinggiran buah dadaku, kemudian Kristin mengulum putingnya yang sudah mengeras sejak tadi.
“Ooogghh.. sshh.. enak banget,” rintihku.
Diisapnya dalam-dalam putingku itu dengan keahliannya. Sambil mengisap jemarinya terus menari-nari di payudara kiriku. Tanganku meremas-remas rambutnya yang mulai kucal sambil meremas-remas payudara kirinya yang sempat aku gapai.
Lidah Kristin yang sudah terlatih menyapu seluruh permukaan payudaraku dan melumat putingku secara bergantian. Desahan kami berpacu diantara nafas-nafas kami yang sudah tak teratur lagi. Kemudian Kristin mencumbui perutku dan terus kebawah ke arah pusat kenikmatanku yang sebelumnya telah ditelanjanginya.
“Bukit venusmu indah banget Wi..” pujinya membuatku tersanjung.
Otot-otot vaginaku terasa menegang ketika jari-jari Kristin merenggangkan labia mayoraku. Lalu jari tengahnya mengorek-ngorek klitorisku dengan penuh perasaan.
“Aaahh.. sshh.. mmhh..” desahku untuk kesekian kalinya. “Jilatin say.. aku paling suka..”
Kristin menjilat klitorisku yang terasa tegang. Lalu menghisapnya kuat-kuat. Uaahh.. rasanya nikmat banget.. bahkan ketika lidahnya mulai turun menyusuri daerah sekitar lubang kawinku. Rasanya ingin mengeluarkan semua lava kenikmatanku yang menggedor-gedor ingin keluar.
Akhirnya Kristin menjatuhkan diri ke tempat tidur dan menarik tanganku. Sementara buah dadanya kian kencang. Putingnya kian memerah. Nafasnya tersengal-sengal. Keringat sudah membasahi sekujur tubuhnya. Seperti keringatku. Juga nafasku. Aku lorot CD-nya yang sudah basah benar. Lalu aku menindihnya hingga tubuh dan payudara kami saling berimpitan, bibirku dilumatnya dengan liar. Vagina kami saling bergesekan hingga menimbulkan rasa panas di masing-masing vagina kami. Suara srek.. srek.. akibat gesekan rumput vagina kami menambah nikmat sensasi yang tercipta.
“Ooohh.. Wi.. sudah lama banget aku naksir kamu.. aahhgghh..”
“Malam ini aku milikmu Kriiss..”
Setelah sepuluh menit kami saling berpagutan lidahku bergerak menuruni leher jenjang Kristin sampai bibirku hinggap di payudaranya yang kencang dan ramun. Aku hisap puting susunya yang keras dan coklat. Akhirnya tercapai juga keinginanku untuk mengganyang pentilnya yang besar itu.
“Wii.. terus aachh.. ehmm..” desahnya keenakan.
Kemudian aku semakin turun dan menghisap pusarnya, Kristin tidak tahan diperlakukan demikian. Erangannya semakin panjang.
“Aaach.. geli aach.. Wii..”
Aku terus menghisap-hisap pusarnya lalu aku turun dan saat sampai di Vaginanya. Aku sibak rumput-rumput liar di bukit belahnya itu kemudian mulai menjilatinya dan sesekali menghisap klitorisnya yang menyembul sebesar kacang.
“Aaacchh.. Wii terus achh.. enak..”
Kristin semakin menggelinjang tangannya menarik-narik sprei kamar hotel itu dan beberapa saat kemudian dia menjerit kuat. Aaacchh..!! Dan dari vaginanya menyembur lendir kenikmatan yang cukup banyak. Sruupp.. langsung aku hisap habis. “Aaach Wii.. acchh..” jeritnya untuk kesekian kalinya.
Setelah mengalami orgasme yang pertama itu, Kristin tergeletak di atas ranjang. Aku segera meraih HPku di dalam tas. Lalu segera mengirim SMS buat Eric, temanku ngewe. Kristin yang tahu kalau aku menghubungi seseorang berlagak cemburu. Dia segera duduk tepat di depanku.
“Sms siapa sih say?” tanya Kristin cemberut.
“Ada deh..” jawabku sambil tersenyum padanya.
“Ah, nggak asyik. Katanya kamu malam ini milikku?” rajuk Kristin yang kemudian mengutak-utik vaginaku.
Birahiku kembali bergelora. Aku biarkan saja Kristin mempermainkan daerah tersensitifku itu dengan jari-jari lentiknya. Nafasku memburu ketika ujung jari telunjuk Kristin masuk ke dalam lipatan vaginaku yang berair kemudian mengelus-elus lipatan dalamnya.
“Hoohh.. baby swety.. enak banget..” rintihku.
Payudaraku yang telah bengkak dijilatnya dengan lidahnya kemudian dilumatnya putingku yang sudah sangat keras itu. Sedangkan telunjuknya terus memilin-milin clitorisku.
“Aaaghh.. terus.. yeaahh.. jilatin say..”
Kristin berganti menjilati vaginaku sedangkan tangannya beralih meremas-remas payudaraku yang sudah sangat bengkak dan berwarna merah oleh hisap-hisapannya. Rasanya kakiku tak kuat menyangga tubuhku yang terasa berat oleh birahi yang telah sampai di ubun-ubun. Maka aku menghempaskan tubuhku diatas kasur dan Kristin meneruskan permainannya yang membawaku ke awang-awang. Kini kami melakukan 69 style. Saling hisap, saling jilat dan terkadang aku menekan lubang kenikmatannya dengan jempolku. Lubang asyiknya yang merah merona aku tusuk dengan jari telunjukku berkali-kali, begitu pula yang dilakukannya terhadapku. Berkali-kali klitorisku dihisap oleh Kristin kuat-kuat. Berkali-kali Kristin mengalami orgasme, tapi aku masih bisa bertahan. Hingga kemudian pintu kamar dibuka dari luar dan Eric muncul dari balik pintu.
“Hallo gadis-gadis! Sedang asyik nih?” sapanya.
“Ric, cepat sodokin aku dengan penismu!” teriakku pada Eric.
Kristin segera minggir ketika Eric melucuti seluruh pakaiannya. Sepintas kulihat roman muka Kristin yang sedikit cemberut. Tapi aku nggak peduli yang penting Eric segera memuaskan birahiku dan membawaku ke pucuk-pucuk kenikmatan. Eric tersenyum lebar memandangi bibir kemaluanku yang semakin basah. Aku enggak tahan lagi, segera aku arahkan penis Eric yang sudah mengacung-acung keras itu ke lubang kemaluanku.
“Aaaggh!” pekikku saat Eric menekan penisnya agar masuk semua ke dalam lubang kemaluanku.
Blees!! Akhirnya seluruh batang penis Eric mampu menjebol lubang kenikmatanku. Rasa perih bercampur nikmat jadi satu ketika Eric mulai mengocok liang kawinku keluar masuk.
“Aaawww.. enak banget vagina kamu Dewi.. seret.. tapi siip..” bisik Eric menyanjungku.
Eric terus memompa vaginaku sampai kami tak sadar mengeluarkan desahan dan rintihan birahi yang membuat Kristin terangsang banget. Rasa cemburunya hilang bahkan Kristin mendekatiku lalu mengenyot payudara kiriku, sedangkan Eric juga mengenyot payudara kananku. Segala kenikmatan syahwat aku rasakan dengan mata tertutup dan bibir yang menganga mendesah-desah. Hingga kemudian aku merasakan lava kenikmatanku yang menggedor-gedor.
“Aaahh aku mau keluar.. aahh.. sshh.. aahh..” pekikku.
Eric memompa penisnya semakin cepat hingga aku kesulitan untuk mengimbanginya. Sedangkan lidahnya maupun lidah Kristin semakin liar menjelajahi payudaraku. Lalu.. aahh.. Lendir kenikmatanku menghangat basah dan licin menyembur hingga membecek di sekitar selakanganku. Eric terus memompa dengan liar hingga kemudian dia berteriak tertahan,
“Aaagghh!!” Croot..croot.. spermanya muncrat tertelan lubang kenikmatanku hingga menghangat di dalamnya.
“Riic.. keluarin penismu itu biar Kristin ngerasain nikmatnya pejuhmu. Kriiss.. hisap vagina aku say..” kataku kemudian.
Kristin menjilat dan menghisap tandas semua cairan di vaginaku setelah Eric mencabut penisnya dari Vaginaku. Tapi tiba-tiba saja Kristin terpekik keras,
“Aaacchh!!”
Ternyata Eric menusukkan penisnya ke vagina Kristin yang cantik kalau menungging. Kristin misuh-misuh tapi kemudian ikutan ngerasain nikmatnya sodokan Eric yang sudah sangat berpengalaman ngentotin cewek-cewek dari berbagai usia. Sambil mengocok maju mundur, Eric berpegangan sambil meremas-remas payudara Kristin yang sudah keras banget. Aku sendiri menjilati vagina dan klitoris Kristin dan sekali-sekali menjilat buah pelir Eric hingga membuat mereka sampai di pucuk-pucuk asmara.
“Aduuh sayang.. terus.. ah.. enak say.., nikmat sekali.. rasanya ingin keluar say, aduuh.. nikmatnya, terus.. yang cepat.. say.. aduh aku nggak tahan ingin keluar..” Kristin menceracau tak karuan beberapa saat kemudian tubuh Kristin menegang dan sur.. suurr croot.. croot.. Kemudian kami bertiga terkulai lemas bersimbah keringat yang membanjir.
“Makasih ya say.. kalian berdua memang hebat,” gumamku penuh kepuasan.
“Aku juga. Aku kira paling enak itu jadi lesbian, ternyata aku butuh variasi juga,” sambung Kristin.
“You’re welcome. Kapan-kapan aku bersedia di episode berikutnya..,” ujar Eric. Lalu kami tertidur kelelahan tapi penuh kepuasan.

Aku, Anggie, Sonya dan Adiknya

Aku, Anggie, Sonya dan Adiknya Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih atas banyaknya e-mail yang masuk. Sebelumnya saya pernah bercerita mengenai pengalaman saya bersama Anggie ke 17Tahun.com ini. Setelah itu, banyak sekali e-mail yang masuk pada saya. Mulai yang menanyakan identitas saya, sampai yang lebih lanjut. Dengan terpaksa, untuk menjaga kerahasiaan identitas saya, saya tidak membalas beberapa e-mail yang saya tahu benar dikirim oleh mahasiswa kampus saya, ataupun teman-teman SMA saya dulu. Berikut ini, saya akan menceritakan pengalaman terbaru saya. Suatu hari di saat libur kuliah kemarin, saya berjalan-jalan dengan Anggie di Pondok Indah Mall. Pada saat kami melintasi stand POLO di lantai dasar untuk pulang, saya sangat terkejut karena saya bertemu dengan seorang cewek yang sepertinya pernah saya kenal. Lumayan lama saya amati, ternyata cewek itu adalah Sonya. Saya pun hanya bisa berpura-pura lupa saja saat kami berpapasan. Perlu saya ceritakan kilas balik disini bahwa Sonya adalah cewek yang paling ngetop di SMA saya di Bandung dulu. Saat masih kelas 2, banyak sekali cowok di sekolah saya yang mengejar Sonya (termasuk saya juga sihh..) Tapi pas SMA dulu, siapa sih saya ini. Semua orang tahu kalau saya ini hanya anak kost di Bandung. Nilai rapor yang lumayan kurang membuat saya jadi cowok yang dipandang. Sedangkan Sonya, dia anak seorang pengusaha di Bandung. Cewek Bandung asli. Cantik abis, dan rumahnya besar. Pernah suatu hari kami belajar bersama di rumahnya. Singkat kata masih ada perasaan segan pada Sonya karena masa lalu. Tapi tanpa saya sangka ternyata Sonya yang duluan menegur saya. “Hai..! Apa kabar loe?” Kami pun berbicara sesaat. Tampak ada keraguan Sonya untuk banyak bertanya pada saya, karena di samping saya ada Anggie. Sonya sendiri saat itu datang bersama adiknya. Perempuan juga dan masih sekolah di sebuah SMA Negeri di Jakarta Selatan. Dari cerita-cerita Sonya, akhirnya saya tahu bahwa dia sekarang kuliah di PTS yang terkenal di Jakarta. Saya sendiri saat ini juga masih kuliah di PTN di Bandung, sedangkan Anggie baru masuk kuliah di PTS yang kebetulan sama dengan Sonya. Dari percakapan kami, tampak ada rasa kagum Sonya pada saya. Kuliah di PTN “top”, lebih dewasa, yah.. pokoknya berbeda jauh dengan pandangannya terhadap saya saat masih SMA dulu. Nampak sekali di wajahnya kalau ia menyesal mengapa dulu pernah meremehkan saya. Pikiran saya saat itu, kapan lagi saya bisa ngajak tiga cewek cantik-cantik untuk jalan-jalan. Kalau di kampusku di Bandung, ceweknya boro-boro ada yang cantik, yang menarik pun tidak ada. “Oke, dari sini mau kemana Son..?” tanyaku. “Mau pulang.. boleh nebeng nggak? Soalnya mobil gue lagi di bengkel. Kita tadi ke sini pake taksi.” Dengan persetujuan Anggie saya pun langsung mengiyakan. Kami pun langsung berjalan ke arah parkiran Barat PI Mall. Di mobil, Anggie duduk di depan, sedangkan Sonya dan adiknya duduk di belakang. Dalam perjalanan sesekali saya memegang tangan atau bahu Anggie. Anggie pun hanya tersenyum. “Akh.. genit loe..!” Tiba-tiba dari belakang Sonya nyeletuk, “Mau juga dong gue..” Wah, saya pikir-pikir inilah kesempatan saya menebus sakit hati saya di masa lalu. Tiga tahun saat SMA segala daya upaya dilakukan, namun tanpa hasil, sekarang.. “The Past Dream Comes True!” “Oke Kalo gitu kita ke rumah gue dulu yaa..” Saat itu saya tahu bahwa kedua orang tuaku sedang ke luar. Di rumah hanya ada adik perempuan saya dan pembantu saja. Itu pun sorenya adik saya akan berangkat les, jadi tinggal pembantu saja yang ada di rumah. Sampai di rumah saya, saya melihat adik saya sudah bersiap-siap pergi les dan akan diantar oleh sopir di rumah (maklum masih kecil, belum bisa nyetir). Saya pun lekas turun untuk sekedar say good bye pada adik perempuan saya yang sangat manja itu. “Bang, bawa cewek kok sampe 3 ekor sihh..?” godanya. Saya hanya bisa tersenyum sambil pura-pura tidak mendengar perkataan adik saya. Singkat cerita kami pun langsung masuk ke rumah saya. Setelah minum kami berbicara di ruang tamu sambil menonton televisi. Saat itu kami menonton sebuah film di channel HBO. Meskipun sangat jarang ada adegan-adegan berbahaya di HBO (lain dengan TF1 atau Televisi Perancis lainnya), namun saat itu ada adegan ciuman yang lumayan lama. Sonya pun nyeletuk lagi, “Loe jago cipokan nggak..?” Saya pun kaget setengah mati, dan perasaan saya ke Anggie saat itu sangat tidak enak. “Jago dong.. tanya aja ke si Anggie..” “Jago ke si Anggie sih belum tentu jago kalo ama saya,” balasnya. Si Anggie pun agak panas, “Oke kita buktikan, kalau perlu bukan sekedar cipokan tapi lebih..” Saya pun pura-pura cool saja, tapi dalam hati bahagianya setengah mati. “Loe juga ikut aja Vit..!” ajak saya pada adiknya Sonya, Vita. Kami pun lalu naik ke atas kamar tidur saya. Sampai di kamar saya, Sonya mengeluh, “Ini mah hanya cukup buat elo ama Anggie, khan ada empat orang nih, artinya harus double bed,” katanya mengomentari kamar tidur saya yang hanya single bed. Kami berpindah ke kamar tidur orang tuaku. Sebenarnya bisa sih kami bermain di kamar adik saya, tapi takut aja saya kalau tiba-tiba adik saya cepet balik ke rumah. Sampai di situ mereka pun langsung mempreteli baju dan celana saya. Tampak Anggie dan Sonya paling agresif, sedangkan Vita masih malu-malu dengan hanya tersenyum melihat saya seperti laki-laki yang tak berdaya. Saya pun dalam sekejap telanjang bulat di hadapan mereka bertiga yang masih berpakaian lengkap. Anggie masih memakai tangtop, Sonya dengan baju ketat, dan Vita masih dengan T-Shirt. “Uhhh, yang anunya gede..” goda Sonya melihat barang saya. Saya pun langsung membuat mereka bertiga berbaring di tempat tidur. Satu persatu saya buka baju dan bra-nya. Namun ada rasa sungkan juga saat membuka baju Vita yang masih beginner. “Udah Vit, enjoy aja kayak Mbak,” hibur Sonya pada adiknya. Dalam sekejap, mereka bertiga juga berada dalam keadaan bugil. Sonya lalu bangkit memeluk saya sambil membalikkan posisi kami sehingga saya berada di bawah. Ia lalu merapatkan bibirnya ke barang saya. Dalam sekejap Anggie meraih bibir saya dan melumatnya hingga saya sukar mengatur nafas. Perlu diketahui kami sering sekali beradu ciuman dengan Anggie sehingga ia tahu betul kelemahan saya dalam berciuman. Melihat Vita masih ‘nganggur’, saya lalu menegakkan badan saya, Vita pun lalu memeluk saya dari belakang sambil sesekali mencium daerah leher bagian belakang saya. Saya harap pembaca mendapat gambaran bagaimana posisi kami saat itu. Anggie memeluk dan mencium saya dari depan, Vita dari belakang, dan Sonya di bawah. Saya pun hanya bisa membalas ciuman Anggie sambil sesekali mencium balik Vita, dan tangan saya hanya membelai kepala Sonya yang menghisap barang saya. Sesekali posisi kami di tempat tidur bergeser akibat kegelian saya saat main dengan 3 cewek sekaligus. Pikir-pikir inilah pengalaman pertama saya sekali main dengan banyak wanita pada saat yang bersamaan. Sekitar 5 menit permainan berlangsung saya merasakan adanya cairan yang terpercik ke daerah pusar saya. Ternyata Anggie sudah orgasme pertama. Saya pun langsung membalikkan posisi kami sehingga sekarang saya yang berada di atas Anggie, sehingga untuk sementara Sonya harus menghentikan hisapannya pada barang saya. Langsung saja saya arahkan barang saya ke lubang kemaluan Anggie. Tampak Anggie kesakitan, tanpa peduli banyak saya langsung menghujamkan kejantanan saya dengan kecepatan tinggi sehingga Anggie sesekali berteriak. Saat itu Sonya hanya bisa mencium pantat saya dari arah samping, sementara Vita hanya melihat-lihat. “Eh, gue udah mau keluar nih Nggie..” kata saya pada Anggie. Angie pun lalu memindahkan tangannya yang semula memeluk punggung saya ke arah bahu saya. “Keluarin di dalam atau di luar nih say..?” tanya saya. “Di dalem aja gihhh..” jawabnya sambil menutup mata. Akhirnya, “croottt.. crottt.. crottt..” saya mengeluarkan sperma saya lumayan banyak mengakhiri permainan saya berdua dengan Anggie. Setelah beristirahat sekitar 5 menit, saya lalu menyuruh Sonya tengkurap menghadap ke tempat tidur. Sambil meremas payudaranya yang berukuran 36B, saya lalu memeluk badannya dari arah belakangnya. Tanpa membuang waktu lalu saya mengarahkan kemaluan saya ke arah kemaluannya. Terus terang pertama-tama agak sulit karena pantat Sonya lumayan padat. Tapi akhirnya kejantanan yang panjangnya 18 cm dapat masuk ke lubang kemaluannya. Saya pun mengocok kemaluan saya yang sudah seluruhnya masuk ke dalam liang senggama Sonya. Tampak sesekali Sonya kesakitan, ia pun lalu melingkarkan kedua tangannya ke leher belakang saya, sehingga kami merasa sangat nyaman dengan posisi kami saat itu. “Kalo bisa keluarnya bersamaan Son..!” kataku pada Sonya, kamipun mengatur irama sehingga saat Sonya bilang sebentar lagi ia akan keluar, saya lalu meningkatkan akselerasi saya sehingga kami berdua bisa keluar pada saat yang bersamaan. Kami pun akhirnya keluar pada saat yang bersamaan. Di hati kecil saya, saya berkata, “Akhirnya nih Miss Universe-nya SMA Negeri*** (edited) Bandung, udah gue pake.” Kami pun saling tersenyum saat kembali ke posisi sebelumnya. “Payah nih kirain elo alim, taunya malah gituin gue..” kata Sonya ke gue saat itu. Saya hanya tertawa ringan. Terakhir Vita yang masih tidak percaya dengan pengalaman pertamanya ini. Terus terang saya tidak tega gituin Vita yang masih imut dan -ramalan saya- pada saatnya nanti Vita akan lebih cantik dari Sonya, kakaknya. “Son, adik elo boleh gue gituin nggak?” tanya saya ke Sonya sekalipun terus terang saya juga agak kecapaian. “Jangan dong.. mau loe adik loe digituin? tapi terserah dia ajalah..” jawab Sonya, dan tanpa diduga, Vita lalu mengarahkan mulutnya ke barangku. Pikir-pikir emang mending begitu aja deh, tidak tega saya sama nih anak SMA. “Vit, isep sampe keluar dahh!” kata saya. Vita pun langsung menghisap kejantanan saya sambil sesekali menjilat-jilat biji pelirku. Tampak benar kalau dia masih pemula dengan sesekali giginya tanpa sengaja menggigit barangku. “Jangan digigit Vit, ntar lepas anu gue. Sampe lepas, ntar Anggie ama Mpok (Kakak perempuan) loe ngambek berat..” kata saya. Sonya dan Anggie hanya tertawa sambil membaca majalah Femina milik ibu saya. Akhirnya sperma saya keluar dan masuk ke dalam mulut Vita seluruhnya. Vita lalu menjilat-jilat barang saya sampai kering. “Mmmhhh.. anak SMA*** (edited) jaman sekarang, masih kelas 2 udah isep anunya cowok..” goda saya pada Vita. “Biarin..” jawab Vita agak kesal. Setelah itu saya merasa sangat kecapaian. Akhirnya kami tidur berempat di tempat tidur orang tuaku. Saya di bawah, Anggie di atas, sedangkan Sonya memeluk saya dari arah kanan, dan Vita dari arah kiri. (Mmhh.. seandainya posisi tidurku bisa begini tiap hari..) Sekitar jam 9 malam kami terbangun, dan langsung mandi. Saya sempat panik kalau-kalau adik saya curiga akan apa yang sudah kami lakukan. Tentunya adik saya sudah balik dari tempat lesnya. Setelah mandi dan berpakaian rapi lagi, kami keluar dan untungnya adik saya sedang berada di kamar tidurnya di atas dan sudah tidur terlelap. Mereka pun saya antar pulang ke rumahnya masing-masing dengan aturan mendekati rumah mereka, mereka harus mengocok barangku sampai keluar dan menjilatinya. Pada saat mengantarkan Anggie yang rumahnya di daerah Kemang nampak oke-oke aja, namun pada saat mengantarkan Sonya dan Vita, terus terang saya agak ‘menderita’, soalnya saya harus dikocok dua kali sesuai perjanjian kami. Pertama-tama Vita yang mengocok. Setelah keluar, tanpa menunggu waktu Sonya langsung melanjutkan mengocok kemaluan saya sampai keluar lalu menjilatinya. Benar-benar pengalaman yang menyenangkan bagi saya.

Aku Malu Kalau Dibegitukan

Chapter 1. Semua Itu Bohong.
SubChapter 1a. Prolog

Hari ini hari minggu, di siang hari yang pana di sudut kota Surabaya, aku sedang berkejaran dengan waktu dan bus kota. Peluh mengalir membasahi wajah dan baju, dalam hatiku aku bertekad untuk tidak datang terlambat hari ini. Penting bagiku untuk dating tepat waktu hari ini, sebab aku tidak ingin mengecewakan dosen yang sudah berulang kali memarahiku. Entah kenapa hari ini semuanya tampak tidak bersahabat denganku. Terminal bus yang terlalu ramai dengan orang-orang seolah-olah mengatakan bahwa aku harus datang lebih awal lagi jika tidak ingin terlambat.

“Aku akan datang tepat waktu hari ini atau tamatlah sudah semua persiapan pada hari ini,” selorohku dalam hati.

Bus yang kutunggu akhirnya dating juga, namun kayaknya hari ini lebih penuh dari biasanya, aku bergegas berdesakan dan masuk ke dalam bis tanpa ac yang baunya bercampur-campur antara bau keringat yang tengik dan bau penumpang yang tidak mandi hari ini kurasa. Tapi dengan membulatkan tekad akhirnya aku berhasil naik dan seperti sudah di duga aku tidak mendapatkan tempat duduk hari ini.

“Hmm, pasti ada pria tampan yang mau memberikan tempat duduk kepada gadis manis hari ini,” pikirku samil menoleh kiri dan kanan mencari pria yang dimaksud.

Namun akhirnya aku harus berdiri sampai bus berhenti di depan falkutasku. Oh My God! Aku terlambat lagi hari ini. Kali ini keterlaluan sekali terlambat sampai 30 menit, mana hari ini ada tes kecil lagi. Aku langsung berlari kencang setelah membayar ongkos bus ke pak kondektur. Rok lipit-lipit warna senada yang kupakai berkibar-kibar seolah ingin protes dengan kecepatan lariku. Ada seorang mahasiswa yang hampir kutabrak langsung berteriak “Sinting!!” tapi aku tak pedulu dan terus berlari. Payudara ku yang berukuran 36 B, dibungkus dengan BH merah merek Pierre Cardin tampang terguncang-guncang naik turun dengan semangatnya, ya memang potongan BH sedikit rendah dan kemeja yang kupakai agak longgar sehingga aku merasa seperti BH nya mau melorot kebawah.

Aku terus berlari dan menaiki anak tangga ke ruang kuliahku yang di lantai 4. Aku berkuliah di sebuah universitas swasta yang cukup punya nama di Surabaya. Sambil terus berlari aku kembali berpapasan dengan beberapa cowok yang sedang duduk-duduk di tangga sambil bercakap-cakap. Mereka bersuit-suit melihat aku berlari, bagiku itu justru menambah semangatku. Dengan Sepatu hak tinggi berwarna hitam menyala setinggi 6 cm tidak mengurangi kegesitan ku. Aku sudah berada di ujung tangga ketika kusadari para cowok kurang ajar itu mungkin mengintip dari bawah tangga.

“Sialan!!” umpatku dalam hati, mereka pasti tahu aku mengenakan celana dalam merah hari ini.

Akhirnya dengan segala perjuangan aku akhir sampai ke depan ruangan kelas, aku kemudian mengetok pintu, masuk dan langsung ke bangku yang masih kosong di belakang.

Aku masih terengah-engah ketika Pak Eko, demikian nama dosenku, meneriaki namaku dengan keras.

“YESSY!!, KAMU TAHU INI SUDAH JAM BERAPA???,” aku sampai meloncat kaget mendengar teriakan itu.
“AYO KAMU KEDEPAN DULU SINI,” aku mengumpat dalam hati kemudian dengan berat langkah menuju ke depan kelas.

Aku berdiri di depan kelas menghadap anak-anak yang tiba-tiba menjadi ramai seolah di depan kelas ada sesuatu yang aneh. Pak Eko menatapku dengan dingin, matanya seolah ingin menjelajahi tubuhku, napasku masih sangat terengah-engah dan akibatnya payudaraku bergerak naik turun seiring dengan napas ku. Kemeja putih yang aku pakai memang agak longgar tapi terbuat dari kain yang cukup tipis, sehingga samar-samar pasti terlihat warna BH ku yang menyolok, ah tapi cuek sajalah. Aku langsung mengecek ke bawah untuk melihat apakah pakaian yang aku pakai harus ditata jika tidak semestinya,

“Semuanya tampak rapi,” pikirku cepat.
“Haah, ternyata ada noda keringat basah yang tampak seperti bunga di kedua sisi ketiakku. Shit!!” kataku dalam hati.
“Maaf Pak Eko hari ini saya terlambat karena bus sangat lama datangnya,” aku berkata cepat namun berusaha untuk tidak memicu kemarahannya.
“Ya, saya tahu tapi hari ini kita sedang tes, dan kamu tahu aturannya kan bahwa ikut tes ini merupakan kewajiban sebelum UAS atau kamu tidak akan lulus pelajaran saya jika tidak mengikuti tes ini,” jelas Pak Eko tegas.
“Kamu setelah kuliah ini harap menemui saya di kantor, kamu harus ikut tes susulan atau kamu tidak akan pernah lulus,” lanjutnya.
“Ya pak,” jawabku cepat.

Mata kuliah Pak Eko merupakan suatu mata kuliah yang sangat penting untuk mengambil mata kuliah lain karena tercantum hampir dalam setiap prasyarat mata kuliah lain. Dengan tidak lulus mata kuliah ini kemungkinan semester depan aku hanya dapat mengambil 1 mata kuliah saja yang lain semua terkena prasyarat.

“Aku anak yang bertekad baja, aku harus lulus mata kuliah ini!!,” tekadku dalam hati.

Pak Eko, umur 32 tahun, perawakan besar tinggi dan berkumis, kulitnya agak sawo matang tapi cukup putih untuk ukuran lelaki. Statusnya sudah cerai dengan istrinya dan sekarang hanya tinggal sendirian di salah satu kawasan elit di Surabaya, sebenarnya Pak Eko orang kaya dia punya usaha sampingan Rumah Walet di beberapa tempat. Tidak jelas mengapa ia mau menjadi dosen yang bayarannya hanya beberapa juta sebulan. Yang jelas orangnya ramah dan punya banyak teman. Teman saya pernah memergoki pak Eko di salah satu pub elit bersama temannya setelah di tanyai katanya urusan bisnis.

Oh ya, namaku Yessy, aku cewek berusia 20 tahun. Sekarang kuliah semester 3 jurusan ekonomi, tubuhku langsing tapi berisi. Rambutku sebahu dan lurus seperti iklan yang di re-bonding itu lho. Banyak orang bilang aku cantik dan bukan saja orang hanya bilang, tapi aku sendiri bekerja paruh waktu sebagai SPG di berbagai tempat dan juga sebagai pagar ayu. Pokoknya untuk urusan pamer wajah dan badan aku pasti di ajak. Bukan apa apa sebenarnya, tetapi memang itulah kelebihanku. Aku punya banyak teman cowok maupun cewek aku orang yang pintar bergaul atau memang aku cantik sehingga banyak di kerubungi cowok yang sekedar senang atau memang menginginkan sesuatu, bukan hanya cantik lho, tapi juga seksi.

Dadaku cukup padat berisi dan sesuai dengan postur tubuhku yang tinggi 162 cm dan berat 50 Kg, Kukira itu ukuran ideal yang di inginkan setiap wanita. Walaupun aku orang nya sering berada dimuka umum tapi aku sebenarnya agak pemalu, aku tidak berani berbicara sambil menatap mata orang, hanya kadang-kadang aku harus PeDe karena di bayar untuk itu. Tentu bukan hanya payudara ku saja yang indah, kulitku juga putih dan betisku mulus menantang setiap mata yang mampu menjelajahinya. Aku rajin merawatkan tubuh di berbagai salon kecantikan karena menurut bosku supaya lebih bernilai jual, entah apa maksudnya. Mungkin supaya penjualan produknya semakin besar atau supaya sering dipakai jadi SPG.

“Yessy, hari ini bapak tidak sempat ke kantor lagi karena ada urusan penting yang tidak bisa di tunda. Kalau kamu betul pingin ikut tes ini, nanti hubungi bapak agak sore ya. Kalau lain kali bapak sudah enggak bisa kasih tes lagi, atau kamu mengulang aja tahun depan ya?” ucapan Pak Eko membuyarkan lamunan ku.

Ternyata di kelas tinggal aku sendirian. Entah sejak kapan bubar, kayaknya aku terlalu banyak melamun hari ini.

“Saya mau lulus semester ini pak, bagaimana kalau bapak tidak sempat nanti sore saja tes nya bahkan kalau di rumah bapak sekalipun saya bersedia yang penting bapak mau meluangkan waktu untuk saya” kataku gugup karena pikiranku baru terputus dan kacau.
“Kamu tahukan nomor HP bapak kan? Ya sudah nanti sore bapak tunggu ya,” Lanjut pak Eko cepat langsung bergegas pergi.

SubChapter 1b. Ketika semuanya di awali dengan ‘manis’

Sudah jam empat sore ketika rangkaian kuliah hari ini selesai, aku tidak sempat pulang lagi, sambil melirik jam guess di tangan kiriku, janjiku dengan Pak Eko adalah jam 4.15 aku harus bergegas sebelum terlambat lagi, tidak usah melapor ke rumah lagi tokh tidak ada orang di rumah ku. Aku tinggal sendiri karena aku sebenarnya bukan orang Surabaya, aku anak luar pulau, aku tinggal sendirian di rumah kontrakan kecil yang tetangganya pun aku tidak berapa kenal. Keberanianku tinggal sendirian semata karena tekadku kuliah di Surabaya. Ya aku memang cewek bertekad baja.

“Aku naik ojek sajalah ke rumah Pak Eko biar tidak terlambat” pikirku.

Benar juga tidak sampai 10 menit aku sudah berdiri di depan sebuah rumah mewah berlantai 2 Pak Eko juga kebetulan baru pulang sehingga kami sama-sama masuk ke rumah. Pak Eko kemudian meminta waktu untuk mandi sebentar dan mempersilakan saya duduk di sofa berbulu putih yang tampaknya mahal. Begitu pak Eko hilang dari pandangan mataku aku berdiri dan melihat-lihat sekelililing.

Aku terkagum-kagum melihat koleksi lukisan pak Eko yang indah-indah. Tiba-tiba ada geraman di belakangku, entah dari mana datangnya tapi dua ekor doberman besar sudah ada di belakangku dalam jarak kurang dari satu meter. Doberman-doberman tersebut cukup besar dan tinggi. Mereka mulai menggeram-geram dan maju perlahan. Aku takut sekali tapi aku tidak berani lari karena pasti di kejar dan bisa di gigit. Aku hanya maju ke dinding dan diam mungkin anjing itu akan menganggap aku bukan ancaman dan pergi. Aku merasa mereka makin mendekat mungkin hanya 1/4 meter lagi. Aku ingin berteriak tapi takut mereka jadi tambah galak lagipula pak Eko kemungkinan tidak mendengar dari kamar mandi. Aku cuma menutup mata dan berharap yang indah-indah.

Dalam kegelapan tiba-tiba semua hening, anjing-anjing itu pasti sudah pergi, aku mencoba membuka mata dan menoleh ketika tiba-tiba terasa napas hangat di… Astaga!! di bagian atas belakang lutut. Salah satu doberman itu sudah begitu dekatnya sehingga napasnya dapat di rasakan pada kulitku yang mulus itu. Ia mulai menjilat-jilat bagian belakang pahaku, semakin lama semakin ke atas. Aku mulai merasa geli tapi tidak berani bergerak sedikitpun, jilatan itu menjadi semakin liar seolah-olah pahaku ada rasanya, yah.. mungkin bau dari kemaluanku, dan keringat yang mengering. Aku pernah menonton TV yang mengatakan bahwa binatang suka tertarik dengan bau kelamin lawan jenisnya sebelum memulai hubungan seks. Jilatan itu semakin naik sampai ke sela-sela paha bagian belakang dan mulai mengenai celana dalamku.

“Ooohh, celana dalamku pasti basah nih” pikirku.

Ludahnya terasa sekali banyaknya dan hangat serta geli. Aku mulai merasa terangsang karena jilatan itu. Doberman tersebut semakin bersemangat. Kayaknya ia tertarik dengan celana dalam merahku karena ia sudah tidak menjilati paha lagi tapi sudah menjilat celana dalamku. Kurasakan kemaluanku basah karena cairan kemaluanku sendiri deras mengalir seiring dengan ekstasi kenikmatan yang aku rasakan.

Aku tiba-tiba terpikir bagaimana kalau celana dalamku di korbankan saja ke anjing itu, tapi bagaimana dengan anjing satunya yang menonton bagaimana kalau ia mau juga tapi kayaknya, oh syukur lah, hanya tinggal seekor saja. Aku memberanikan diri untuk mengangkat rok dan melucuti celana dalamku. Anjing itu menurut aja untuk menunggu seolah sudah tahu kalau celana dalam itu akan menjadi mainannya. Ia mundur dan membiarkan aku melucuti celana dalamku. Celana itu meluncur turun dengan cepat dan kulempar yang jauh. Tak disangka anjing itu langsung mengejar celana dalam itu dan memberi aku tempat kosong dan waktu untuk lari. Aku langsung lari dan mencari tempat yang aman.

“Harus tempat yang tidak dapat di jangkau anjing tersebut,” Pikirku cepat.

Kulihat di kebun belakang ada bangunan menyerupai air mancur dan letaknya cukup tinggi tapi harus dipanjat sedikit. Aku langsung lari kesana dan memanjat lalu berdiri diatasnya. Akhirnya aman juga, begitu pak Eko selesai mandi aku langsung berteriak minta tolong. Anjing itu juga tampaknya sibuk dengan celana dalamnya, sudah hampir di telan dan di gigit-gigit.

“Harganya Rp 200.000, mati aku, baru beli lagi,” pikirku.

Tiba-tiba aku panik bagaimana menjelaskan semua ini ke pak Eko ya? Lagipula sekarang ia harus turun dibantu oleh pak Eko karena tidak mungkin dia meloncat ke bawah, Bagaimana kalau kelihatan dari bawah oleh pak Eko kalau aku tidak mengenakan celana dalam? Atau haruskan dia berterus terang saja tokh pak Eko juga akan tahu kalau aku tidak pakai celana dalam?

Tiba-tiba pak Eko muncul dari dalam rumah dan berkata “Lho Yessy, kamu kok di atas sana?”
“Menghindari anjing bapak” jawabku.
“Anjingnya sudah bapak usir keluar ayo bapak bantu turunin kamu” kata pak Eko sembari maju mendekati.
“Saya bisa sendiri kok saya lompat aja” jawabku lagi.

Aku ogah ketahuan kalau enggak pakai celana dalam. Pak Eko bersikeras mau membantu aku turun jadi dia pergi mengambilkan kursi untukku. Akhirnya sampai juga di bawah lagi sekarang tinggal mengambil celana dalam itu yang pasti sudah di tinggalkan anjingnya di lantai. Mataku langsung cepat menyapu lantai mencari benda itu sebelum terlihat pak Eko. Aku sedang sibuk memeriksa lantai ketika pak Eko datang lagi sambil berkata,

“Ini punyamu ya?” ditangannya terjulur sebuah celana dalam merah ku yang sudah basah kuyup dan penuh gigitan. Ini sangat memalukan masak celana dalam saya di pegang pak Eko terus basah lagi.
“Iya pak, semua itu gara-gara anjing bapak, terima kasih pak,” jawabku gugup sambil menyambar benda itu dari tangan pak Eko.
“Nanti bapak ganti deh, maafkan anjing bapak” kata pak Eko sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Berdiri di depan pak Eko dengan rok sependek ini dengan kenyataan tidak mengenakan celana dalam membuatku terangsang lagi. Cairan kemaluanku pasti menetes ke lantai nih, “Oohhh aku sudah tidak tahan lagi” pikirku dalam hati.

Benar aja dugaanku tiba-tiba setitik cairan menetes kelantai di iringi tetes berikutnya. Hal ini terlihat jelas oleh pak Eko yang kebetulan sedang menunduk.

“Oh, kamu pingin pipis ya? Itu ada kamar mandi. Bapak tidak punya celana dalam wanita buat gantinya tapi kalau mau bapak ngajak kamu ke mal untuk beli gantinya sekarang,” tawar pak Eko.

Saya tidak menjawab langsung aja ngeloyor ke kamar mandi. Pak Eko memandangku sampai aku masuk ke kamar mandi.

“Bapak-bapak boleh keluar sekarang” ucap pak Eko.

Tampak dari sebuah ruangan sebelah yang dibatasi kaca cermin 1 arah keluarlah beberapa orang laki-laki setengah baya. Salah satu dari mereka tampaknya kaya dan peranakan tionghoa. Kelihatannya Ia businessman yang sukses. Sedangkan yang lain kelihatan adalah kaki tangannya.

“Pak Bobi, bagaimana anjing saya pak? Anjing ini khusus di latih di Eropa untuk meniduri wanita yang ditemuinya sangat hebat dan ahli di bidangnya. Tawaran saya 750 juta masuk akal sekali kan pak?” jelas Pak Eko.
“Seperti yang telah bapak saksikan sendiri dia dari belakang cermin tadi, anjing-anjing tersebut mampu mendekati dan melakukan inisitiaf sendiri, mereka bisa mencium bau kemaluan wanita dari jarak berkilo-kilo jika bapak mau pun dia bisa berhubungan seks dengan wanita tanpa perlu di bimbing asal wanita tersebut tidak melawan dan telanjang,” lanjut pak Eko jelas.
“Okelah kita deal aja yang penting kamu harus kasih saya 1 show sebagai complimentary dan sekaligus melihat kemampuannya,” Pak Bobi berkata sambil menepuk pundak pak Eko, “Dan saya mau wanita tadi yang dipergunakan dalam show itu, dia tampak putih dan merangsang serta seksi saya suka dia,” lanjut pak Bobi.

Pak Bobi langsung pamit dan keluar di depan sudah menunggu sebuah BMW seri 7 terbaru berwarna hitam gress dengan supir yang berpakaian putih-putih. BMW itu melaju cepat meninggalkan kediaman pak Eko.

Sementara itu Yessy sudah selesai mencuci dan mengelap kering kemaluannya yang basah akibat jilatan anjing tersebut. Celana dalam itu tidak jadi dipakai kembali karena jijik dengan ludah dan lendir dari anjing terebut, ia bahkan akan membuangnya jika sudah dapat yang baru. Tentu saja ia suka dengan ucapan pak Eko yang berjanji untuk menggantinya dengan yang baru. Ia keluar dengan rok tanpa celana dalam. Terasa dingin karena angin bertiup di bawah kemaluannya. Ide mengenai jalan-jalan di mal tanpa mengenakan celana dalam cukup memalukan rasanya apalagi lelaki yang menemaninya mengetahui hal itu. Tapi tidak ada pilihan lain demi tes yang harus di kerjakan hari ini. Demi kelulusan yang dia cita-citakan selama ini.

Pak Eko menghampiri dia sambil membawakan segelas besar juice leci yang tampaknya enak dan dingin.

“Sebagai rasa bersalah saya ini hidangan sekadarnya, maaf kalau tidak ada makanan, nanti keluar makan aja sekalian sekarang di minum dulu lalu saya tunggu di mobil” tukas pak Eko.

Aku minum dengan cepat sampai tumpah sedikit di kemejaku tepat di bagian payudara sebelah kiri rasa dingin langsung menyergap ke dalam. Aku tidak sempat ke kamar mandi lagi langsung kulap saja pakai tangan dan berlari ke mobil yang sudah menunggu di depan.

SubChapter 1c. Di mal, permainan di mulai.

“Kamu ulang aja tahun depan ya” ucapan pak Eko membuyarkan keheningan di mobil, “Maaf walau ada kejadian tadi tapi semuanya kan berawal dari keterlambatan kamu” lanjutnya.
“Saya harus lulus apapun caranya” pintaku. Apapun caranya.
“Kalau begitu nanti tesnya lisan aja di mal ok, kan kamu bilang apapun caranya” tawar pak Eko.
“Ok” kataku cepat seolah tidak ingin dia berubah pikiran.

Begitu turun dari parkir aku langsung berjalan menuju department store sementara pak Eko ikut di belakangku. Pak Eko mengisyaratkan agar Yessy mengikuti dia dan seolah sudah tahu jalan pak Eko langsung menuju ke tempat penjualan underwear di department store tersebut. Agak kagum namun di telan aja kekaguman itu, perhatian Yessy tertuju di setumpuk celana dalam yang bermerek sama dengan BH nya saat ini. Ia sudah menemukannya ketika seorang pelayan mengatakan bahwa celana dalam tersebut boleh di coba di kamar pas. Hal itu sedikit aneh bukan? Seharusnya celana dalam tidak boleh di coba? Ah tapi persetan dengan keanehan itu yang penting aku sekarang sudah kedinginan dan sudah mulai terangsang lagi.

Kamar pas itu pas di sudut dengan cermin di dua sisi. Agak sempit tapi cukup terang berlantai karpet. Ia mengunci pintu dengan baik dan mulai membuka roknya. Tampak kemaluannya menyembul sedikit berwarna kemerahan dan tampak basah mengkilap dibawah siraman lampu. Ia mengangkat sebuah kakinya ke atas sebuah dudukan yang ada di ruang ganti tersebut sambil memeriksa kemaluannya yang basah. Rambut kemaluannya nampak cukup lebat dan subur sekali. Kemaluannya memiliki bibir yang mungil yang mampu mengundang semua “kumbang” untuk berduyun-duyung mengerubunginya. Bukan hanya “kumbang” bahkan mungkin kumbang juga akan berduyun-duyun mengerubunginya, mungkin siapa tahu. Bau lendir dari kemaluan sangat khas sekali setiap cewek bisa mempunyai bau yang berbeda namun seorang yang ahli dapat tetap membedakan mana bau dari kemaluan mana bau dari ketiak.

Setelah di usap-usap sampai tampak kering barulah ia mengenakan celana dalam tersebut. Astaga celana dalam itu seksi sekali di pinggulnya, kenapa tidak terpikir dari dulu ya? Dia berputar-putar sejenak untuk memastikan semuanya benar dan melangkah keluar tanpa membukanya lagi. Sampai di depan tampak pak Eko lagi bercakap-cakap dengan sang pelayan tersebut. Pak Eko memberi kode apakah cocok dan ia mengiyakan, selanjutnya uang pun berpindah tangan ke laci kasir.

“Sekarang ayo kita makan sebelum tes di mulai” perintah pak Eko sambil menggandeng tanganku, reflek aku menarik tanganku tapi kembali di pegang pak Eko kali ini agak keras sehingga aku takut dan menurut aja tokh habis ini selesai sudah.

Kami makan di sebuah café yang memiliki kursi sofa berbentuk L dan tampak sangat private mungkin karena suasana café yang agak remang-remang dan orang yang tidak banyak mungkin hanya 3 meja yang ada penghuninya kebanyakan adalah pasangan muda. Kami memilih meja di sudut dan mulai memesan makanan. Pak Eko memesan steak ayam dengan segelas nescafe dan aku memesan salad semangka, nasi goreng special dan Lemon Tea. Aku betul-betul lapar sehingga begitu di tawari makanan ini aku mengangguk aja. Aku sedang menunggu pesanan ketika tiba-tiba aku merasa ada tangan di bawah rokku.

Tangan pak Eko yang kasar meraba pahaku yang mulus. Aku mau berteriak tapi tidak enak kalau Cuma pak Eko tidak sengaja benar kan. Aku memandang pak Eko ketika tiba-tiba pak Eko menciumku. Aku langsung kaget dan mundur sambil berkata

“Maaf, Bapak jangan begitu” tapi pak Eko membalas dengan mengatakan bahwa tes nya akan saya beri sekarang.

Tiba-tiba terpikir bahwa bisa saja tes di ganti dengan pelukan dan kencan kilat seperti yang biasa di halalkan di kalangan dosen tertentu. Ah menurut sajalah. Tangan Pak Eko mulai merajalela dan semakin ke atas meraba daerah kemaluanku. Kontan aku basah lagi karena merasa nikmat dan geli, aku mulai menuruti permainan pak Eko ketika aku tersadar kami sedang ada di mal, didalam café dan sedang menanti makanan, dan mungkin saja ada orang yang melihat. Saya berusaha memberitahu dan melihat kalau-kalau ada yang melihat tapi sia-sia. Jari pak Eko sudah berada di dalam celana dalamku di gosok-gosokan ke kemaluanku yang basah. Rangsangan yang diberikan semakin hebat aku mulai tenggelam dan merintih nikmat.

Tiba-tiba Pelayan entah bagaimana sudah ada di dekat situ. Bagaimana kalau dia melihat kami berciuman? Ah itu sudah jelas dan mungkin lumrah. Tapi bagaimana kalau ia melihat tangan pak Eko berada di bawah rok ku? Tiba-tiba semua kembali biasa lagi pak Eko dan aku menerima makanan kami dan mengucapkan terima kasih. Pelayan itu meninggalkan kami sesaat kemudian. Pak Eko kemudian menunjukan jarinya yang basah oleh lendir kemaluanku. Basah sekali sampai aku kaget dan malu apa iya aku jadi sebasah itu. Lendir itu betul berbau khas ketika di dekatkan ke hidungku. Aku malu sekali belum pernah semalu ini di depan umum. Apalagi ketika pak Eko mencium bau lendir tersebut dekat hidungnya. Dunia rasanya mau runtuh aja. Tiba-tiba pak Eko tersenyum dan menatapku dan berkata kamu lulus tes nomor satu.

Tiba-tiba entah kenapa aku pingin pipis setelah selesai makan, mungkin karena cairan yang aku minum terlalu banyak sejak tadi. Aku mengatakan hal itu kepada pak Eko dan meminta izin kebelakang. Pak Eko mempersilakan aku langsung lari ke kamar mandi terdekat. Eh.. Ternyata sesampaiku disana kamar mandinya sedang out of order karena mungkin sedang di bersihkan, aku tidak menyerah dan naik ke lantai berikutnya yang ini juga out of order. Sementara otot lubang kencingku mulai berteriak-teriak seperti lagi kebakaran,

“Tolong kucurkanlah airnya, siram api itu” kalau andaikata otot tersebut bisa bicara.

Sepertinya kencingnya sudah diujung mau meluncur keluar ketika aku sedang menaiki eskalator ke lantai berikutnya, disini malah kamar mandinya tidak ada. Akhirnya dengan langkah gontai dan menahan pipis yang semakin mendesak aku kembali ke café dengan harapan pak Eko mengetahui letak toilet yang lain. Pak Eko masih minum kopi ketika aku sampai dan langsung duduk kembali.

“Semua toilet rusak pak” jawabku putus asa.
“Buka saja celana dalammu dan pipis disini” kata pak Eko ringan seolah-olah jawaban itu sangat bijaksana.

Wajahku memerah seketika mendengar jawaban itu, malu rasanya saking hebatnya sampai-sampai pipisku muncrat sedikit.

“Bagaimana mungkin pak” Jeritku pelan,
“Buka dulu celana dalam kamu dan taruh di atas meja” perintah pak Eko.

Hatiku langsung berdegup kencang dan wajahku menjadi semakin merah. Tapi aku takut dan mengikuti aja pak Eko. Aku mengangkat rokku sedikit dan melucuti celana dalam ku sambil duduk sambil berharap cemas tidak ada orang di café itu yang tahu. Celana dalam itu kuserahkan ke pak Eko yang kemudian di taruh di atas meja. Selanjutnya aku menunggu instruksi pak Eko. Pak Eko mengambil gelas kosong bekas lemon tea yang tadi kuminum dan menyodorkannya ke aku, sambil berkata,

“Kamu pipis aja ke gelas ini, tokh tidak ada yang tahu kalau itu lemon tea atau pipis kamu”.

Hatiku langsung copot mendengar perintah itu. Tapi ya mungkin itu satu-satunya jalan. Meja tempat kami duduk bukan tipe tertutup cuma saja karena kursi sofa sehingga posisi meja menutupi ku sampai batas dada dan juga meja tersebut cukup lebar Ya cukup tertutup dan rendah sehingga orang tidak mudah melihat apa yang terjadi di bawah meja tapi kalau ada yang menjulurkan kepala di bawah meja pasti akan terlihat pemandangan indah.

Aku menerima gelas tersebut dengan tangan gemetar selanjutnya aku memposisikan duduk ku ke ujung kursi agar bisa meletakan gelas di bawah kemaluanku. Aku tidak berapa jelas dimana posisi gelas apakah sudah tepat atau belum yang pasti aku harus membuka paha agak lebar, tangan kanan ku memegang gelas dan tangan kiri ku membuka bibir kemaluanku lebar-lebar, gelas kuposisikan tepat di mulut bibir kemaluanku dan tiba-tiba pak Eko berkata,

“Jangan pipis dulu jaga aba-aba dari saya, dan jangan pipis terlalu kuat bunyinya itu lho bisa memancing perhatian orang,”

Saya kemudian memandang sekeliling tampak ada beberapa laki-laki yang duduk berhadapan tapi tidak memperhatikan kami. Andaikata mereka menundukan badan kebawah sudah pasti mereka melihat jarak meja kami Cuma 1,5 meter saja. Mereka tepat berhadapan dengan kami, tadinya mereka tidak ada entah kenapa bisa berada di situ.

“Oke Yessy, kalau sudah siap saya hitung sampai 3 dan kamu mulai pipis, 1.. 2.. 3″ demikian aba-aba dari pak Eko.

Aku pipis dengan perlahan tapi stabil, muncratan pertama agak keluar dan membasahi jariku dan mungkin juga lantai, tapi begitu pipis keluar lancar sudah tidak tumpah lagi. Aku betul-betul sudah tidak tahan lagi terlambat semenit pasti aku sudah pipis di kursi sofa tersebut. Tiba-tiba pak Eko memanggil pelayan di meja sebelah, aku baru mengeluarkan 1/3 dari seluruh kencingku, ketika pelayan tersebut dengan sigap mendatangi mejaku.

Tiba-tiba aku sadar celana dalamku sudah tidak ada di atas meja. Celana dalam tersebut berada 1/2 meter di depan mejaku siapapun yang mengambilnya akan tahu aku sedang pipis ke dalam sebuah gelas, dan dia pasti akan mendapatkan pemandangan yang sangat indah. Bibir kemaluan yang terbuka, gelas yang berisi separuh cairan pipis kekuningan, dan lubang kemaluan yang memancarkan pipis kekuningan, pertunjukan yang cukup indah bukan hanya untuk kelas café,

“Tolong ambilkan celana nona ini jatuh di depan itu pak” pak Eko meminta tolong pelayan untuk mengambil celana dalam yang jatuh di depan meja kami.

Pelayan itu membungkuk dan mengambil celana dalam itu. Semua terjadi begitu cepat sampai aku tidak sempat menghentikan kegiatan ini. Dalam hati aku mau pingsan aja, pasti pelayan itu melihat aku pipis, oh tidak, pelayan itu kemudian berdiri dan sambil tersenyum sambil menyodorkan celana dalam itu ke saya, kedua tangan saya sedang sibuk di bawah ketika saya disodori celana dalam itu. Pelayan itu wajahnya merah karena malu dia kayaknya kaget sekali ketika tadi memungut celana itu.

“Taruh aja di meja itu, terima kasih pak” jawabku menahan malu dan mukaku merah.
“Kamu ini bagaimana sih Yes, masak orang sudah angkat barang kamu, kasih baik-baik masak kamu suruh taruh di meja itu kan celana dalam yang tidak sepatutnya berada di meja” sergap pak Eko, “Terima dengan kedua tangan kamu, berdiri dan membungkuk sendikit sambil mengucapkan terima kasih, ayo cepat!!” lanjut pak Eko setengah marah-marah.

“Tapi..,” kencingku meluncur lebih deras dan tidak berdaya, tanganku tidak mungkin kuangkat, Aku sadar pak Eko sedang mempermalukan ku di depan pelayan ini.
“Tapi saya tidak bisa pak” pintaku memohon.
“Ya, sudah selesaikan dulu kerjamu baru terima celana itu dan lakukan seperti yang saya perintahkan” lanjut pak Eko penuh wibawa.

Rasanya seperti setahun ketika akhirnya aku selesai memuntahkan seluruh kencing ke dalam gelas, tepat segelas penuh. Aku jadi sadar gelas ini harus kuangkat ke atas meja supaya kedua tanganku kosong. Aku mengangkat gelas itu dengan gemetar kutaruh di atas meja dan kemudian aku berdiri dan menerima celana dalam itu dan mengangguk terima kasih.

Pelayan itu sepertinya melihat semua yang terjadi ketika dia tersenyum penuh arti kepadaku sambil menyodorkan celana dalam tersebut.

“Minumannya sudah tidak diminum lagi non, biar saya angkat” pelayan itu berkata penuh arti seolah-olah tidak tahu apa-apa.
“Sabar dulu belum habis diminum, ada apa buru-buru, ayo Yessy, habiskan dulu minuman kamu” Pak Eko berkata seolah tidak terjadi apa-apa juga.

Yessy langsung syok begitu melihat segelas penuh kencingnya sendiri dalam satu-satunya gelas yang berisi “minuman”. Matanya menoleh ke pak Eko sambil berharap pak Eko tidak memaksa dia untuk meminum “minumam” dalam gelas itu.

“Ayo habiskan kalau kurang manis bisa tambah gula” sambil mengambil sedotan di atas meja dan memasukan nya ke dalam gelas tersebut.

Aku malu sekali harus meminum air kencing sendiri dalam gelas tinggi yang di beri sedotan lagi dan bukan saja itu melainkan di saksikan juga oleh 2 orang yang satu bahkan aku tidak tahu namanya dan mereka juga tahu bahwa itu adalah air kencingku sendiri. Tanganku gemetar memegang gelas yang hangat dan memasukan sedotan ke mulutku. Rasanya seperti berabad-abad dan kedua orang di depanku menunggu dengan penuh senyuman melihat aku minum.

Rasanya sedikit asin dan baunya sangat pesing. Warnanya kuning dan penuh busa. Nasi goreng di perutku rasanya mau keluar semua ketika cairan kuning itu mulai membasahi tenggorokanku dan lambungku. Minum segelas penuh rasanya lama sekali bahkan aku di paksa menghisap sampai habis tuntas dan menjilat gelas tersebut. Pelayan tersebut mengambil gelas tersebut dan diangkat ke atas sambil berkata

“Wah, nona ini hebat ya minumnya, mau tambah lagi”
“Tiiidak..,” Tangisku.

Kami membayar lalu keluar dari Café diiringi ucapan terima kasih dari pelayan tersebut sambil berkata

“Lain kali datang lagi ya”.

Aku hampir pingsan ketika pelayan tersebut membisikan sesuatu ke telingaku.

“Gelas itu tidak akan pernah ku cuci akan di taruh di atas pajangan dan di beri tulisan ‘Yessy meminumnya sampai Habis’ tiap kali kamu datang aku akan menceritakan peristiwa ini kepada tamu yang ada”

Lututku langsung lemas.

*****

Percayalah bahwa saran dan tanggapan anda sekalian sangat perlu bagi saya untuk menulis kisah lanjutan dan cerita ini. Saya perlu dukungan dari anda semua untuk terus berkarya.

Aku Dan Sepupuku

Aku Dan Sepupuku

aku ingin memperkenalkan diri sebelumnya namaku irvan aku mempunyai wajah ganteng dan penampilan selalu keren. pada awal 2004 yang lalu rumah kami kedsatangan seorang wanita cantik di adalah sepupuku sendiri. pertama kali ia datang kerumah aku begitu tidak percaya bahwa dia itu adalah sepupuku. sepupuku ini bnernama Nita arlianti tetaoi ia biasa dipanggil Nita. singkatnya aku pada hari itu (hari kamis) orang tua serta keluarga yang lainnya pergi keluar kota sehinga rumah betitu sepi, kemudian aku pergi ketempat temanku untuk meminjam kaset cd bokep. yang akan kuputar dirumah akhirnya temenku meminjamkan 3 buah cd. satu-demi satu kaset cd kuputar hingga akhirnya pada kaset yang terakhir adik sepupuku keluar dari kamarnya dan langsung masuk ke kamarku yang sewaktu dia masuk aku tidak mengetahuinya sama sekali. tanpa kusadari ia telah melihat film bf tersebut, hingga akhirnya ia berkata : nah ketahuan lagi ngapa(karena dia melihat aku sedang mengusap2 my kontol hingga tegang). aku langsung terdiam dan malu sekali, lalu ia mengatrakan kak enak nggak itunya kakak disisap, nggak tahu kataku soalnya kakak nggak pernah tuh. lalu ia berkata baga mana kalau itunya kakak nita isapin, dengan tanggan yang langsung meraba bagian celanaku hingga akhirnya akupun telah membuka celanaku, dan nita pun langsung membuka sekluruhn pakaiannya tanpa sehelai benang punb. aku langsung mencium bibirnya yang tipis sampai kebagian dada yang begitu indahl. nita pun mendesdah tidak karuan ah…achhach…ach terus kak hingga akhirnya aku mulai menjilati bagian memeknya seperti yang aku baru lihat di bokep tadi dan nita pun semakin menjadi tak karuan Aaaaachh,…….ach….ah..ha..ah..hh… kak terus kak enak hingga akhirnyha ia mengerang kuat dan mengeluarkan lendir bening akag keasinan. nita sudah tahan kak ayo masukin kak ]ntar dylu kamua isap konto9l kakak dong kemudian nita menghisap kont9olku hingga akhirnya ahc…achhh achh mau keluar langsung kulepas perlahan lahan kumasukkan kontolku kedalam memeknya yang masih perawan itu achhh kak pean pelan kan sakit aku berusaha keras untuk memasukkan nya hingga akhirnya blesss.. dan achh….ach…ah….kak sakit bentar aja nannti pun akan tersa nikmat lalu ku goyangkan pantatku dan nita pun mulai menikmati ach,…… ach…yes ka teruskak ayo kak enak oh…..a.h….a.h.a..ha….hhs hingga akhirnya aku npun sudah tidak tahan lagi dan ingin keluar tetapi nita sudah orgasme duluan lalu kucabut kontolku dan ku arahkan ketubuh n ita achhh….oh…..oh..oh…oh….oh……… akhirnya keluar dan membasahi seluruh teteknya nita. setelah kejadian itu aku minta maaf kepada nita lalu iua nberkata kalau sepereti ini rasanya tidak perlu minta maaf ak aku pun rela melepaskan perwanku. hingga sekarang nita masih tinggal di rumahku dan akupun makin seringn malkukan hubungan yang nikmat lagi. apalagi sekarang ini orang tua ku sedang ke luar kota untuk beberapa bulan . sampai-sampai kami setiap malam melakukannya didalam kamarku, kamarkulah yang menjadi saksi bisu itu.

Aku Berselingkuh Dengan Ayah Tiriku

Aku Berselingkuh Dengan Ayah Tiriku

Sebelumnya aku ingin memperkenalkan diriku, namaku Liana. Mamaku seorang suster kepala di sebuah rumah sakit ternama, Mamaku ditinggal oleh papaku sejak aku kecil. Papa asliku adalah seorang tentara yang tewas dalam tugas.

Sejak ditinggalkan oleh papa, mama sering berganti ganti pasangan, karena dari dirinya merindukan belain kasih sayang dari seorang pria. Tidak jarang aku mendapati mama sedang bercinta di sofa di ruang tamu dengan pria yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Hal itu pulalah yang membuatku dewasa belum pada saatnya. Aku kehilangan keperawananku pada umur 13 karena aku jatuh cinta dengan pemuda berumur 19 yang bekerja di Mc Donald di dekat rumahku. Biarpun aku sudah rusak tetapi hubunganku dengan mama sangat baik. Dia yang mengajarkan aku bagaimana aku harus manjaga tubuhku, bagaimana caranya memuaskan pria dan sampai bagaimana untuk mengindari kehamilan. Aku sangat mencintai mamaku. Dia adalah idolaku. Aku tahu bahwa semua yang dia lakukan demi aku, dan aku selalu berdoa agar mama mendapatkan cintanya yang abadi.

Suatu hari mama mengajakku untuk makan malam. Dia bilang kalau dia mendapat kunjungan. Aku pun senang, karena berharap kunjungan itu dari seorang pria. Dan tebakanku pun benar. Frans seorang dokter muda yang cakap, tinggi tegap, berambut coklat tua dan tidak botak. Dia terhitung tampan dibanding dokter-dokter yang kukenal. Dia sangat ramah dan baik hati. Aku sangat menyukai Frans, demikian pula mamaku. Setengah tahun kemudian mereka pun menikah, dan aku masih ingat aliran air mata kebahagiaan mama. Di saat itu aku merasa bahwa doaku terkabulkan.

Hidup kami berubah dengan kehadiran seorang pria di keluarga kami. Aku tidak perlu lagi mengganti lampu yang rusak, atau memperbaiki saluran air yang mampet. Bahkan tingkat ekonomi kami pun meningkat drastis. Kini kami tinggal di rumah Frans yang cukup besar dan mewah untuk kami. Bahkan di ulang tahunku yang ke 18 dia membelikan sebuah mobil baru yang sebelumnya hanya ada di mimpi-mimpiku. Tidak hanya itu, tapi bertambah seringnya erangan nikmat yang setiap malam kudengar. Wajah mama sangat berseri-seri setiap pagi begitu juga Frans. Sampai terjadinya suatu peristiwa.

Aku masih ingat sekali peristiwa malam hari itu, Jumat tanggal 25 agustus 2000. Mama sedang pergi bersama teman-temannya selama akhir minggu. Frans hari itu mendapat undangan pesta bujang seorang temannya yang hendak menikah keesokan harinya. Aku sebagai remaja menikmati akhir minggu di diskotik hingga larut malam. Sepulang dari disko aku merasa lelah dan mabuk. Setiba di rumah aku langsung berendam air hangat di bath up, sambil menikmati musik di tengah remang-remang nyala lilin.

Tiba-tiba pintu kamar mandi dibuka dengan cepat dan masuk Frans. Dia langsung menuju ke keran air dan membasahi kepalanya. Dia tidak sadar bahwa ada seorang gadis telanjang yang tergeletak di sebelahnya. Setelah dia agak tenang dia menegakkan kepalanya, dan dia menoleh ke arahku. Aku melihat adanya rasa kaget di matanya disamping rasa kagum. Dia hanya terdiam memaku memandangku. Ketika dia mencoba melangkah keluar aku pun memanggilnya.

Frans hanya diam sambil memunggungiku, kemudian dia pun kembali melangkah ke arahku dan duduk di tepi bath up. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba dia sudah bersamaku di bath up. Kami saling mengusap, saling membelai, saling mencium dan saling menggoda. Aku sadar bahwa alkohol mampunyai peranan penting di sini, tapi aku merasakan sensasi yang belum pernah aku alami. Getaran dan perasaan melayang yang belum pernah aku alami bersama puluhan pria lainnya. Frans dengan lembut menciumi tengkukku sambil dia mengangkat rambutku yang basah. Aku sangat menikmati jilatan lidahnya sambil mendesah nikmat.

Frans berbisik, ”Nana, kau sangat cantik. Tubuhmu mengagumkan hmm,…”
Aku hanya diam mendesah. Tanganku yang sudah terampil sudah mencari mangsa. Langsung kubelai penisnya yang sudah tegang. Aku pun berbalik menghadapnya dan langsung mulai menjilati dadanya yang bidang, lalu turun ke perut dan langsung ke tujuan utama. Aku jilat pelan-pelan, aku hisap ujungnya, bijinya dan kemudian aku memasukkan semua batang kejantanan ayah tiriku ke mulutku. Mungkin ini yang disebut kenikmatan oleh pria, karena didikan mamaku aku mengerti apa yang selalu diinginkan oleh seorang pria. Lidahku menari-nari menjilati penisnya. Saat itu aku hanya mendengar gerangan nikmat dari mulut Frans, sembari kubelai-belai pangkal pahanya. Tiba-tiba dia mencengkeram tanganku dan langsung mengangkatku ke atas dadanya. Bibirnya mencari bibirku, hingga akhirnya bibir kami bertautan, saling panggut dan saling gigit. Tangannya beraksi di vaginaku, mencari titik lemah wanita, dan ohhh,… inilah yang dinamakan profesional.

Dia sebagai dokter mengenal setiap titik kelemahan seorang wanita. Dia meletakkan tubuhku di bagian pinggir bath up dan mengangkat kedua pahaku ke arah bahunya. Dia mencari vaginaku dengan mulutnya dan lidahnya. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku hanya merasakan ringan, melayang dan betapa tubuhku bergetar hebat. Merasakan bahwa tubuhku bergetar tidak ada hentinya, Frans pun berdiri, keluar dari bath up mengambil handuk dan mengangkat tubuhku serta melilit tubuhku dengan handuk. Setelah dia pun mengeringkan tubuhnya seadanya, dia mengangkat tubuhku menuju ke kamar tidurnya. Di ranjang di mana dia biasa bercinta dengan mamaku tubuhku diletakkan, dan handuk itu mulai dibuka pelan-pelan. Dasar Frans yang penuh selera humor, dia masih sempat bercanda,
“ Wuah seperti membuka kado natal saja rasanya!“ Aku pun sempat tertawa sebelum mulutku disumbat oleh mulutnya.

Dia meneruskan apa yang sudah dia mulai. Dia mulai menjilati buah dadaku. Setiap bagian tubuh yang sensitif dia jilati. Hingga dia sampai ke ujung kaki, dia menjilati setiap jari kakiku, telapak kakinya dan lalu membuka lebar selangkanganku. Dia maju ke depan pelan-pelan, agak merebahkan dirinya di dadaku, sambil mendengarkan napasku yang terengah-engah. Tangannya membelai rambutku yang masih basah. Tiba-tiba sesuatu yang keras menusuk bagian vaginaku, hanya ujungnya saja, dia melakukan dengan sangat lembut. Sambil menjilati dan menggigiti putingku dia berhasil memasukan seluruh penisnya ke vaginaku. Beberapa saat kemudian dia agak berdiri dan mengangkat kedua kakiku ke arah wajahnya sambil terus memompa. Aku merasakan hanya kenikmatan, mungkin dari segi ukuran penis dia tidak terlalu besar. Tapi bagiku ukuran tidak jadi soal, yang penting bagaimana cara dia untuk mempergunakannya. Frans sangat jago bercinta. Pada saat itu tidak banyak gaya yang kita coba. Karena kenikmatan yang kita peroleh lebih penting daripada eksperimen. Aku coba menikmati setiap detik yang kita lalu bersama.

Ada perasaan menyesal ketika semua itu berakhir, perasaan menyesal telah mengkhianati mama dan perasaan menyesal bahwa semua itu telah selesai. Ingin rasanya kami mulai dari awal lagi, menikmati setiap detik dan setiap sentuhan. Frans hanya diam memelukku, membiarkan kepalaku di dadanya dan sembari mengecup-ngecup keningku dengan lembut.

Oh mama, malu rasanya ketika aku bertemu mama. Mama yang selalu sayang kepadaku, yang selalu perhatian akan diriku. Tapi di sisi lain aku merasa sangat cemburu bila melihat mama bermesra mesraan dengan Frans, perasaan benci melihat mama yang memeluk Frans. Aku selalu menangis apabila aku mendengar desahan mama di saat mereka bercinta di malam hari, aku selalu membuang muka apabila Frans pulang dari kerja dan membawakan mama setangkai rose.

Setelah kejadian malam itu, aku dan Franks selalu berusaha untuk mencari kesempatan untuk berduaan. Mama sering bertugas jaga malam, dan itu kesempatan kami untuk terus mengulanginya. Sering kami melakukannya di mobil, di gudang ataupun di teras belakang rumah. Sudah hampir 1,5 tahun kami saling sembunyi, tapi baru awal tahun 2002 yang lalu aku berani mengatakan cinta kepada Frans. Dia hanya merengek dan menangis. Dia tidak bisa melepaskan mama karena mama bagi Frans adalah sosok istri yang ideal. Sedangkan diriku membuat Frans merasa muda, bergairah dan bersemangat hidup kembali. Kami berdua tidak tahu apa yang harus kami lakukan. Haruskah kami bersandiwara seumur hidup? Atau haruskah kami merusak segala mimpi mama?
Di saat ini aku kembali bertanya, benarkah Tuhan sudah menjawab doaku?

TAMAT

Akibat Main Mobil Goyang

Akibat Main Mobil Goyang

Hari Rabu adalah hari yang paling melelahkan bagiku ketika semester 5, bagaimana tidak, hari itu aku ada 3 mata kuliah, dua yang pertama mulai jam 9 sampai jam 3 dan yang terakhir mulai jam 5 sampai jam 7 malam, belum lagi kalau ada tugas bisa lebih lama deh. Ketika itu aku baru menyerahkan tugas diskusi kelompok sekitar jam 7 lebih. Waktu aku dan teman sekelompokku, si Dimas selesai, di kelas masih tersisa 6 orang dan Pak Didi, sang dosen.
“Bareng yuk jalannya, parkir dimana Ci ?” ajak Dimas
“Jauh nih, di deket psikologi, rada telat sih tadi”
Dimas pulang berjalan kaki karena kostnya sangat dekat dengan kampus. Sebenarnya kalau menemaniku dia harus memutar agak jauh dari jalan keluar yang menuju ke kostnya, mungkin dia ingin memperlihatkan naluri prianya dengan menemaniku ke tempat parkir yang kurang penerangan itu. Dia adalah teman seangkatanku dan pernah terlibat one night stand denganku. Orangnya sih lumayan cakep dengan rambut agak gondrong dan selalu memakai pakaian bermerek ke kampus, juga terkenal sebagai buaya kampus.

Malam itu hanya tinggal beberapa kendaraan saja di tempat parkir itu. Terdengar bunyi sirine pendek saat kutekan remote mobilku. Akupun membuka pintu mobil dan berpamitan padanya. Ketika aku menutup pintu, tiba-tiba aku dikejutkan oleh Dimas yang membuka pintu sebelah dan ikut masuk ke mobilku.
“Eeii…mau ngapain lo ?” tanyaku sambil meronta karena Dimas mencoba mendekapku.
“Ayo dong Ci, kita kan udah lama ga ngentot nih, gua kangen sama memek lu nih” katanya sambil menangkap tanganku.
“Ihh…ga mau ah, gua cape nih, lagian kita masih di tempat parkir gila !” tolakku sambil berusaha lepas
Karena kalah tenaga dia makin mendesakku hingga mepet ke pintu mobil dan tangan satunya berhasil meraih payudaraku lalu meremasnya
“Dimas…jangan…ga mmhhh !!” dipotongnya kata-kataku dengan melumat bibirku

Jantungku berdetak makin kencang, apalagi Dimas menyingkap kaos hitam ketatku yang tak berlengan dan tangannya mulai menelusup ke balik BH-ku. Nafsuku terpancing, berangsur-angsur rontaanku pun melemah. Rangsangannya dengan menjilat dan menggigit pelan bibir bawahku memaksaku membuka mulut sehingga lidahnya langsung menerobos masuk dan menyapu telak rongga mulutku, mau tidak mau lidahku juga ikut bermain dengan lidahnya. Nafasku makin memburu ketika dia menurunkan cup BH ku dan mulai memilin-milin putingku yang kemerahan. Teringat kembali ketika aku ML dengannya di kostnya dulu. Kini aku mulai menerima perlakuannya, tanganku kulingkarkan pada lehernya dan membalas ciumannya dengan penuh gairah. Kira-kira setelah 5 menitan kami ber-French kiss, dia melepaskan mulutnya dan mengangkat kakiku dari jok kemudi membuat posisi tubuhku memanjang ke jok sebelah. Hari itu aku memakai bawahan berupa rok dari bahan jeans 5cm diatas lutut, jadi begitu dia membuka kakiku, langsung terlihat
olehnya pahaku yang putih mulus dan celana dalam pink-ku.

“Lu tambah nafsuin aja Ci, gua udah tegangan tinggi nih” katanya sambil menaruh tangannya dipahaku dan mulai mengelusnya.
Ketika elusannya sampai di pangkal paha, diremasnya daerah itu dari luar celana dalamku sehingga aku merintih dan menggeliat. Reaksiku membuat Dimas makin bernafsu, jari-jarinya mulai menyusup ke pinggiran celana dalamku dan bergerak seperti ular di permukaannya yang berbulu. Mataku terpedam sambil mendesah nikmat saat jarinya menyentuh klistorisku. Kemudian gigitan pelan pada pahaku, aku membuka mata dan melihatnya menundukkan badan menciumi pahaku. Jilatan itu terus merambat dan semakin jelas tujuannya, pangkal pahaku. Dia makin mendekatkan wajahnya ke sana sambil menaikkan sedikit demi sedikit rokku. Dan…oohh…rasanya seperti tersengat waktu lidahnya menyentuh bibir vaginaku, tangan kanannya menahan celana dalamku yang disibakkan ke samping sementara tangan kirinya menjelajahi payudaraku yang telah terbuka.

Aku telah lepas kontrol, yang bisa kulakukan hanya mendesah dan menggeliat, lupa bahwa ini tempat yang kurang tepat, goyangan mobil ini pasti terlihat oleh orang di luar sana. Namun nafsu membuat kami terlambat menyadari semuanya. Di tengah gelombang birahi ini, tiba-tiba kami dikejutkan oleh sorotan senter beserta gedoran pada jendela di belakangku. Bukan main terkejutnya aku ketika menengok ke belakang dan melihat dua orang satpam sampai kepalaku kejeduk jendela, begitu juga Dimas, dia langsung tersentak bangun dari selangkanganku. Satu dari mereka menggedor lagi dan menyuruh kami turun dari mobil. Tadinya aku mau kabur, tapi sepertinya sudah tidak keburu, lagian takutnya kalau mereka mengejar dan memanggil yang lain akan semakin terbongkar skandal ini, maka kamipun memilih turun membicarakan masalah ini baik-baik dengan mereka setelah buru-buru kurapikan kembali pakaianku.

Mereka menuduh kami melakukan perbuatan mesum di areal kampus dan harus dilaporkan. Tentu saja kami tidak menginginkan hal itu terjadi sehingga terjadi perdebatan dan tawar-menawar di antara kami. Kemudian yang agak gemuk dan berkumis membisikkan sesuatu pada temannya, entah apa yang dibisikkan lalu keduanya mulai cengengesan melihat ke arahku. Temannya yang tinggi dan berumur 40-an itu lalu berkata
“Gini saja, bagaimana kalau kita pinjam sebentar cewek kamu buat biaya tutup mulut ?”
Huh, dasar pikirku semua laki-laki sama saja pikirannya tak jauh dari selangakangan. Rupanya dalam hal ini Dimas cukup gentleman juga, walaupun dia bukan pacarku, tapi dia tetap membelaku dengan menawarkan sejumlah uang dan berbicara agak keras pada mereka. Di tengah situasi yang mulai memanas itu akupun maju memegangi tangan Dimas yang sudah terkepal kencang.
“Sudahlah Mas, ga usah buang-buang duit ama tenaga, biar gua aja yang beresin” kataku “ok, bapak-bapak saya turuti kemauan kalian tapi sesudahnya jangan coba ungkit-ungkit lagi masalah ini !”

Walaupun Dimas keberatan dengan keputusanku, namun dia mau tidak mau menyerah juga. Aku sendiri meskipun kesal tapi juga menginginkannya untuk menuntaskan libidoku yang tanggung tadi, lagipula bermain dengan orang-orang seperti mereka bukan pertama kalinya bagiku. Singkat cerita kamipun digiring mereka ke gedung psikologi yang sudah sepi dan gelap, di ujung koridor kami disuruh masuk ke suatu ruangan yang adalah toilet pria. Salah seorang menekan sakelar hingga lampu menyala, cukup bersih juga dibanding toilet pria di fakultas lainnya pikirku.
“Nah, sekarang kamu berdiri di pojok sana, perhatiin baik-baik kita ngerjain cewek lu !” perintah yang tinggi itu pada Dimas.
Di sudut lain mereka berdiri di sebelah kanan dan kiriku menatapi tubuhku dalam pakaian ketat itu. Sorot mata mereka membuatku nervous dan jantungku berdetak lebih cepat, kakiku serasa lemas bak kehilangan pijakan sehingga aku menyandarkan punggungku ke tembok.

Kini aku dapat melihat nama-nama mereka yang tertera di atas kantong dadanya. Yang tinggi dan berusia sekitar pertengahan 40 itu namanya Egy, dan temannya yang berkumis itu bernama Romli. Pak Egy mengelusi pipiku sambil menyeringai mesum.
“Hehehe…cantik, mulus…wah beruntung banget kita malam ini !” katanya
“Kenalan dulu dong non, namanya siapa sih ?” tanya Pak Romli sambil menyalami tanganku dan membelainya dari telapak hingga pangkalnya, otomatis bulu-buluku merinding dan darahku berdesir dielus seperti itu.
“Citra” jawabku dengan agak bergetar.
“Wah Citra yah, nama yang indah kaya orangnya, pasti dalemnya juga indah” Pak Egy menimpali dan disambut gelak tawa mereka.

“Non Citra coba sun saya dong, boleh kan ?” pinta Pak Romli memajukan wajahnya
Aku tahu itu bukan permintaan tapi keharusan, maka kuberikan satu kecupan pada wajahnya yang tidak tampan itu.
“Ahh…non Citra ini di mobil lebih berani masa di sini cuma ngecup aja sih, gini dong harusnya” Kata Pak Egy seraya menarik wajahku dan melumat bibirku.
Aku memejamkan mata mencoba meresapinya, dia makin ganas menciumiku ditambah lagi tangannya sudah mulai meremas-remas payudaraku dari luar. Lidahnya masuk bertemu lidahku, saling menjilat dan berpilin, bara birahi yang sempat padam kini mulai terbakar lagi, bahkan lebih dahsyat daripada sebelumnya. aku makin berani dan memeluk Pak Egy, rambutnya kuremas sehingga topi satpamnya terjatuh. Sementara dibawah sana kurasakan sebuah tangan yang kasar meraba pahaku. Aku membuka mata dan melihatnya, disana Pak Romli mulai menyingkap rokku dan merabai pahaku.

Pak Egy melepas ciumannya dan beralih ke sasaran berikutnya, dadaku. Kaos ketatku disingkapnya sehingga terlihatlah buah dadaku yang masih terbungkus BH pink, itupun juga langsung diturunkan.
“Wow teteknya montok banget non, putih lagi” komentarnya sambil meremas payudara kananku yang pas di tangannya.
Pak Romli juga langsung kesengsem dengan payudaraku, dengan gemas dia melumat yang kiri. Mereka kini semakin liar menggerayangiku. Putingku makin mengeras karena terus dipencet-pencet dan dipelintir Pak Egy sambil mencupangi leher jenjangku, dia melakukannya cukup lembut dibandingkan Pak Romli yang memperlakukan payudara kiriku dengan kasar, dia menyedot kuat-kuat dan kadang disertai gigitan sehingga aku sering merintih kalau gigitannya keras. Namun perpaduan antara kasar dan lembut ini justru menimbulkan sensasi yang khas.

Tak kusadari rokku sudah terangkat sehingga angin malam menerpa kulit pahaku, celana dalamku pun tersingkap dengan jelas. Pak Romli menyelipkan tangannya ke balik celana dalamku sehingga celana dalamku kelihatan menggembung. Tangan Pak Egy yang lainnya mengelusi belakang pahaku hingga pantatku. Nafasku makin memburu, aku hanya memejamkan mata dan mengeluarkan desahan-desahan menggoda. Aku merasakan vaginaku semakin basah saja karena gesekan-gesekan dari jari Pak Romli, bahkan suatu ketika aku sempat tersentak pelan ketika dua jarinya menemukan lalu mencubit pelan biji klitorisku. Reaksiku ini membuat mereka semakin bergairah. Pak Romli meraih tangan kiriku dan menuntunnya ke penisnya yang entah kapan dia keluarkan.
“Waw…keras banget, mana diamaternya lebar lagi” kataku dalam hati “bisa mati orgasme nih gua”
Aku mengocoknya perlahan sesuai perintahnya, semakin kukocok benda itu makin membengkak saja.

Pak Romli menarik tangannya keluar dari celana dalamku, jari-jarinya basah oleh cairan vaginaku yang langsung dijilatinya seperti menjilat madu. Kemudian aku disuruh berdiri menghadap tembok dan menunggingkan pantatku pada mereka, kusandarkan kedua tanganku di tembok untuk menyangga tubuhku.
“Asyik nih, malam ini kita bisa ngerasain pantat si non yang putih mulus ini” celoteh Pak Romli sambil meremasi bongkahan pantatku yang sekal.
Aku menoleh ke belakang melihat dia mulai menurunkan celana dalamku, disuruhnya aku mengangkat kaki kiri agar bisa meloloskan celana dalam. Akhirnya pantatku yang sudah telanjang menungging dengan celana dalamku masih menggantung di kaki kanan.
“Pak masukin sekarang dong” pintaku yang sudah tidak sabar marasakan batang-batang besar itu menjejali vaginaku.
“Sabar non, bentar lagi, bapak suka banget nih sama memek non, wangi sih !” kata Pak Romli yang sedang menjilati vaginaku yang terawat baik.

Pak Usep mendorong penisnya pada vaginaku, walaupun sudah becek oleh lendirku dan ludahnya, aku masih merasa nyeri karena penisnya yang tebal tidak sebanding ukurannya dengan liang senggamaku. Aku merintih kesakitan merasakan penis itu melesak hingga amblas seluruhnya. Tanpa memberiku waktu beradaptasi, dia langsung menyodok-nyodokkan penisnya dengan kecepatan yang semakin lama semakin tinggi. Pak Egy sejak posisiku ditunggingkan masih betah berjongkok diantara tembok dan tubuhku sambil mengenyot dan meremas payudaraku yang tergantung persis anak sapi yang sedang menyusu dari induknya. Pak Romli terus menggenjotku dari belakang sambil sesekali tangannya menampar pantatku dan meninggalkan bercak merah di kulitnya yang putih. Genjotannya semakin mambawaku ke puncak birahi hingga akupun tak dapat menahan erangan panjang yang bersamaan dengan mengejangnya tubuhku.

Tak sampai 5 menit dia pun mulai menyusul, penisnya yang terasa makin besar dan berdenyut-denyut menggesek makin cepat pada vaginaku yang sudah licin oleh cairan orgasme.
“Ooohh…oohh…di dalam yah non…udah mau nih” bujuknya dengan terus mendesah
“Ahh…iyahh..di dalam aja…ahh” jawabku terengah-engah di tengah sisa-sisa orgasme panjang barusan.
Akhirnya diiringi erangan nikmat dia hentikan genjotannya dengan penis menancap hingga pangkalnya pada vaginaku, tangannya meremas erat-erat pinggulku. Terasa olehku cairan hangat itu mengalir memenuhi rahimku, dia baru melepaskannya setelah semprotannya selesai. Tubuhku mungkin sudah ambruk kalau saja mereka tidak menyangganya kuhimpun kembali tenaga dan nafasku yang tercerai-berai. Setelah mereka melepaskan pegangannya, aku langsung bersandar pada tembok dan merosot hingga terduduk di lantai. Kuseka dahiku yang berkeringat dan menghimpun kembali tenaga dan nafasku yang tercerai-berai, kedua pahaku mekangkang dan vaginaku belepotan cairan putih seperti susu kental manis.

“Hehehe…liat nih, peju gua ada di dalam memek cewek lu” kata Pak Romli pada Dimas sambil membentangkan bibir vaginaku dengan jarinya, seolah ingin memamerkan cairan spermanya pada Dimas yang mereka kira pacarku.
Opps…omong-omong tentang Dimas, aku hampir saja melupakannya karena terlalu sibuk melayani kedua satpam ini, ternyata sejak tadi dia menikmati liveshow ini di sudut ruangan sambil mengocok-ngocok penisnya sendiri. Kasihan juga dia pikirku cuma bisa melihat tapi tidak boleh menikmati, dasar buaya sih, begitu pikirku. Sekarang, Pak Romli menarik rambutku dan menyuruhku berlutut dan membersihkan penisnya, Pak Egy yang sudah membuka celananya juga berdiri di sebelahku menyuruhku mengocok penisnya. Hhmmm…nikmat sekali rasanya menjilati penisnya yang berlumuran cairan kewanitaanku yang bercampur dengan sperma itu, kusapukan lidahku ke seluruh permukaannya hingga bersih mengkilap, setelah itu juga kuemut-emut daerah helmnya sambil tetap mengocok milik Pak Egy dengan tanganku. Aku melirik ke atas melihat reaksinya yang menggeram nikmat waktu kugelikitik lubang kencingnya dengan lidahku.

“Hei, udah dong gua juga mau disepongin sama si non ini” potong Pak Egy ketika aku masih asyik memain-mainkan penis Pak Romli
Pak Egy meraih kepalaku dan dibawanya ke penisnya yang langsung dijejali ke mulutku. Miliknya memang tidak sebesar Pak Romli, tapi aku suka dengan bentuknya lebih berurat dan lebih keras, ukurannya pun pas dimulutku yang mungil karena tidak setebal Pak Romli, tapi tetap saja tidak bisa masuk seluruhnya ke mulut karena cukup panjang. Aku mengeluarkan segala teknik menyepongku mulai dari mengulumnya hingga mengisap kuat-kuat sampai orangnya bergetar hebat dan menekan kepalaku lebih dalam lagi. Waktu sedang enak-enak menyepong, tiba-tiba Dimas mengerang, memancingku menggerakkan mata padanya yang sedang orgasme swalayan, spermanya muncrat berceceran di lantai. Pasti dia sudah horny banget melihat adegan-adegan panasku.

Merasa cukup dengan pelayanan mulutku, Pak Egy mengangkat tubuhku hingga berdiri, lalu dihimpitnya tubuhku ke tembok dengan tubuhnya, kaki kananku diangkat sampai ke pinggangnya. Dari bawah aku merasakan penisnya melesak ke dalamku, maka mulailah dia mengaduk-aduk vaginaku dalam posisi berdiri. Berulang-ulang benda itu keluar-masuk pada vaginaku, yang paling kusuka adalah saat-saat ketika hentakan tubuh kami berlawanan arah, sehingga penisnya menghujam vaginaku lebih dalam, apalagi kalau dengan tenaga penuh, kalau sudah begitu wuihh…seperti terbang ke surga tingkat tujuh rasanya, aku hanya bisa mengekspresikannya dengan menjerit sejadi-jadinya dan mempererat pelukanku, untung gedung ini sudah kosong, kalau tidak bisa berabe nih. Sementara mulutnya terus melumat leher, mulut, dan telingaku, tanganya juga menjelajahi payudara, pantat, dan pahaku. Gelombang orgasme kini mulai melandaku lagi, terasa sekali darahku bergolak, akupun kembali menggelinjang dalam pelukannya. Saat it
u dia sedang melumat bibirku sehingga yang keluar dari mulutku hanya erangan-erangan tertahan, air ludah belepotan di sekitar mulut kami. Di sudut lain aku melihat Pak Romli sedang beristirahat sambil merokok dan ngobrol dengan Dimas.

Pak Egy demikian bersemangatnya menyetubuhiku, bahkan ketika aku orgasmepun dia bukannya berhenti atau paling tidak memberiku istirahat tapi malah makin kencang. Kakiku yang satu diangkatnya sehingga aku tidak lagi berpijak di tanah disangga kedua tangan kekar itu. Tusukan-tusukannya terasa makin dalam saja membuat tubuhku makin tertekan ke tembok. Sungguh kagum aku dibuatnya karena dia masih mampu menggenjotku selama hampir setengah jam bahkan dengan intensitas genjotan yang stabil dan belum menunjukkan tanda-tanda akan klimaks. Sesaat kemudian dia menghentikan genjotannya, dengan penis tetap menancap di vaginaku, dia bawa tubuhku yang masih digendongnya ke arah kloset. Disana barulah dia turunkan aku, lalu dia sendiri duduk di atas tutup kloset.

“Huh…capek non, ayo sekarang gantian non yang goyang dong” perintahnya
Akupun dengan senang hati menurutinya, dalam posisi seperti ini aku dapat lebih mendominasi permainan dengan goyangan-goyangan mautku. Tanpa disuruh lagi aku menurunkan pantatku di pangkuannya, kuraih penis yang sudah licin itu dan kutuntun memasuki vaginaku. Setelah menduduki penisnya, aku terlebih dahulu melepaskan baju dan bra-ku yang masih menggantung supaya lebih lega, soalnya badanku sudah panas dan bemandikan keringat, yang masih tersisa di tubuhku hanya rokku yang sudah tersingkap hingga pinggang dan sepasang sepatu hak di kakiku. Aku menggoyangkan tubuhku dengan gencar dengan gerakan naik-turun, sesekali aku melakukan gerakan meliuk sehingga Pak Egy mengerang karena penisnya terasa diplintir. Kedua tangannya meremasi payudaraku dari belakang, mulutnya juga aktif mencupangi pundak dan leherku.

Tiba-tiba aku dikejutkan oleh tangan besar yang menjambak rambutku dan mendongakkan wajahku ke atas. Dari atas wajah Pak Romli mendekat dan langsung melumat bibirku. Dimas yang sudah tidah bercelana juga mendekatiku, sepertinya dia sudah mendapat ijin untuk bergabung, dia menarik tanganku dan menggenggamkannya pada batang penisnya.
“Mmpphh…mmmhh !” desahku ditengah keroyokan ketiga orang itu.
Toilet yang sempit itu menjadi penuh sesak sehingga udara terasa makin panas dan pengap.
“Ayo dong Ci…emut, sepongan lu kan mantep banget” Dimas menyodorkan penisnya kemulutku yang langsung kusambut dengan kuluman dan jilatanku, aku merasakan aroma sperma pada benda itu, lidahku terus menjelajah ke kepala penisnya dimana masih tersisa sedikit cairan itu, kupakai ujung lidah untuk menyeruput cairan yang tertinggal di lubang kencingnya. Ini tentu saja membuat Dimas blingsatan sambil meremas-remas rambutku. Aku melakukannya sambil terus bergoyang di pangkuan Pak Egy dan mengocok penisnya Pak Romli, sibuk sekali aku dibuatnya.

Sesaat kemudian penisnya makin membesar dan berdenyuk-denyut, lalu dia menepuk punggungku dan menyuruhku turun dari pangkuannya. Benar juga dugaanku, ternyata dia ingin melepaskan maninya di mulutku. Sekarang dengan posisi berlutut aku memainkan lidahku pada penisnya, dia mulai merem-melek dan menggumam tak jelas. Seseorang menarik pinggangku dari belakang membuat posisiku merangkak, aku tidak tahu siapa karena kepalaku dipegangi Pak Egy sehingga tidak bisa menengok belakang. Orang itu mendorongkan penisnya ke vaginaku dan mulai menggoyangnya perlahan. Kalau dirasakan dari ukurannya sih sepertinya si Dimas karena yang ini ukurannya pas dan tidak menyesakkan seperti milik Pak Romli. Ketika sedang enak-enaknya menikmati genjotan Dimas penis di mulutku mulai bergetar
“Aahhkk…gua mau keluar…non” Pak Egy kelabakan sambil menjambaki rambutku dan creett…creett, beberapa kali semprotan menerpa menerpa langit-langit mulutku, sebagian masuk ke tenggorokan, sebagian lainnya meleleh di pinggir bibirku karena banyaknya sehingga aku tak sanggup menampungnya lagi.

Aku terus menghisapnya kuat-kuat membuatnya berkelejotan dan mendesah tak karuan, sesudah semprotannya berhenti aku melepaskannya dan menjilati cairan yang masih tersisa di batangnya. Dengan klimaksnya Pak Egy, aku bisa lebih berkonsentrasi pada serangan Dimas yang semakin mengganas. Tangannya merayap ke bawah menggerayangi payudaraku. Dimas sangat pandai mengkombinasikan serangan halus dan keras, sehingga aku dibuatnya melayang-layang. Gelombang orgasme sudah diambang batas, aku merasa sudah mau sampai, namun Dimas menyuruhku bertahan sebentar agar bisa keluar bersama. Sampai akhirnya dia meremas pantatku erat-erat dan memberitahuku akan segera keluar, perasaan yang kutahan-tahan itu pun kucurahkan juga. Kami orgasme bersamaan dan dia menumpahkannya di dalamku. Vaginaku serasa banjir oleh cairannya yang hangat dan kental itu, sperma yang tidak tertampung meleleh keluar di daerah selangakanganku.

Aku langsung terkulai lemas di lantai dengan tubuh bersimbah peluh, untung lantainya kering sehingga tidak begitu jorok untuk berbaring di sana. Vaginaku rasanya panas sekali setelah bergesekan selama itu, dengan 3 macam penis lagi. Lututku juga terasa pegal karena daritadi bertumpu di lantai. Setelah merasa cukup tenaga, aku berusaha bangkit dibantu Dimas. Dengan langkah gontai aku menuju wastafel untuk membasuh wajahku, lalu kuambil sisir dari tasku untuk membetulkan rambutku yang sudah kusut. Aku memunguti pakaianku yang berserakan dan memakainya kembali. Kami bersiap meninggalkan tempat itu
“Lain kali kalo ngentot hati-hati, kalau ketangkap kan harus bagi-bagi” begitu kata Pak Egy sebagai salam perpisahan disertai tepukan pada pantatku.

“Ci…Ci…sori dong lu marah ya !” kata Dimas yang mengikutiku dari belakang dalam perjalananku menuju tempat parkir.
Dengan cueknya aku terus berjalan dan menepis tangannya ketika menangkap lenganku, dia jadi tambah bingung dan memohon terus. Setelah membuka pintu mobil barulah aku membalikkan badanku dan memberi sebuah kecupan di pipinya seraya berkata
“Gua ga marah kok, malah enjoy banget, lain kali kita coba yang lebih gila yah, see you, good night”
Dimas hanya bisa terbengong di tengah lapangan parkir itu menyaksikan mobilku yang makin menjauh darinya.

Akibat Kepolosanku

Akibat Kepolosanku I

terangsang untuk pertama kalinya di usia 19 tahun.(akibat kepolosanku)

untuk para pembaca NYAMUK.COM, kisah ini nyata dan tidak ada rekayasa…sengaja saya kepingin curhat lewat cerita ini soalnya untuk terus terang ke temen atau saudara atau ortu, ga bisa.. namaku Dita Putri ,usia saat ini 20 asli Bandung,tinggal di daerah Setiabudi Regency, dan saat ini kuliah sastra inggris semester 4 di salah satu pts Bandung, kata temen2 kampusku aku termasuk cewek cantik dan beruntung, kenapa? karena bentuk tubuhku(kata temen)bisa dibilang proporsional dan bikin terangsang kaum cowo(semua ini kata temen2 deketku seperti si Nita,Asni,Ruri) tapi sampai sekarang aku belum punya pacar karena ga boleh sama ortu.o ya,di rumah kami tinggal berlima aku dua bersaudara adikku cewek dan aku dan kedua orang tuaku satu lagi pembantu sekaligus sopir pribadi keluargaku sebut saja mang Sardi(maaf,nama samaran)(dia itu usia nya hampir seusia papahku yaitu sekira 50 tahunan)jadi genap berlima semuanya..

kejadian aneh dan mengasikan itu terjadi kira2 beberapa bulan lalu saat bulan puasa, waktu itu hari jum’at (tanggalnya lupa) kami di rumah hanya berdua yaitu saya sama mang Sardi, sedangkan mamah-papah sama si Danti(nama adikku yg masih smp itu) sedang ke Bogor (berangkat hari jum’at subuh setelah makan sahur) karena papah serah terima jabatan di Pemda Bogor dan mereka menginap selama 3 hari,sedangkan saya mesti kuliah semester pendek, jadi ga bisa ikut, dan di rumah ditemani supir kami mang Sardi karena disuruh papah jagain aku. Jadi resmi di rumah yg besar ini(karena saat nulis email ini lagi dirumah) kami berdua, saya dan mang Sardi di ruang bawah. setelah keberangkatan mereka dan makan sahur saya kembali lanjutkan tidur sementara mang Sardi beres2 ruang bawah, nah kejadian anehnya ini berawal ketika saya mau mandi di ruang bawah (karena sowernya deket ruang tamu) saat itu saya mau kuliah jam 8.00, sedangkan saat bangun jam 7.00 saya agak santai saat itu karena selain jarak kampusku deket juga ada mobil civic grand kesayanganku itu yg selalu menemani kemanapun.

saat mau mandi saya langsung buka daster seperti biasa kalo pake daster saya selalu tidak pake BH dan CD, jadi hanya baju tidur aja, demi kesehatan, begitu menurut mamaku…asal tau aja kalo tubuhku seperti yg dikatakan temen2ku itu betul2 proporsional dg ukuran BH 34A dan pinggul yg agak bulat serta kulitku yang putih mulus tanpa cacat kalo disamain, kata teman2ku aku ini mirip2 sedikit dengan Putri Patricia artis sinetron itu(bukan geer lho) :) , setelah telanjang gitu saya mencoba buka kran sower tapi ga keluar air alias macet dan saya agak jengkel sambil setengah teriak panggil mang Sardi…..”mang Sardiiii….kesini cepat”,dan dg spontan dia datang tergopoh2, saya lupa saat itu udah telanjang dan pintu ga dikunci, begitu dateng dia, langsung mukanya merah padam karena melihat saya telanjang bulat di hadapannya, saya pun malu spontan tanganku menyambar kain daster di gantungan dan bilang ke dia kalo sower ga jalan, lalu dia terbata2 bilang gini “maaf neng,mamang lupa bukain jet pump di dapur, lalu saya suruh dia “cepet mang bukain udah dingin nih!!”

lalu dia menganguk dan setengah berlari dia ke dapur, setelah menyala sowernya itu lalu aku semprotkan sower air panas ke bathtub dan aku langsung agak loncat ke bathtub tanpa ada rasa lupa mengunci pintu toilet tersebut, dan setelah aku selesai mandi aku lupa kalo aku juga ga bawa handuk lalu aku panggil mang Sardi tapi saat itu posisiku masih didalam bathtub berbusa tentu saja telanjang, tak lama dia datang dan dengan meminta ijin dia masuk ke toilet dengan hati2 sekali, “mang tolong bawain handuk bunga2 yg warna merah di kamar” begitu kataku saat itu, dia menganguk dan langsung ke kamarku lalu saya tersenyum sendirian melihat tingkah laku mang Sardi barusan yg hati2 sekali dan malu2 tertunduk itu, sekilas ada hasrat untuk mengerjainya waktu itu, ga berapa lama dia muncul bawa handuk lalu aku keluar dari bathtub dengan posisi membelakangi dia sehingga yg dia lihat punggung mulusku saat itu(tentu saja saat itu saya masih telanjang bulat) dengan suara agak gemetar dia bilang gini “sudah ya neng ini handuknya!” lalu saya bilang “bentar dulu mang, mendingan mamang yg menghanduki saya biar tahu sekali2 rasanya menghanduki cewe(begitu awalnya saya mengerjainya,o ya asal tau aja kalo mang Sardi itu adalah duda tanpa anak sejak 7 tahun lalu)

semula dia keliatan kikuk dan ragu2 melakukannya (saya tahu karena liat cermin didepanku walaupun membelakangi dia) dengan wajah tertunduk dan mimik muka yg malu2 lalu dia mengusapkan handuk ke punggungku yg masih berbusa sabun, dan cukup lama dia mengusap2 punggungku…lalu saya bilang “seluruhnya donk mang, dari rambut ke kaki paling bawah” dan “iya…eee..iya neng sebentar” dia terbata2 jawabnya. Sekilas saya sempet tertawa kecil karena merasa seneng udah kerjain dia, lalu dia mengusapkan handuk dari rambut ke leher, lembut sekali, bahu punggung dan di posisi pinggang dan bokong (belahan anus) agak lama menghandukinya, sekilas terasa seperti diusap2 lembut dan ada rasa enak ketika dia menghanduki daerah deket anus, lalu ke paha belakang dan terakhir di kaki bawah. Saat itu terlintas saya mau menyudahinya karena mungkin waktu sudah jam 7.30 pikirku, namun entah setan apa yg merasuki aku saat itu sehingga ada pikiran nakal lagi mau mengerjainya lebih, dan secara refleks aku berbalik badan dan saat itu kontan dia terbelalak kaget dengan posisi tubuh telanjangku menghadap dia yg masih memegang handukku itu lalu dia tertunduk dan aku langsung berkata seperti ini “mamang sekarang membersihkan dan menghanduki bagian depan ya mang!!” begitu suruhku sambil agak setengah ketawa(habis ga tahan tingkah laku dia yg kikuk itu)

lalu diapun menghanduki badan bagian depanku mulai dari rambut lalu wajah (aku tertawa kecil saat dia handuki wajahku) tapi yg aku tahu dia tetap tertunduk, dan setelah wajah ke leher lalu (aku agak deg2an saat itu)dia menghanduki bagian dada kiri kananku agak lama(sejenak dia agak terhenti saat menghanduki daerah dada) dan saat itu juga aku berhenti ketawa2 kecil dan ada rasa aneh yg belum pernah dirasakan saat mang Sardi menghanduki dadaku, soalnya selama ini kalo sama sendiri rasanya biasa2 aja, tapi pas sama orang lain yg menghandukinya jadi agak lain rasanya, ada perasaan enak dan nikmat sementara saya seperti dibius saja terpejam beberapa saat tanpa sadar berkata seperti ini “hmmm….hmmm…hmmm” kontan saja mang Sardi bertanya “kenapa neng?neng Dita marah ya sama mamang?”…dia mencoba untuk menegakan kepalanya yang agak melihat ke wajahku yg lebih jangkung dari dia, dan dia semakin berani malah saat itu menatap wajahku ,aku menggeleng dan berkata “ngga mang…saya ga marah cuman…” aku ga meneruskan kata2ku saat itu….lalu dia tanya lagi “cuman apa neng? bilang sama mamang?” suaranya seperti ketakutan kalo2 saya akan memarahinya..lalu saya teruskan kata2ku “cuman ada perasaan enak di elus2 gitu mang!!” jawabku polos saat itu tanpa ada rasa malu kalo ternyata saat itu adalah pertama kali terangsang secara seksual, gilanya lagi oleh pembantu sekaligus sopirku mang Sardi!!!

Mang Sardi malah senyum setelah saya ungkapkan kepolosanku itu lalu berkata gini “nah…neng…mamang tau sebenarnya kalo neng Dita ini mau mengerjain mamang ya…dan ternyata malahan neng Dita sendiri yang mulai terangsang!!!” begitu katanya dengan logat sunda yang kental sambil tetap tangannya memutar-mutar dadaku kiri kanan dengan handuk, padahal kalo saya lihat udah kering dadaku itu, justru yg masih basah adalah bagian perut dan kemaluanku yg agak masih jarang bulu2nya hanya bulu halus seperti rambut, lalu saya memegang tangan mang Sardi dua2nya dan berkata “cukup mang, Dita kesiangan nih kuliah udah telat dari tadi”, lalu mamang menganguk dan melilitkan handuk itu ke tubuh saya seperti saat dia melilitkan handuk ke tubuh saya saat SD…..dan sebelum dia keluar saya menarik tangan kirinya sambil berkata “jangan bilang sama mamah-papah ya, diem aja nanti deh pulang kuliah dihandukin lagi sama mamang seperti tadi, mau ga?” kataku cepet2, dia cuman menganguk.

Lalu pas di tempat kuliah saya ga bisa konsentrasi, kepengen cepet pulang selain lapar karena puasa juga kepengen cepet mandi dan dihanduki lagi sama mang Sardi.. Setelah selesai kuliah kira2 jam 12.30 aku bergegas pulang dan sampe di rumah jam 13.00 langsung menuju kamar dan ganti pake daster dengan maksud mau mandi siang sambil membawa handuk saya lihat mang Sardi terbengong-bengong dengan tingkah lakuku itu dan sambil tersenyum saya berkata seperti ini ke dia “mamang handukin lagi Dita ya mang?” dia menganguk setengah tersenyum dan bilang gini “neng Dita mandi aja dulu nanti kalo udah selesai panggil mamang, pasti deh mamang nyamperin ke toilet” saya menganguk dan mandi, setelah selesai mandi saya panggil dia dan langsung masuk ke toilet tanpa permisi dan sepintas dia menyambar handukku dan tanpa basa basi saya keluar dari bathtub dan dia menghampiri, kali ini saya langsung menghadapnya dengan telanjang badan tanpa membelakanginya seperti pagi hari tadi, lalu dia langsung menghanduki rambutku yg basah kuyup oleh air dan saat itu kami tidak bicara satu sama lain hanya mungkin kata hati kami masing2 bicara sementara dia handukin rambut leher dan pundak saya , malah terpejam(mungkin saya sedikit menikmatinya) dan yg paling mendebarkan saat mang Sardi menghanduki dadaku kiri kanan itu benar2 lebih mendebarkan ketimbang di pagi hari itu.

Dan saat bermenit-menit mang Sardi mengusap dadaku kiri kanan dengan handuk tiba2 dia nyeletuk seperti ini “neng Dita, kalo diusapnya tidak pake handuk seperti ini akan lebih nikmat!!!” lalu aku jawab “maksud mamang???langsung pake tangan mamang gitu!!!” dia menganguk seolah minta restu dariku, lalu saya pun menganguk tanda setuju….dan ternyata jauh dari pikiranku lebih nikmat langsung dielus pake tangan mang Sardi ketimbang dielus memakai handuk, sesaat tangan kiri dulu lalu kemudian tangan kanannya menyusul meremas lembut sambil sesekali melintir seperti memainkan volume radio tapeku. Dan benar saja nikmat sekali rasanya apalagi ini baru pertama kalinya seorang laki2 menyentuh langsung dengan telapak tangan ke dadaku dan lama-lama makin mengeras saja payudaraku saat itu, tidak sadar ternyata seperti mau pipis rasanya dan geli, nikmat, asik, enak campur aduk jadi satu saat mang Sardi terus mengelus buah dadaku yg belum pernah dielus itu, ternyata kejadianya hampir 1/4 jam kala dia mengelus dadaku ini. Semakin lama semakin tak sadar sambil terpejam saya merapatkan badan ke tubuh mang Sardi dan dia mundur ke belakang, punggungnya menyentuh dinding toilet dan saya terus semakin merapatkannya sambil tetap dia mengelus2 halus buah dada ini kiri kanan, dan posisi itu yang saya ingat, menimbulkan semacam gesekan benda yang mengeras hangat di balik sarungnya(o ya, saya lupa saat itu dia memakai kaos oblong dan kain sarung karena pulang Jum’atan di masjid depan rumahku) mungkin dia ga pake celana kolor karena dari gesekan tubuhku ini terasa sekali semacam kemaluan laki2(yg selama ini saya tau dari film dan cerita2 temen2)

saat saya terpejam begitu lama2 dia berani menjulurkan lidahnya ke leher saya waktu itu, semula saya mau menghindar tapi tak kuasa untuk menghindarinya dan mencoba untuk menikmatinya, agak geli karena berkumis tapi lucunya posisi dia mendongkak ke atas karena saya lebih jangkung dari dia dan agak berjinjit kakinya dan dia menjilati leher kebawah lalu pundak dan akhirnya di dada, ini lebih nikmat rasanya ketimbang pake tangan dan ga sadar saya mengeluarkan suara”SSSSTT…AHHH… AHHH…. HMMMMMM”mungkin begitu seingatku saat itu.dan itu adalah nikmat dari segala nikmat menurutku saat itu, lalu lama2 dia seperti mau berjongkok dan ternyata berjongkok lidahnya menciumi perutku, udel, lalu ke kemaluan ku yang masih jarang berbulu ini,dan ahhhhh….saya tak sadar bersuara agak keras saat dia menciumi kemaluanku ini, karena saat itu benar2 baru pertama kali diciumin seperti itu sama laki2.nikmat sekali rasanya….Lalu terdengar telepon berdering, buru2 saya melepaskan pelukan mang Sardi di pinggang dan berlari ke ruang tengah sambil telanjang bulat dan agak basah tubuhku saat itu, basah karena air mandi dan liur mang Sardi, ternyata papah dari Bogor telepon mengabari kalo beliau sudah sampe disana, dan setelah telepon ditutup saya membalikan badan ternyata mang Sardi sudah ada dibelakangku, dia mengikutiku sejak tadi berlari ke ruang tamu ini, dan dia bertanya dari siapa teleponnya,saya jawab dari papah di Bogor, lalu mang Sardi menyuruh saya berpakaian lagi sambil menyodorkan daster yang tadi ditanggalkan di toilet, lalu aku pakaikan dasterku saat itu dan masuk kamar.

Sepintas saya liat jam 3.30 sore hari lalu aku tertidur di kasur sampe terbangun dengan ketukan di pintu kamar “neng bangun neng udah magrib”begitu terdengar suara mang Sardi di balik pintu kamar, lalu aku ke bawah dan makan di meja makan sementara mang Sardi di dapur, lalu aku panggil, untuk makan sama2 di meja makan, semula dia menolak tapi akhirnya mau juga. Setelah makan, badan merasa gerah dan aku bermaksud untuk mandi lagi tepat jam 7.00 malam hari, lalu aku lihat mang Sardi sedang nonton tivi dan aku sengaja ajakin dia untuk sama2 ke toilet, semula dia menolak dengan alasan kalo nanti ketauan sama papah, tapi aku jawab papah di Bogor ini, jadi ga usah takut, akhirnya dia mau juga aku ajak ke toilet, entah kenapa saat itu pikiranku bener2 ngeres sejak mang Sardi siang harinya menciumi sekujur tubuhku.Setelah berada di toilet langsung saja aku masuk ke bathtub sementara mang Sardi saya suruh semburin air hangat yg keluar dari sower untuk disiramin ke sekujur tubuhku (tentu saja aku dalam keadaan telanjang bulat saat itu, ga ada suara , hening, yg terdengar hanya gemericik air disiramin diatas tubuh ini, sambil aku tiduran di bathub menikmati aliran air mang Sardi sepintas terlihat hanya memandang tubuh telanjangku, tapi aku pura2 ga liat, khawatir dia kabur ke luar toilet kalo tahu saya pandangin dia.

Dan entah kenapa setelah air itu penuh di bathtub, aku punya ide gila untuk mengajak dia mandi bareng2, tapi tentu saja dia menolak(asal tau saja kalo mang Sardi ini orangnya loyal bgt sama keluarga kami)setelah tau dia menolak secara halus akhirnya saya ga kehabisan akal, saya menyuruh dia untuk menyabuni seluruh badan ini, seperti yg dilakukan mang Sardi disaat saya kecil, dan dia setuju. Lalu mulailah dia menyabuni mulai dari rambut,leher,bahu,punggung dada kiri kanan,dan berhenti di pinggang, saya tanya “kenapa mamang berhenti??”lalu dia jawab “takut dosa neng,neng Dita kan anak majikan saya neng!!!, nanti saya dikejar2 perasaan itu terus” saya mengerti dari raut mukanya dan menjawab seperti ini “mamang ga usah takut, kan kita cuman berdua, lagipula kalo Dita lakukan sama orang lain ga mungkin, soalnya mamang tau sendiri sifat mamah seperti apa ke Dita!!,sejak mamang ciumin tubuh Dita tadi siang jadi suka terbayang2 sama Dita mang” begitu penjelasanku polos saat itu, dan dia berkata”iya neng, mamang juga tadi siang bener2 khilaf, dan mamang pun udah lama ga seperti ini apalagi neng Dita sekarang ini tambah cantik,putih mulus jauh sekali dibandingkan dengan istri mamang dulu”katanya sedih”lalu tanpa sadar saya berusaha untuk menghiburnya dengan refleks memeluknya dan ga terasa saya malah memegang kemaluannya diluar celananya dan terasa sekali sudah mengeras,tidak terlalu besar tapi saat itu benar2 pertama kali saya memegangnya, walaupun mang Sardi itu usianya 50 tahunan tapi masih keras sekali kemaluannya itu, terasa saat dipegang.

Dan dia malah balas memelukku saat itu dalam keadaan basah kuyup dengan siraman sower kami saling memeluk sehingga baju oblong yang dipake sama mang Sardi ikut basah juga akhirnya secara diam2 saya bukakan kaos oblongnya sementara dia diam saja, dan terlihatlah dadanya yang berbulu dan kelihatan masih tegap, lebih tegap dibandingkan dengan tubuh papah, dia diam saja saat saya mencoba mengelus dadanya itu(seperti pada film2 porno yang saya tonton sama temen2 kampus) saya sempat bergetar kala mengelus dada yg berbulu itu, lalu secara spontan dia membelai rambut saya yg basah dan tangannya itu dua2nya mengelus pipiku lembut sekali saya cuman terpejam seakan dielus sama papah yg selama ini sibuk dengan pekerjaan kantornya. Dan sesaat terdiam saat dia memegang bahu saya dan turun tangannya ke dada yg kiri sementara tangan kanannya mengelus paha dan kemaluan saya, saya sempat diam dan malah memaju mundurkan tubuh saat itu seakan menikmati setiap belaiannya itu, sambil tetap mata ini terpejam dan secara refleks malah saya memeluknya erat sekali.

Dan tak lama dengan posisi memeluk sambil berdiri itu saya secara perlahan membuka gesper kulitnya seraya menurunkan celana panjang mang Sardi saat itu, dan setelah saya menurunkan celananya yg basah tersiram sower itu kemudian saya juga menurunkan celana kolor nya itu perlahan dan terlihatlah kemaluan laki2nya begitu mengkilat yang baru pertama kali saya lihat secara nyata dan asli di usia saya yang saat itu 19 tahun(sekarang udah 20 tahun), dan setelah terlihat itu dadaku tambah bergetar tak karuan ketika saya mencoba untuk memegangnya secara perlahan, dan dalam gengnggaman saya saat itu begitu hangat kemaluannya dan berdenyut seperti seekor burung, tapi menambah penasaran untuk berbuat lebih jauh tanpa memikirkan lagi yang namanya logika mana majikan mana pembantu.

Mang Sardi saat itu juga sepintas saya lihat memejamkan mata yang pada akhirnya kami saling membelai, dimana mang Sardi membelai kemaluan saya yg semakin basah dan hangat, sementara saya pun membelai kejantanan mang Sardi yg hangat itu, lama2 saya secara naluri mengocok2nya seperti di film dan mang sardi seperti menikmati kocokan itu hampir sekira 15 menit saya mengocoknya sementara saya telah mencapai puncak kenikmatan ketika mang Sardi memasukan jarinya maju mundur ke dalam kemaluan saya. Dan seperti mau pipis tapi enak dan nikmat rasanya ketika tubuh saya bergetar dan mengeluarkan suara mungkin seperti ini ini yang saya ingat “AAAhhhhhh..mmmmm.m.mmmmm..mm..ennaakk mmaamang”sambil terus tanganku mengocok2 kejantanannnya itu, dan beberapa saat setelah saya merasa di puncak kenikmatan mang Sardi mengeluarkan pipis berwarna putih kental dan hangat belepotan di tanganku waktu itu yg akhirnya saya tau dari buku kalo itu adalah cairan sperma laki-laki, setelah itu dia melepaskan tangannya dari kemaluanku dan saya pun melepaskan kocokan di burungnya dan membersihkan tanganku yg penuh sperma dengan air sower, lalu mang Sardi menyuruhku memakai handuk dan tidur. Akupun naik ke atas dan ganti daster lalu tidur.

Selintas di jam dinding kamarku jam 9.30 malam, saya ga bisa tidur sama sekali, yg terlintas di bayanganku saat itu hanyalah kejadian demi kejadian hari itu yang betul2 pengalaman mengasikan yg dilakukan kami berdua yaitu saya dengan mang Sardi, dan setelah kejadian itu kami seringkali melakukannya disaat adeku dan ortuku tidak ada di rumah, terkadang mang Sardi saya ajak pura2 mengantarku pake mobil kesayanganku atau mobil papah dan kami melakukannya di berbagai tempat seperti dago, Lembang, Pangalengan dan tempat2 sejuk lainnya, tentu saja cari tempat yang aman tidak diketahui banyak orang, tapi sampai saat ini saya masih tulen perawan karena menurut mang Sardi, asal jangan dimasukin burungnya mamang, neng Dita akan tetap perawan, demikian tuturnya, lama-kelamaan saya jadi jatuh cinta sama mang Sardi yang terpaut jauh usia diatasku, karena mungkin saya mencari figur papah yg selama ini kerap sibuk dinas di pekerjaannya. terserah pembaca mau percaya atau tidak tapi yg saya ceritakan ini benar adanya , sudah dulu ya… ya Dita mau bobo nihh udah jam 01.30.. byeee

Akibat Kepolosanku II

Kemenakan sopirku.(akibat kepolosanku II)

Kisahku yang nyata kali ini tentang kebodohanku yang mudah2an tidak akan pernah terulang lagi,semoga. Namaku dita usia saat ini 20 th asli Bandung,tinggal di daerah Setiabudi Regency, dan saat ini kuliah sastra inggris semester 4 di salah satu pts Bandung, kisah ini pertama kali saya melakukan hubungan intim dengan laki2 usia 17tahun. Sesuai dengan kisahku di cerita berjudul” terangsang untuk pertama kalinya di usia 19 tahun.(akibat kepolosanku)”Kali ini kisah nyataku tentang keponakan Mang Sardi(sopirku yg beberapa bulan lalu menjadi objek seks ku) yang baru datang dari kampung,tepatnya dari daerah subang, sebut saja namanya Dedi(samaran)usia dia itu kira2 seumur 17 tahunan, dan disini ia hanya membantu2 karena ga ada biaya sekolah.

Asal para pembaca tau saja kalo beberapa waktu lalu kami(saya dan mang sardi)sering melakukan suatu kegiatan seks semacam belai2an dan raba2an,tapi tetap mempertahankan kegadisanku,sampai kira2 pada bulan Agustus lalu saya masih mempertahankannya namun sejak kehadiran kemenakan Mang Sardi semuanya jadi berubah.. Kisahnya kira2 sbb : saat itu di rumah ga ada siapa2 karena semuanya menghadiri upacara 17 Agustus 2002 di balai kota(tempat papah kerja)dan hanya saya seorang,karena tugas disuruh jagain rumah sama papah sedangkan yang berangkat ke balai kota mamah-papah,adikku dan Mang Sardi(sopir kami) tiba2 tepat jam 9 pagi2 pintu diketok pas saya bangun tidur , dan saya punya kebiasaan kalo tidur hanya berpakaian daster saja,tanpa bh dan tanpa cd , langsung saya menuju ke bawah ternyata hanya seorang anak kira2 sma-an kalo ditaksir usianya mungkin 17 tahunan, lalu saya buka dan tanya mau ke siapa, dia jawab kalo dia itu mau ketemu pamannya yaitu Mang Sardi sopirku,lalu saya persilahkan masuk, dia memperkenalkan diri dengan nama Dedi(sengaja disamarkan)dan setelah itu (saya betul2 ga sadar kalo saya hanya berdaster saja karena bangun tidur)dia kupersilahkan duduk di ruang tamu dan sayapun ikut duduk sambil dia menjelaskan kedatangannya dan sedikit cerita2, disaat cerita2 gitu tatapan matanya tertuju terus ke pahaku yang saat itu memang agak keliatan karena daster yg kupakai hanya sejengkal diatas lututku apalagi saya ga pake cd saat itu memang agak transparan karena bahan dasternya tipis.

saya hanya menutupkan kedua kaki ini saat itu. Lalu saya jelaskan kalo mau menginap disini harus bisa beres2 alias kerja dan diapun menganguk,lalu saya suruh dedi menyapu ruangan tamu untuk pertama kalinya dia disini sambil saya minta ijin untuk mandi. setelah saya habis mandi saat itu kira2 jam 10 pagi saya liat Dedi beres menyapu dan dia kupersilahkan untuk tidur di ruangan atas yang memang telah dipersiapkan oleh mamah untuk kamar tamu yang berdekatan sekali dengan kamarku yang hanya dibatasi dinding tripleks karena semula itu satu ruangan dengan kamarku,karena terlalu besar jadi dibagi dua. setelah dia masuk kekamar itu,kemudian saya ke kamarku untuk berpakaian sambil melepaskan handuk yg tadi melilit ke tubuhku, disaat saya akan memakai bh tiba2 Dedi lewat di depan pintu kamarku yang agak terbuka sedikit dan dia sempat melirik ke kamarku, saya sendiripun jadi malu sekali saat itu dan refleks menutup pintu itu dengan kakiku karena pas dia liat saya hanya bertelanjang dada dan tidak pake apa2. pas sudah berpakaian gitu saya pun ke bawah yang ternyata saya liat Dedi lagi menonton acara tivi di ruang keluarga sambil duduk bersila.

saya pun menyapanya dan menawarkan makan kalo2 dia belum makan. dia menggeleng dan tersenyum lalu saya pun ikut nonton tivi bersamanya,hanya saya diatas kursi panjang disebelah kiri dia bersila. saat itu jam dinding menunjukkan pukul 11 siang dan terdengan phone bunyi disampingku ketika saya angkat ternyata papah dan papah bilang beliau akan ke rumah tanteku yang kebetulan dekat dengan lokasi balai kota dan akan pulang kira2 magrib,jadi waktu begitu panjang dari jam 11 sampe magrib,saya tidak kasih tau kalo Dedi kemenakan Mang Sardi ada disini karena lupa. Setelah saya meletakkan gagang telepon saya tanya ke Dedi begini”kamu bisa memijit kaki mbak ngga?” dia jawab”mmm….blum pernah mbak soalnya dikampung Dedi hanya bertani”katanya jujur. saya tersenyum dan bertanya lagi”gini Ded, mbak tadi malem udah pulang dari kampus jadi kaki pegel2 karena naik turun tangga,Dedi mau ga pijitin kaki mbak??” lalu”saya akan coba mbak”katanya lagi. saat itu saya berpakaian kaos oblong dan celana hawai karena santai ga akan kemana-mana,setelah itupun saya menjulurkan kedua kaki sambil tetep duduk di kursi panjang dan Dedi dibawah sambil bersila menghadap ke arah kaki dan mulai memijatnya.

sambil dipijat begitu saya menyandar ke sandaran kursi sambil terpejam beberapa detik,kalo diperhatikan si dedi itu hitam manis sesuai dengan wajah polosnya seorang abg hanya saja dari kampung jadi tangannya agak kasar mungkin banyak kerja kasar dikampungnya. tapi walau kasar tangannya itu,disaat memijat kaki ku terasa enak,dan sesekali saya lirik dia terkadang melihat celah celana hawaiku,dan kadang melihat celah ketiakku yang mungkin terlihat pinggiran payudaraku yang putih mulus dan itu yang membuatku tambah penasaran untuk terus menyuruhnya memijat lebih jauh lagi seperti yang dilakukan sama pamannya yaitu Mang Sardi. Sewaktu saya memejamkan mata untuk beberapa saat ternyata yang saya rasakan tangan kanannya sudah ada di atas lututku sebelah kanan dan hampir mengenai pahaku yang paling dalam sejenak saya merasa geli dan sedikit menggerakan kaki kananku dan dia terhenti lalu bertanya”ada apa mbak??sakit ya”tanyanya polos,saya hanya menggeleng lalu bilang”ga apa2 Ded,teruskan saja deh!!enak kok jadi agak mendingan pegel2nya”jawabku sekenanya.

setelah saya berkata begitu Dedi meneruskan pijatannya,kali ini giliran tangan kirinya masuk ke atas lutut kiriku dan kali itu dua2nya tangannya meremas dan meimjat-mijat pahaku dan rasanya nikmat sekali dan dia berlama-lama memijatnya ga tau kenapa dia seperti mempermainkan rangsanganku saat itu sehingga ga terasa kemaluanku mulai basah saat Dedi meremas kedua pahaku yang sesekali menyenggol kemaluanku. lama2 tubuh saya makin ga karuan ketika sesekali tangan itu menyenggol kemaluanku dan secara tak sadar saya menggerakan tubuh beraturan dan Dedi pun seakan menikmati pijatannya itu namun disadarkan dengan dering telepon sehingga terperanjat saya meraih gagang telepon yang ada disampingku tapi pijatan tangan Dedi di pahaku tidak berhenti malah dia meneruskannya dengan perlahan.

saya jawab ternyata temenku si Asri yang mau main ke rumahku ,lalu aku jawab dengan tidak karuan(karena remasan dan pijatan Dedi semakin mendekati kemaluan yang masih ber CD) “jangan kesini Sri,soalnya aku lagi sibuk kerja”jawabku di phone lalu Asri mnengerti dan aku meletakan phonenya. sesaat Dedi terhenti dan bertanya”mbak mau pergi???kalo gitu saya berhenti pijatnya mbak!!!”,saya menggeleng dan bilang”jangan berhenti Ded, teruskan saja!!!”dia tersenyum dan menganguk lalu bertanya”mending badan mbak ikut dipijat,misalnya punggung atau bahu,gimana mbak???”justru itu yang ditunggu-tunggu,begitu kata hatiku saat itu, dan saya pun spontan melepaskan kaos oblongku dan celana hawaiku tanpa malu2 lagi karena saya pikir saat itu yang ada dihadapanku anak kecil lagipula toh Dedi ini kemenakannya mang Sardi, sopir keluargaku yang sekaligus pemuas rangsanganku disaat senggang. yang tersisa saat itu hanyalah celana dalam dan beha saja dengan posisi telungkup di atas kursi panjang saya suruh Dedi mulai memijat daerah punggungku, dan mulailah dedi memijatnya dari mulai kaki ke bahu dan sesekali ke pinggang mendekati pinggiran payudara sebelah dalam lalu satu saat saya bilang gini”tali behanya dilepas aja Ded,kalo kamu kagok” diapun melepaskannya pengait beha ku saat itu tanpa bilang apa2.

dan sesaat dia mengelus rata punggungku saat itu dia seperti sengaja memijat ke daerah dada kiriku dan sayapun agak memiringkan badan saat itu sehingga saat itu betul2 kejadian gila yang pernah kami lakukan,yaitu tangan kanan Dedi menyentuh payudara kanan dengan posisi badanku memiring dan terdengar nafas Dedi yang tidak beraturan dan cepat sambil sesekali tangan kanannya itu mengelus2 dada kananku lama,sementara tangan kirinya mengelus-elus pantatku yang masih bercelana dalam renda2.

sesaat saya mendongkakan wajah ke atas liat jam dinding sudah jam 12 siang,dan masih lama papah pulang pikirku saat itu,lalu ketika tubuh saya miring begitu lama2 saya menghadapkan badan ke atas seperti posisi tidur terlentang,masih di kursi panjang sementara si Dedi dihadapanku hanya melongo saja ketika secara menyeluruh melihat tubuhku setengah telanjang yaitu hanya bercelana dalam saja,putih mulus tanpa noda dengan bagian payudaraku memancung(bukannya sombong)tubuhku ini terawat dengan baik tiap hari Senin fitness di Eldorado,Bandung Utara,dengan rambut tergeraiku yang acak2an dan bagian kemaluanku yang kelihatan basah dibalik celana dalam renda2 semakin merangsang mata Dedi saat itu,asal tau saja kalo Dedi itu laki-laki kedua yang melihat bentuk tubuhku seperti itu setelah pamannya Mang Sardi,sopirku.

Semula Dedi mau menyudahinya namun saya menarik tangannya dan menyuruh untuk tetap di tempat,saat itu saya masih perawan tulen karena dengan pamannya saya hanya main belai-belaian saja,namun kalo teman2 kampusku cerita,mereka sudah pengalaman dalam berhubungan badan,sehingga menambah kepenasarananku untuk mencobanya,walaupun saya ga boleh pacaran sama mamah-papah,karena ketatnya disiplin keluarga kami,jadi apa salahnya mencoba dengan Dedi laki2 usia 17 tahun kemenakan Mang Sardi sopirku itu. walaupun banyak sekali teman2 laki2 yang mencoba mendekatiku tapi tidak berhasil karena selalu ditentang sama ortuku,jadi saya mencari pelarian ke orang yang dekat seperti Mang Sardi dan kebetulan kemenakannya, Dedi. Sesaat Dedi memandangi badan mulus saya ini sambil posisi berlutut saya bimbing tangannya itu ke payudara dan kusuruh dia belai2 disana sambil saya memejamkan mata,sementara diluar mulai turun hujan dan agak mendung sehingga lama2 saya merasa dingin dan mengajak Dedi ke ruang atas yaitu ke kamarku. Dedi menganguk dan kusuruh dia membawakan kaos oblong,beha dan celana hawai yang kulepaskan tadi.

Sesampainya dikamar Dedi kusuruh membuka kemeja lusuhnya(kelihatan lusuh karena dari kampung)dia semula menolak karena malu, tapi aku bujuk sambil membelai rambutnya dia mau juga membukanya,sementara celana nya masih melekat dan terlihat kemaluannya tegang. saya tersenyum melihat itu. lalu saya raih kedua tangannya itu untuk naik ke ranjangku yang empuk dan Dedi nurut saja saat itu dan mulai kubimbing meraih pinggang dan payudaraku,dan saya merebahkan diri sambil tangan Dedi aktif membelai2 perut seperti memijat dan ke dada kiri kanan lalu lama2 turun tangannya ke kemaluan yang masih ber cd,dan aku suruh dia untuk menurunkan celana dalamku dia ga mau karena malu,dan aku turunkan sendiri celana dalamku saat itu dan mulailah Dedi memandang kemaluanku itu seperti terpana,mungkin belum pernah melihat sebelumnya saya pikir.dan memang hanya mang Sardi dan Dedi yang tau kemaluanku. O YA saat itu 11 hari setelah mens ku,jadi betapa menggebu-gebu gairah seks ku.

Memang kemaluanku ini bulunya jarang dan indah seperti yang disebutkan mang Sardi beberapa waktu lalu,berwarna kemerahan dan agak putih warna sekelilingnya karena bulunya jarang,demikian kata teman2ku di kampus saat mandi bareng mereka(tentu saja teman2ku cewe semua)lalu saya suruh Dedi untuk mulai membelai kemaluanku saat itu semula Dedi malu2 tapi saya bimbing tangannya sehingga mau juga akhirnya,sambil sesekali kusuruh untuk menciumi kemaluanku dan payudaraku. Sempat terpikir olehku ketika Dedi mulai mengelus kemaluanku yang agak basah itu,untuk mengulum penisnya. Dedi adalah laki2 kedua yang membelai kemaluanku setelah mang Sardi, entah kenapa saya begitu pasrah dan ingin merasakan hubungan badan seperti yang dikatakan teman2 kampusku saat itu,dan saya hanya terpejam menikmati setiap jilatan,belaian dan remasan tangannya itu.

Seakan-akan meminta Dedi untuk melakukan lebih dari sekedar belai-belai dan jilat-jilat.dengan bertelanjang dada yang kurus Dedi masih tetap bercelana panjang,terlihat dia mulai berani menaiki tubuh indahku ini waktu itu,dan saya terpejam menikmati gesekan jarinya di kemaluanku yang basah sekali dan ciuman mulutnya ke payudaraku yang semakin mancung dan keras itu, saya hanya terpejam dan sesekali mengeluarkan Suara …ssss..ssss….a.h.h.h…..ded…ded…seperti itu kira2.

lama sekali Dedi bermain seperti itu dan dia mulai berani mencoba menciumi bibirku yang mungil ini tapi aku menolaknya untuk dicium hanya leherku saja yang menjadi sasaran Dedi saat itu dan benar2 menggairahkan rasanya,mungkin lebih nikmat ketimbang dengan Mang Sardi yang sudah tua itu. Dan diam2 saya membuka celana panjangnya yang hanya melepaskan pengait peniti saja(maklum dari kampung)dan ternyata dia ga pake celana kolor dan kelihatan sekali penisnya tegang dan ada basah berwarna bening yang ukurannya lebih kecil sedikit dibanding mang Sardi,saya lalu meraihnya dan mengusapnya lembut penis Dedi,dia menelan ludah dan memejamkan mata tanda terangsang dan menikmati setiap usapan lembutku saat itu,lalu saya tanya “kamu sudah pernah dipegang begini sama perempuan??”dia hanya menggeleng sambil memejamkan mata.saya tersenyum dan kembali mengusap penisnya dan mulai mengocoknya.

disaat mengocok penisnya itu dia berhenti dari kegiatan meremas-remas tubuhku dan dia tertidur terlentang disampingku saat itu sambil mulutnya meracau tak tentu dan semakin lama kocokanku dia semakin bergetar tubuhnya dan mengeluarkan cairan sperma seperti ketika pertama kali saya mengocok kemaluan mang Sardi lalu kami berhenti beraktivitas sementara saya ambil minum ke bawah(haus)sambil bertelanjang saya lihat Dedi tertidur setelah mengeluarkan spermanya mungkin kelelahan.Dibawah saya nyalakan tivi, o ya saat itu sekitar pukul 15 sore hari dan hujan turun dengan deras sekali,sedangkan papah akan pulang sekitar magrib jadi ada waktu beberapa jam, begitu pikirku saat itu, yang masih jadi pertanyaan kepenasarananku saat itu ingin sekali mencoba berhubungan badan,yaitu memasukan burung Dedi ke kemaluanku….. setelah kira2 setengah jam saya nonton tivi sambil dibalut selimut tubuh telanjangku ini lalu saya ke atas dan saya lihat Dedi benar2 tertidur pulas,sekilas saya lihat wajahnya yang polos ciri khas abg , dia sama sekali polos tidak pake baju saya lihat kemaluannya tidak tegang lagi karena tertidur,lalu saya raih penisnya dan mulai memainkannya disaat dia tidur itu.

sekilas ingin merasakan mengemut dengan mulutku karena dengan mang Sardi saya merasa jijik untuk melakukannya sedangkan penis Dedi agak bersih dan mengkilap,saya mencoba memasukan penisnya itu ke mulut mungilku saat itu yang terasa masih belum tegang dan setelah untuk pertama kalinya saya mengemut penisnya terasa asin dan aneh rasanya tapi lama2 seperti menegang burung Dedi dan dia terbangun saat saya memaju mundurkan penisnya di mulutku…sambil sesekali meringgis dia seperti menahan nikmat,dan saya pun seperti bergairah kembali setelah tadi merasakan oprgasme dengan jari2 Dedi.

Lalu saya ingin mencoba memasukan penis dedi ke kemaluanku yang selama ini belum pernah dicoba sama sekali, saya mulai mengarahkan penis dedi ke mulut kemaluanku dan mencoba memasukannya Dedi hanya terdiam dengan tingkah lakuku itu dan saya minta ke dia untuk ikut membantu memasukan penisnya ke kemaluanku..diapun ikut berpartisipasi mencobanya dan pada akhirnya berhasil masuk dengan susah payah dan rasanya sakit sekali walaupun penis Dedi tidak cukup besar tapi cukup perih rasanya saat itu semakin menusuk semakin perih tidak seperti bayanganku..dan disertai dengan jeritan kepedihanku maka mengalirlah darah perawanku yang cukup banyak ke seprai tapi semakin lama dedi mengenjotnya semakin nikmat rasanya tidak seperti ketika pertama kali Dedi merobeknya dan cukup lama kami melakukan gerak maju mundur badan, kira2 20 menit lalu ada semprotan nikmat dan menghangatkan di dalam kemaluanku itu pertanda sperma dedi keluar di kemaluanku tak lama akupun merasakan seperti ingin pipis dan nikmat sekali rasanya,akhirnya dedi melepaskan penisnya dari kemaluanku dan terkulai lemas disamping saya yang tidur diatas seprei penuh darah perawanku,sepintas saya menyesal dan sempat menangis disaat Dedi tidur,jam menunjukan jam 5 sore hari artinya papah akan pulang lalu saya bangunkan dia dan ganti seprei dengan yang baru dan Dedipun ke kamar sebelah untuk meneruskan tidurnya.

Sekilas terpikir kenikmatan ini akibat dari perbuatanku yang tidak bisa menahan gejolak nafsu seks,dan saya ambil hikmahnya dari kejadian tersebut.

Akibat Kepolosanku III

Ternyata Mang Sardi ingin mencicipi tubuhku juga.. Cerita nyata ku ini terjadi tak lama setelah kegadisanku direngut kemenakan mang Sardi sopirku beberapa bulan lalu(atau mungkin hampir satu tahun lalu). Ceritanya Kira2 3 hari menjelang bulan puasa kemarin. O ya..namaku Dita, mahasiswi PTS bandung kini usiaku menjelang 21 tahun,kalo para pembaca mengikuti kisahku dari mulai Akibat kepolosanku I dan II, mungkin pembaca bisa mengikuti kisah ini dengan baik, selamat menyimak. Selama ini saya dan Mang Sardi sudah lama tidak melakukan belaian seperti dulu, mungkin 10 bulan lamanya sejak Dedi kemenakan mang Sardi merengut kegadisanku.dan tanpa saya sadari ternyata setelah kepulangan Dedi ke kampungnya Subang, dia(Dedi)telah menceritakan kisahnya sama mang Sardi pamannya itu yang sampe saat ini masih kerja sebagai sopir keluarga Kami. Hingga suatu saat Mang Sardi bertanya seperti ini kepadaku “Neng Dita kenapa melakukannya sama keponakan mamang??” Kontan saja saat mang Sardi Tanya itu saya kaget sekali, saya pikir Dedi akan diam seribu bahasa, tapi kenyataannya Dedi malah cerita ke pamannya itu, dan saya malu sekali mendengarnya langsung dari pertanyaan Mang Sardi, padahal beberapa bulan lalu atau mungkin satu tahun lalu Mang Sardi hanya membelai-belai daerah sensitifku dan tidak berani untuk membobol keperawananku yang ternyata keperawananku hancur oleh keponakannya sendiri .
Saat itu saya hanya tertunduk malu ketika Mang Sardi Tanya masalah itu ke saya yang kira-kira pada awal bulan November 2002 menjelang puasa kemarin, yang sudah hampir 10 bulan sejak Dedi membobol keperawananku saya tidak pernah bermain belaian seks sama siapapun termasuk Mang Sardi, karena sejak saya berhubungan badan untuk pertama kalinya itu saya anggap itu yang terakhir kali melakukannya (malah saya sempat bersumpah untuk tidak melakukan kegiatan seks sekecil apapun), tapi terus terang saja kalo saya betul-betul tersiksa dengan gejolak seks yang sudah saya tahan sejak 10 bulan lalu. Dan ternyata Mang Sardi mengungkit lagi masalah itu sehingga terlintas lagi bayangan seks di pikiranku ketika mang sardi bertanya tentang hubungan seks ku dengan keponakannya. Saat mang Sardi Tanya itu saya lagi nonton tivi di ruangan bawah pagi jam 10 dan seperti biasa di rumah sepi karena ortu pada kerja dan adikku sekolah . Saya masih ingat betul saat itu tanggal 4 November 2002 atau 2 hari menjelang puasa. Saya jawab saat itu begini “ah Mang Sardi ..udah ah jangan Tanya masalah itu lagi, dita jadi malu dengernya.” begitu kira-kira jawabku saat itu.lalu mang Sardi tersenyum sambil agak mendekatkan wajahnya ke arahku yang saat itu sedang tiduran di sofa depan tivi dan ngomong seperti ini “dulu neng Dita suka diusap sama mamang..kalo mamang ngajak Neng Dita lagi usap-usapan lagi kira-kira neng Dita mau ga??” Saya tentu saja menggeleng sambil menyuruh mang Sardi meninggalkan ruangan keluarga “udah mang jangan ganggu Dita deh.mending Mamang ke dapur aja gih!!!” kataku setengah menghardik saat itu.
Karena jenuh nonton tivi saya kepengen mandi pagi saat itu yang kebetulan ada kuliah jam 12 dan langsung menuju kamar mandi dan setelah selesai keramas saya langsung menuju ke atas kamarku sambil pake daster dan di kamar saya langsung pasang hair dryer untuk keringin rambut sambil terlihat pintu kamarku setengah terbuka karena aku anggap ga ada siapa-siapa diatas aku membuka daster yang kebetulan tidak memakai cd dan bh jadi langsung aku buka saat itu dan ternyata mang Sardi mengintip kegiatanku membuka daster yang sudah pasti saat itu saya telanjang bulat. Saya lihat dari cermin kamar bayangan Mang Sardi sedang menyapu tapi tatapannya ke arah tubuhku saya memekik kaget dan menutup kamar dan ternyata Mang Sardi malah lebih nekat memasuki kamarku yang kebetulan ga ada kuncinya itu saya menutup dadaku dengan tanganku saat itu dan memohon ke mang Sardi untuk meninggalkan kamarku saat itu eh dia malah tersenyum sambil bilang gini “neng Dita kenapa jadi penakut begitu padahal beberapa waktu lalu Neng Dita meminta mamang untuk mengusap-ngusap neng Dita, mamang kepengen merasakan seperti yang Dedi rasakan waktu itu boleh kan, dijamin mamang ga akan melakukannya dengan kasar kok”begitulah katanya dengan tetap melihat bagian tubuhku yang vital, saat itu saya hanya menutup pake tangan kemaluanku dan dadaku dan tentu saja bagian-bagian tubuhku yang lain terlihat jelas putih dan mulus.
Saat itu Mang Sardi makin berani mendekatiku sambil mendesakku ke arah dinding kamarku yang membuat saya semakin ketakutan karena saat itu saya berjanji ga akan melanggar sumpahku untuk tidak melakukan kegiatan seks dengan siapapun walau beberapa bulan lalu saya sempet minta di usap-usap sama mang Sardi. O ya saat itu saya masih tetep single ga punya pacar karena takut sama mama kalo punya pacar, dan setelah mang Sardi semakin mendesak ke arah dinding semakin dekat pula hembusan nafasnya di wajahku dan dia mulai membelai rambutku sambil saya memohon ke dia untuk tidak meneruskan aksinya sampai saya bilang begini” mamang jangan teruskan, dita udah janji ga akan lagi seperti dulu-dulu saat sama mamang karena dita takut ketagihan mang, tolong mang hentikan.” sambil sedikit demi sedikit berjongkok sambil tetap tanganku menutup aurat yaitu dada dan kemaluanku dengan keadaan telanjang saat itu , eh mang Sardi malah bilang gini”tenang neng Dita mamang pasti akan lembut melakukannya Neng..soalnya mamang lihat akhir-akhir ini neng Dita sering melamun dan semakin hari neng Dita semakin membuat mamang jatuh cinta dengan kemulusan dan kecantikan neng Dita, apalagi disaat neng Dita dibalut handuk , aduh mamang mah ga kuat melihatnya juga neng.beda sekali dengan beberapa bulan lalu neng..saat ini neng Dita semakin kelihatan cantiknya”katanya dengan logat sunda merayu dan saat saya berjongkok begitu saya memejamkan mata saat dia mulai elus-elus rambut,pipi dan kelopak mata saya yang saat itu agak sedikit air mata,dan tangannya terhenti di telinga dan usap-usap di telinga sambil sesekali melebar usapannya ke leher yang lambat laun merangsang gairah seksku yang saat itu sudah tidak mens lagi sejak 3 hari.
Saya pun terdiam disaat mamang ikut jongkok dan membelai tangan yang menutup bagian dada, sambil tetep memejamkan mata ini, dan mamang membukakan tangan ini dari dada dan anehnya saya pun menurut saat itu ketika dadaku mulai terbuka karena mamang menyibakkan tangan yang menghalangi dada ini. Lalu dia menaruh tangan kiri saya ke bawah sehingga di posisi jongkok itu dia bisa secara jelas melihat dadaku kiri dan kanan yang mancung, dan mamang pun mulai membelai dada ini saat itu sambil tetep kami berjongkok berdua dan sesekali dia melihat ke arah kemaluanku yang masih ku tutup dengan tangan kananku dan tangannya menyibakan tangan kanan ku yang saat itu menghalangi kemaluanku dan sayapun seperti dihipnotis menurut dengan lemah saya turunkan tangan kananku saat itu sehingga posisiku waktu itu berjongkok bersandar ke dinding kamar dan tanganku dua-duanya saya turunkian ke bawah yang tentu saja dengan leluasa Mang Sardi melihat pemandangan indah yang akhir-akhir ini ngga pernah lagi dinikmatinya seperti dulu. Dan setelah mang sardi mulai menyentuh kemaluanku dengan posisi berjongkok itu sayapun ikut hanyut menikmatinya karena sudah lama sekali saya tidak melakukannya sejak 10 bulan lalu berhubungan badan pertama kali dengan keponakannya Dedi.
Saya memejamkan mata dan mencoba menikmati suasana itu sambil sesekali tak sadar mengeluarkan suara desahan yang mungkin membuat mang Sardi tambah bernafsu saja saat itu. Lalu dia mencoba memangku tubuhku saat itu ke atas ranjangku dan anehnya saya mengulurkan tangan saat itu seperti memberi akses kepadanya untuk lebih jauh lagi melakukan kenikmatan. Saat itu saya betul-betul hanyut dengan sentuhannya dan melihat jam di dinding kamarku sudah jam 12 siang,artinya saya harus kuliah tapi ga kepikir untuk bersiap-siap kuliah hanya perasaan nikmat yang ada dipikiranku saat mang sardi mengangkat tubuhku ke atas kasur.dan adegan berikutnya mang Sardi membuka ghespernya yang usang itu lalu pelan-pelan sekali membuka celananya sendiri yang ternyata dia ga pake celana kolor lagi saat itu dan terlihatlah kemaluannya yang menegang kalo dibandingkan dengan burung keponakan nya lebih besar diameternya tapi lebih hitam warnanya.sambil membuka celananya itu dia masih tetap memakai kemeja lusuhnya dan meminta saya untuk mengusap kemaluan yang tegang itu. Saya pun dengan pelan-pelan meraih kemaluan mang Sardi yang hangat dan berdenyut lalu perlahan mengocoknya seperti yang pernah saya lakukan beberapa bulan lalu di mobilku bersamanya.
Dia dengan posisi berlutut merem melek ketika saya mengocoknya perlahan sementara saya hanya berbaring saja di kasur dengan posisi tidur terlentang dan sesekali dia melihat ke arahku dan tak lama dia meraih buah dadaku yang putih mulus, memang dadaku ini kecil untuk ukuran cewe hanya 32 a nomor bh ku tapi mancung, putih dan mulus tanpa cacat, mungkin itu yang membuat mang Sardi tergila-gila. Lalu kemudian dia mendekatkan wajahnya ke wajahku dan berusaha mencium bibirku tapi aku menolaknya dengan menggelengkan kepala di bantal saat itu dan dia hanya menciumi kening leher dan dadaku lalu ciumannya ke perut dan berakhir di kemaluanku yang sudah basah sekali .ah nikmat sekali rasanya.saya menolak diciumnya karena mang Sardi perokok jadi bau sekali nafasnya dengan bau rokok cerutu kebiasaannya. Tapi saat dia berlama-lama cium daerah kemaluanku saya betul-betul di awang-awang dan mengejang seperti ingin pipis tapi nikmat sekali. Setelah saya orgasme dan tubuhku bersimbah keringat dia menghentikan kegiatannya, lalu Tanya gini ke saya”neng Dita..kalau burungnya mamang dimasukin ke itu nya neng Dita.boleh ga??”katanya lembut Saya hanya menganguk saat itu lalu dia bilang lagi”tapi neng Dita istirahat saja dulu.mamang liat neng Dita kepanasan” Saya menganguk saat itu, memang cuaca di atas sini panas sekali kalo siang-siang apalagi jam 12-an.
Tak lama 15 menit kemudian mang Sardi membawakan air putih dingin dari bawah dengan hanya pake baju kemeja lusuhnya saja dan terlihat burungnya mengecil Lalu setelah saya meminumnya dia Tanya begini”neng Dita saat itu pernah mengulum burung nya Dedi ngga?”tanyanya polos,aku pikir saat itu “dasar dari kampung,polos banget pertanyaannya” lalu saya menganguk jujur.dan dia tersenyum seakan dia ingin dikulum juga burungnya. Dan setelah saya menaruh gelas di meja dia naik lagi ke kasur kamarku dan mulai membelai dadaku lagi..saya kemudian berbaring lagi memejamkan mata dan mulai menikmati sentuhannya lagi sambil agak mengangkat kaki kiriku saat itu saya mengerang dan mendesah saking nikmatnya dan burung mang Sardi terlihat berdiri lagi dan mendekatkannya ke arah mulutku saya sempet menggeleng tapi dia setengah memaksa mendekatkan kemaluannya ke arah bibirku sekilas tercium bau keringat di sekitar kemaluannya dan saya berusaha untuk tidak menghirupnya dan mencoba membuka mulut ini saat mamang menyodorkan kemaluan yang diameternya lebar itu dan saat saya mulai menyentuhkan lidah ke liang penisnya terasa asin dan aneh lalu lambat laun saya memasukan agak lebih dalam ke mulutku.dan itu adalah kemaluan laki-laki ke dua yang aku kulum setelah kemaluan Dedi keponakannya beberapa waktu lalu.
Agak lama saya memaju mundurkan kepalaku saat mengulum kemaluan mang sardi di mulutku saat itu dan terasa pegal mulutku saat itu dan akhirnya sekitar 15 menit kemudian keluarlah air kental berasa aneh dari kemaluannya yaitu sperma mang Sardi muncrat tepat di mulutku yang mungkin setengahnya termakan olehku saat itu , saya sempat tersedak dan mau muntah tapi ditutupkan mulutku ini sama mang sardi waktu itu, sehingga termakan hampir seluruhnya sperma nya itu. Setelah itu dia mencoba menjilati kemaluanku yang basah sambil sesekali tangannya aktif membelai dadaku dua-duanya lama sekali sehingga saya merasakan orgasme ke 2. Setelah kami istirahat ½ jam sambil sesekali bercerita dengannya, kami mulai melakukan kegiatan lagi yang ke tiga kalinya saya liat jam 2 siang artinya saya ga kuliah hari itu, sementara ortuku sama ade ku ada di rumah tepat jam 6 sore. Saat itu sempet terpikir olehku kalo mang Sardi ini ingin mencicipi tubuhku seperti keponakannya membobol keperawananku. Tapi saya ga peduli saat itu yang ada hanyalah kenikmatan demi kenikamatn saat itu yang kami lakukan berdua, betul-betul hari yang melelahkan sekaligus mengasikan. Saat kegiatan yang ke 3 ini kami mulai belai satu sama lain dia belai dada kemaluan paha dan punggung,sementara saya belai penis dada dan sesekali wajahnya dan saat itu kami sempet berciuman bibir rasanya aneh sekali, mang sardi yang usianya 50 tahunan menciumi bibir mungilku yang merah ini tapi saat bermain lidah itu enak rasanya dan saat itulah mang Sardi mengasrahkan penisnya ke kemaluanku ..mamang terlihat hati-hati dan pelan-pelan memasukannya karena masih sempit dan terasa perih beberapa kali ga berhasil masuk tapis setelah dengan sabar dia mangarahkannya dan saya Bantu dengan mengarahkan penisnya ke kemaluanku akhirnya masuk juga walau agak sedikit nyeri(maklum saya hanya dua kali melakukannya lagi pula rentang waktu 10 bulan cukup lama) yang pada akhirnya saya merasakan nikmat tiada tara yang lebih nikmat melakukannya disbanding dengan keponakannya itu.
Setelah sekian lama kami bersenggama akhirnya saya berteriak”ahhhhhhh..mmmmaaammaaaang Ddittttaaaa kellluaaarrrrr”maka saya pun orgasme untuk ke 3 kalinya sementara mang sardi terl;ihat blum keluar dan dia mencabut kemaluannya dan menyuruh saya mengulumnya kali itu agak lama saya mengulumnya dan terasa pegal mulut ini hampir ½ jam akhirnya keluar juga spermanya..dan kami masing-masing berpakaian setelah terlihat jam dinding sudah jam 4 sore.. Sejak saat itu sampe sekarang kami sering melakukan hubungan badan ini yaitu dengan mencuri-curi kesempatan di saat rumah sepi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar